#17 : Bitter Marshmellow (Special Chapter)

203 29 35
                                    

Terlepas dari rutinitas rumah sakit, akhirnya Jinyoung dan Hwagi di perbolehkan untuk pulang. Ada rasa sedih dalam diri Jinyoung setelah dokter memberi kabar bahagia bahwa ia telah sembuh. Bukan perkara dia tetap ingin merasakan sakit. Hanya saja, jika ia keluar dari rumah sakit itu tandanya ia akan berpisah dengan Hwagi.

Memang semudah itu Tuhan membelokkan perasaan manusia. Dari benci berubah suka bahkan cinta dalam hitungan jam. Hwagi memang wanita kedua setelah Ahra yang mengisi harinya, dulu. Meskipun bukan pertama dalam hidupnya tapi Jinyoung telah menjadikan Hwagi sebagai cinta sejatinya.

Apa semua akan berakhir di rumah sakit itu? Tempat dimana perasaan Jinyoung terus mengarah pada gadis yang sempat membuatnya kesal hampir setiap waktu.

"Kau tak ingin membeli sesuatu?" tawar Jinyoung sambil mengemudikan mobil yang mulai meninggalkan area rumah sakit. Hwagi menggeleng malas. Gadis yang duduk di kursi sebelah pengemudi itu memilih melayangkan pandangannya keluar jendela mobil. "Kau terlihat tidak bergairah, apa karena aku yang memaksamu untuk mengambil cuti kerja?" Layaknya seorang suami, Jinyoung nampak peduli dengan kesehatan Hwagi, ia bahkan memaksa Hwagi agar tidak langsung masuk kerja setelah keluar dari rumah sakit.

Hwagi menunjukkan respon yang sama, menggeleng tanpa melihat Jinyoung. "Katakan apa yang membuatmu seperti ini!" paksa Jinyoung tak dapat menahan diri saat gadis ceria seperti Hwagi mengacuhkannya.

"Katakan dulu jika kau mencintaiku!" pinta Hwagi menoleh kearah Jinyoung dengan bibir kerucutnya, matanya menyipit menuntut agar Jinyoung melakukan permintaannya. "Kau harus membayar semua ucapanmu yang ternyata tak sesuai kenyataan."

"Aku akan membayarnya dengan uang sewa." jawab Jinyoung kembali tenang setelah Hwagi menunjukkan sifat manjanya.

"Shirreo!" tolak Hwagi. "Kau pikir rumahku itu disewakan!" ketus Hwagi membuat Jinyoung tak dapat menahan tawa.

Jinyoung menjadikan alasan 'balas budi' dengan merawat Hwagi agar dapat tinggal bersama di rumah Hwagi seperti dulu. Saat mereka belum sedekat saat ini, sedekat rasa khawatir dan takut kehilangan yang kini tumbuh dalam diri Jinyoung.

"Kenapa kau masih mengingat ucapanku yang dulu, tak kusangka ingatanmu kuat juga." puji Jinyoung.

Hwagi mengibaskan rambut panjangnya dengan angkuh, "Aku hanya akan tinggal di sini hingga Ahra di temukan!" Hwagi mengulang ucapan Jinyoung dulu dengan nada meledek. Bukannya marah Jinyoung malah tertawa melihat Hwagi meniru gaya pengucapannya yang datar dan dingin.

"Bukankah seharusnya lelaki itu memegang ucapannya!" pikir Hwagi kembali dengan ribuan tingkah lakunya yang tak bisa diam. Jinyoung mengangguk setuju tanpa menolak. "Tapi kenapa kau masih ingin tinggal di rumahku padahal Ahra telah di temukan?" lanjut Hwagi mendengus remeh.

"Apa aku perlu mengatakan alasan kenapa aku ingin menjaga orang yang telah menjaga nyawaku?" tanya Jinyoung membuat Hwagi bungkam.

"Apa aku akan mendapat diskon, setelah aku mengatakan Saranghae padamu?" tanya Jinyoung antusias.

"Hah, tak ku sangka pria sepertimu juga menyukai diskon!" gumam Hwagi heran.

"Tidak! Aku hanya menyukai Park Hwagi! Gadis yang mengekorku kemanapun aku pergi." ralat Jinyoung, Hwagi kembali mematung, tak pernah ia kehabisan tingkah di depan siapapun kecuali menghadapi Jinyoung seperti saat ini.

***

Jinyoung POV

Aku dan Hwagi telah sampai di rumah. Tepatnya rumah Hwagi, gadis berstatus detektif yang kini membuat hariku selalu merasa cemas. Aku juga tak mengerti, kenapa perasaanku selabil ini. Apa karena nyawanya yang hampir hilang saat menolongku? Atau Tuhan telah mengutukku karena dulu mengacuhkan perasaan tulus Hwagi padaku? Kini aku tak dapat menahan diri untuk selalu melihatnya, tak boleh dan tak akan ku biarkan Hwagi menghilang dari pandanganku meski hanya sedetik.

You Are || JB°JY [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang