#22 : Punishment

249 27 5
                                    

🔞WARNING🔞
Mature+

Choi Ahra

Langit sudah berubah menjadi gelap saat aku membuka mata. Aku bahkan tidak sadar sudah berapa lama aku menangis sambil terduduk di balik pintu seperti ini. Kedatangan Jaebum siang tadi sungguh membuat batinku terkoyak. Bagaimana mungkin ia berani menampakkan wajah brengseknya itu di depanku setelah semua yang ia perbuat? Ah, sepertinya aku lupa. Jaebum kan memang tidak memiliki hati. Ia hanya seonggok tubuh dengan jiwa iblis.

Dengan gerakan lunglai aku berusaha untuk bangkit. Berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Mungkin guyuran air yang dingin bisa menjernihkan pikiranku.

Setelah selesai, aku segera keluar dan mengganti baju. Aku tidak merasa lapar sama sekali meski aku belum memasukkan apa pun ke dalam mulutku sejak pagi. Sudahlah, ini bukan saat yang tepat untuk mengkhawatirkan masalah perut.

Ada hal lain yang harus kukerjakan. Dan aku sudah memutuskan akan melakukan ini.

Aku melangkah keluar dari rumah dengan pakaian serba hitam. Angin malam yang dingin langsung menerpaku seraya kurapatkan jaket yang melindungi tubuh ini. Aku menggigil saat menunggu taksi melintas. Persetan dengan udara dingin, aku bahkan tidak peduli jika aku harus membeku karena terlalu lama berada di luar ruangan.

Sebenarnya aku tidak tahu apakah keputusan yang aku buat ini benar atau tidak. Semua masalah yang sedang kuhadapi sekarang benar-benar membuat hidupku kacau. Aku kehilangan kepercayaan dari seseorang yang menjadi tumpuanku selama ini. Apa kalian bisa bayangkan bagaimana rasanya menjadi aku? Ya, lebih dari sekadar rasa kecewa.

Taksi yang kutumpangi akhirnya berhenti di alamat yang kutuju. Sebuah rumah mewah nan megah yang sungguh tidak asing bagiku. Rumah ini menyimpan banyak kenangan, baik kenangan indah maupun menyakitkan. Namun semua kenangan itu sekarang terasa hambar.

Dengan langkah penuh percaya diri aku mendekati pintu utama rumah itu. Suasananya terasa sepi, mungkin Jaebum dan kawanannya sedang pergi. Meskipun demikian, aku tetap bersikeras untuk masuk ke dalam dan memeriksa sendiri.

Bagian dalam rumah tersebut terlihat gelap dan sunyi. Seolah tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini. Namun sebuah cahaya temaram muncul dari salah satu ruang yang pintunya terbuka. Aku berjalan menaiki tangga dan menuju ke sumber cahaya. Itu adalah kamar Jaebum.

Dugaanku benar, Jaebum ada di depan kedua mataku sekarang. Ia sedang terduduk dengan wajah lesu di bawah ranjang. Rambutnya berantakan dan begitu pun dengan pakaian yang ia kenakan. Tunggu, ia bahkan masih memakai pakaian yang sama saat ia menemuiku siang tadi. Hatiku nyaris luluh melihat kehancurannya. Namun penyelasan yang dirasakannya sekarang tidak sebanding dengan kekecewaanku padanya. Dengan kata lain, ia pantas menerima semua ini.

Setelah sepuluh detik berdiri di ambang pintu menyaksikan kehancuran seorang Im Jaebum, aku pun berjalan menghampirinya. Jaebum sama sekali tak menyadari kehadiranku hingga aku menyentuh puncak kepalanya. Sontak wajah dingin itu langsung mendongak ke arahku, ia menatapku dengan mata elangnya yang terlihat sembap. Sorotnya sangat lemah, ia mirip seperti seseorang yang kehilangan harapan.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Lirihku seraya menempelkan tangan ke pipi kanannya yang dingin.

Jaebum tak menjawab, ia justru memeluk pinggangku dan menempelkan kepalanya ke dadaku. Tak lama kemudian aku mendengar suara isakan. Aku tertegun sejenak, Jaebum menangis? Karena aku?

"Jangan tinggalkan aku, Ahra. Aku mohon jangan pergi dariku. Aku tidak bisa hidup tanpamu." Mohonnya sambil sesenggukan.

Tanganku terulur untuk mengusap kepala belakangnya. Aku memang membenci Jaebum sekarang. Tapi aku tidak sampai hati untuk menyakitinya seperti ini.

You Are || JB°JY [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang