#19 : Traitor?

159 31 10
                                    

Beberapa hari tak ada kabar, membuat Jinyoung merasa gundah, apa gadisnya terlalu sibuk sekedar untuk menyapa lewat telpon? Atau ia memiliki kesalahan yang tidak di ketahui, karena beberapa hari ini ada rasa tidak enak dalam hati Jinyoung saat melihat perubahan drastis sifat Hwagi. Jika memang itu sebuah kesalahan? Bagaimana ia akan bertindak.

"Hwagi, kenapa dia sulit sekali di ajak bertemu." Gumamnya bingung. Sudah ia coba mengunjungi rumah Hwagi, tapi gadis itu tidak ada di rumah, bahkan rumahnya terlihat berdebu karena lama tidak dihuni. Di kampus pun ia juga tidak melihat Hwagi berkeliaran, bagaimana mungkin gadis yang selalu mengekornya tanpa di minta kini menghilang tak berbekas. Jinyoung tak bergeming, besok ia berniat  menunggu gadisnya di depan kantor kepolisian, tempat gadis itu bekerja.

Suara ketukan pintu di tengah malam membuat Jinyoung mengerutkan kening, ia bahkan baru menyewa studio itu beberapa hari lalu. Tidak ada seorangpun yang tahu alamat barunya. "Polisi?" pikir Jinyoung sebelum menyentuh knop pintu di depannya. 

Jinyoung menekan knop pintu dengan ragu dan menarik ke arahnya. Ia tidak melihat siapapun di depan studio. Apa itu hanya halusinasi pendengaran? Sebelum ia menutup kembali pintu dari dalam, Jinyoung mencoba keluar untuk memastikan.

"Park Jinyoung." Panggil seseorang muncul dari tanaman rimbun di depan studio, Jinyoung menyipitkan mata untuk memastikan siapa pria bertubuh tegap yang memakai masker dan topi gelap itu. "Franklin Han?" tebak Jinyoung tidak yakin.

Selama Jinyoung bekerja sama dengan pria bernama Franklin Han, tidak pernah pria berkebangsaan Amerika itu menemuinya seperti ini.

Tanpa di persilahkan, pria terbalut mantel panjang berwarna coklat tua itu masuk ke dalam studio dan menenteng tas berukuran sedang.  Jinyoung pun mengikuti langkah bosnya dan mengunci pintu dari dalam.

"Segera tinggalkan Korea, di dalam tas ini telah ku siapkan identitas palsu dan juga beberapa uang." Suara husky milik pria bermarga Han itu berhasil membuat Jinyoung semakin bingung, ia bahkan terjerat semakin dalam oleh pikirannya sendiri. Bagaimana mungkin Jinyoung meninggalkan Korea tanpa bertemu Hwagi, tapi kenapa ia harus melakukannya?

"Statusmu telah di ketahui, polisi berencana untuk menangkapmu." Jinyoung beralih menatap wajah Franklin yang hanya menampakkan bagian mata birunya.

Setelah mereka saling diam, Franklin kembali membuka mulut. "Kasus pembunuhan itu sempat berhenti karena aku berhasil mengancamnya untuk tidak berlanjut terus-menerus, aku bahkan mengancam nyawa anaknya yang bernama Park Hwagi jika dia tetap nekat mencarimu..."

Fungsi otak Jinyoung seketika berhenti bekerja setelah nama Hwagi tersebut, ada apa sebenarnya, Jinyoung benar-benar tidak mengerti. "Kenapa kau mengancam Hwagi? Apa salahnya." Tanya Jinyoung pada akhirnya.

"Bodoh! Dia anak dari wanita yang kau tembak bersama Yoongi satu tahun lalu."

Jinyoung mematung, bukan hanya otaknya yang tidak dapat berfungsi, segala panca indranya seketika mati. Rasa gundah karena menghilangnya kabar Hwagi telah terjawab. Dapatkah Jinyoung mengatakan, jika takdir itu kejam?

***

Waktu telah menunjukkan dini hari, kabut tipis pergantian malam menambah sensasi dingin yang membuat pekerja tak kenal waktu itu menggigil kedinginan. Satu jam lalu, tim divisi Hwagi mendapat tugas dadakan dengan level darurat. Hal itu membuat mereka terpaksa menuntaskannya sebelum matahari terbit.

"Nuna, kau tidur saja, kami yang akan menuntaskan misi ini." Seru Yugyeom, Bambam hanya diam, biasanya ia selalu protes saat kebebasan diberikan pada  Hwagi, tapi kini ia sadar, Hwagi harus menerima kenyataan pahit jika Park Jinyoung benar-benar membunuh ibunya.

You Are || JB°JY [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang