#23: YOU ARE last

300 27 19
                                    

Januari, 2018

Ruang sidang 2

"Nona Choi, Tolong bacakan sumpah itu dengan lantang, jika anda berbohong setelah bersumpah, anda akan di hukum atas sumpah palsu. Anda tahu,bukan?"

"Ya, Yang mulia, saya tahu." Jawab wanita bermarga Choi itu dengan yakin.

"Saya bersumpah, akan menerangkan dengan sebenarnya dan tiada lain dari pada yang sebenarnya,jika terbukti berbohong, saya bersedia dihukum atas sumpah palsu,"

Ahra menurunkan kembali tangan kanannya dan melipat buku berukuran besar berisi sumpah seorang saksi di akhiri hembusan nafas pendek. Hari ini ia akan menjadi saksi atas semua kejahatan yang di lakukan Jaebum. Ini bukan pengkhianatan, melainkan bukti dari kebaikan cinta suci seorang insan.

Setelah bersumpah, Hakim utama memulai persidangan. Sang Hakim memberikan waktu pada Jaksa penuntut umum agar membacakan segala hal tindak kriminal yang dilakukan terdakwa. Rentetan tindak kejahatan membanjiri ingatan  Ahra sebagai saksi mutlak seorang ketua mavia kelas kakap itu. Hati Ahra tiba-tiba terasa sesak hingga ia meneteskan air mata kesedihan. Tak pernah terfikirkan olehnya, jika kekasihnya  adalah seorang monster bagi keharmonisan hidup orang lain.

Ahra mengangkat kepala beratnya menatap Jaebum yang kini mengenakan pakaian bertuliskan terdakwa, Jaebum memberi anggukan kecil, mengartikan jika dia akan baik-baik saja.

"Nona Choi, apakah anda mengakui semua kesalahan yang tersangka Im lakukan?" tanya Jaksa penuntut umum.

Hari ini adalah hari penentu nasib Jaebum. Semua ucapan Ahra pun turut andil dalam menentukan seberapa lama Jaebum melakoni hukumannya. Ahra mengangguk sebagai jawaban.

Waktu bergulir begitu cepat, proses persidangan berlangsung dengan lancar, hingga hakim utama memberikan ketetapan hukuman pada Jaebum di akhiri  ketukan palu. Semua orang yang hadir di ruang sidang mulai meninggalkan ruangan. Jaebum terlihat meminta izin kepada pengawal yang akan membawanya ke rutan agar memberinya waktu sebentar.

"Ahra!" Panggil Jaebum menghampiri Ahra dengan tangan terborgol.

"Berjanjilah untuk menungguku!" pinta Jaebum.

Ahra mengangguk dan tersenyum samar, "Maaf Jaebum..." Lirih Ahra sambil mengusap tangan Jaebum yang terkait benda melingkar berbahan besi itu.

"Tidak Ahra, aku yang minta maaf, ini memang pantas aku dapatkan!" Pekik Jaebum tak ingin melihat Ahra menangis. "Ahra, 15 Tahun... Kau benar-benar akan menungguku?" Lirih Jaebum berubah sendu.

Hembusan angin segar membuyarkan lamunan Ahra. Ia menghela nafas panjang kemudian meninggalkan jendela kamar menuju meja rias. Melihat pantulan diri dalam cermin membuatnya tersenyum simpul. "Padahal baru berjalan 3 bulan, kenapa aku sudah sangat-sangat merindukannya?"

Senyumnya memudar mengingat berapa lama hukuman yang harus Jaebum jalani, "15 tahun? Hah..." gumamnya. "Tidak, aku harus tetap semangat menunggunya, 15 tahun lebih baik dari pada hukuman mati kan?" Ahra mengangguk menyemangati diri.

Ia kembali menatap bayangan di dalam cermin hingga getar ponsel mengalihkan perhatian. Segera Ahra mengambil ponselnya dan menjawab panggilan itu, "Halo."

"Ini saya Nona, apa nanti anda bisa hadir di perusahaan!"

"Nanti? Bukankah acaranya masih bulan depan?"

"Banyak persiapan yang harus di lakukan, karena perusahaan sudah lama tidak melakukan peralihan jabatan pemimpin utama."

"Apa mereka yakin, akan memberikanku posisi itu?"

You Are || JB°JY [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang