#18 : Fate

156 28 5
                                    

"Kau serius ingin melakukannya? Sebaiknya jangan." Hanya kalimat itu yang dapat diucapkan Mark untuk mencegah Ahra. Jika Ahra benar-benar pergi ke rumah keluarganya untuk mencari sang ayah, maka gadis itu mungkin tidak akan sudi lagi melihat Jaebum. Dan tidak hanya Jaebum, bahkan Mark sendiri akan dibenci olehnya.

"Kumohon Mark, temani aku. Aku merindukan ayah dan aku ingin bertemu dengannya," bujuk Ahra dengan wajah memelas. Alasannya sebenarnya bukan itu, tapi karena ia ingin membuktikan perkataan Jaebum soal ayahnya. Ahra tidak bisa memercayai Jaebum yang berkata jika ayahnya tidak menganggapnya lagi sebagai anak karena lebih memilih Jaebum. Ahra tidak percaya jika ayahnya akan setega itu 'membuang' anaknya sendiri.

"Jadi benar ya kalau kau sudah tidak percaya pada Jaebum?"

Ahra memutar bola matanya dengan kesal lalu mendudukkan diri tepat di depan Mark. "Mark dengarkan aku. Aku melakukan ini semata-mata karena aku ingin bertemu dengan ayahku. Aku sudah tidak bertemu dengan ayahku sejak lama. Jadi wajar kan kalau aku rindu pada ayahku? Kau pasti memahaminya Mark."

"Kau yakin alasannya hanya itu?" Mark balas bertanya, berniat mengulur waktu agar ia bisa menemukan alasan yang tepat untuk mencegah Ahra. Kalau Jaebum mengetahui ini, ia pasti akan berusaha mati-matian untuk mencegah Ahra.

Ahra mengangguk mantap. Setidaknya, ia ingin memastikan jika ayahnya masih hidup. Meski nantinya ia akan diusir dan dimaki saat bertemu dengan sang ayah.

Melihat ekspresi Ahra membuat Mark tidak tega. Ia mengerti dan memang wajar jika tiba-tiba gadis itu merindukan ayahnya. Namun, apakah Ahra siap menerima kenyataan yang sesungguhnya? Bagaimana jika tidak?

"Mark? Kau mau kan?" Ahra bertanya lagi untuk yang kesekian kalinya. Saat ini hanya Mark yang bisa ia percayai. Ia sangat berharap jika Mark mau membantunya.

Mark menatap Ahra dengan dalam sambil mengembuskan napas panjang. "Apa yang akan kau lakukan saat bertemu dengan ayahmu?"

Ahra mengangkat sebelah bahunya. "Memeluknya? Dan mengatakan kalau aku merindukannya. Yah, itu memang bukan gayaku tapi... ya sudahlah. Yang penting aku bisa bertemu dengannya."

Mark mengangguk. "Baiklah, aku akan menemanimu. Tapi kau harus siap dengan kenyataan apapun yang akan kau terima nanti."

"Aku mengerti Mark." Ucap Ahra lalu tersenyum senang. Mark benar, ia harus bersiap menerima kenyataan yang akan ditemuinya nanti.

Dalam hati Mark mengulang ribuan kata maaf yang tak bisa ia katakan pada Ahra.

***

Jaebum menyeringai kecil saat melihat video yang ditunjukkan oleh Jackson. Disana terlihat Jinyoung dan Hwagi yang sedang menikmati liburan di suatu tempat. Jari-jari Jaebum semakin mencengkeram erat pinggiran tablet yang digenggamnya. Bahkan tatapan tajamnya mungkin bisa menghancurkan tablet itu menjadi berkeping-keping.

"Mereka sudah dinyatakan pulih total oleh dokter. Menurut mata-mata yang kutugaskan, mereka tampak seperti pasangan kekasih," jelas Jackson membuat Jaebum tertawa kecil.

"Pasangan kekasih katamu? Jadi Jinyoung sudah melupakan Ahra? Ah, baguslah!" Jaebum memberikan tablet itu ke tangan Jackson lalu menjejalkan kedua telapak tangannya ke saku celana. "Tapi aku tidak akan melepaskan mereka begitu saja. Mereka harus mati setelah apa yang mereka lakukan padaku."

"Apa rencana Anda tuan?"

"Aku ingin menjebak mereka dalam skenario kecelakaan lalu lintas. Seolah-olah kedua curut itu mati karena karena kecelakaan parah. Sehingga aku tidak perlu lagi mengotori tanganku untuk menyentuh kulit mereka." Jaebum memperhatikan tangannya sendiri dengan pandangan yang mengerikan.

You Are || JB°JY [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang