#13 : Become Different

188 33 14
                                    

"Karena sistem imun anda cukup kuat proses pemulihan tulang anda membaik lebih cepat. Tapi, saya sarankan untuk tidak meninggalkan kursi roda, agar tulang anda yang patah segera terbentuk." Terang dokter Min, seorang dokter ahli ortopedi yang merawat Jinyoung selama di rumah sakit. Jinyoung tertunduk melihat kedua pahanya yang terbalut penyangga terbuat dari gips. Ulasan kejadian beberapa minggu lalu tertayang kembali diingatannya. Entah bagaimana cara menyimpulkan perasaannya saat ini, melihat Ahra hanya bersembunyi di balik punggung Jaebum saat ia di hajar tanpa henti. Sedangkan Hwagi, wanita yang selama ini ia acuhkan berani melawan seorang Jaebum dan kedua anak buahnya hingga keadaannya belum dapat di ketahui.

Ketika mengingat Hwagi masih belum tersadar, ia pun berniat ingin menjenguk wanita yang telah menyelamatkannya. "Terima kasih Dok." Ucap Jinyoung lalu menggerakkan kursi rodanya. Dokter Min berdiri dari duduknya berniat membantu Jinyoung yang kesulitan memutar arah kursi rodanya. "Biar kubantu." Dokter Min segera membantu Jinyoung tanpa menunggu bersedia dari mulut pasiennya yang kini hanya diam.

"Apa kau akan pergi ke kamar kekasihmu?" Tanya Dokter Min setelah membantu Jinyoung keluar dari ruangannya.

"Bukankah wanita yang masuk ke rumah sakit bersamamu kemarin itu kekasihmu?" Ulang dokter Min ketika Jinyoung memilih diam. "Saya permisi dulu Dok." Ucap Jinyoung tanpa menjawab pertanyaan dokter cantik berkacamata itu.

Jinyoung langsung menuju ke kamar inap Hwagi dengan kursi rodanya, terlihat jelas di wajah pucatnya jika ia kesulitan memutar roda kursinya. Andai berlari tidak menimbulkan nyeri dibagian kakinya, mungkin Jinyoung sudah lakukan itu sekarang. Tapi, ada satu tujuan yang membuat ia berpikir untuk tidak melakukan hal bodoh itu, ia ingin segera sembuh dan merawat Hwagi hingga gadis itu kembali normal seperti biasanya.

"Arrgh." Erang Jinyoung kesal, ia berhenti sejenak dan melihat kamar Hwagi di lorong paling ujung. Helaan nafas pendek keluar dari bibir keringnya sebelum kemudian ia memulai kembali usahanya mendorong kursi roda itu.

Jinyoung mengerutkan kening, disaat beban kursi rodanya tidak terasa sama sekali. Ia pun segera menoleh ke belakang, melihat siapa yang membantunya kali ini.

"Hai, Park Jinyoung." Sapaan yang dulu selalu ingin Jinyoung dengar kini menyapanya dengan nada yang ia rindukan. Jinyoung mematung melihat Ahra berpakaian gelap dengan topi di kepalanya dan masker wajah yang kini ditarik ke arah bawah dagu, nampak jelas jika gadis itu sedang menyamar agar polisi tidak mengetahui siapa dirinya.

Jinyoung tak menjawab, ia memilih melanjutkan keinginannya untuk segera ke kamar Hwagi. Tapi, Ahra menahan kursi rodanya, bahkan memutar arah kursi roda itu hingga Jinyoung mau membuka mulut. "Kemana kau akan membawaku?" tanya Jinyoung, kini Ahra yang diam.

"Apa kau puas melihat semua ini?" Tanya Jinyoung menatap nanar obyek di depannya.

"Tidak!" Jawab Ahra dengan nada rendah.

Ahra pun menghentikan kursi roda Jinyoung di dekat jendela rumah sakit. "Pertama aku ingin meminta maaf untuk kejadian beberapa minggu lalu." Ucap Ahra membuka obrolan. Gadis dengan hoodie coklat tua itu menekuk kakinya dan berdiri menghadap Jinyoung dengan kedua lutut.

Jinyoung berusaha acuh, ia memalingkan wajahnya ketika Ahra menatapnya. Bukan pertemuan seperti ini yang Jinyoung harapkan, bertemu dan dengan mudahnya mengucapkan kata maaf tanpa menanyakan bagaimana perasaannya saat ini, bukankah itu egois? Pergi lalu datang membawa luka kemudian mengucapkan kata maaf!

"Jinyoung ah, aku ingin bertanya padamu!" Ucap Ahra hati-hati. Jinyoung menghela nafas kecewa, Ahra bahkan tidak menanyakan keadaannya sedikitpun untuk berbasa-basi. "Apa yang kau katakan selama ini benar? Kau mengenaliku, kau yang merawatku, kau yang melindungiku, dan kau juga mencintaiku."

You Are || JB°JY [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang