#7 : False

222 38 16
                                    

Malam tampak sama seperti sebelumnya. Tetap gelap, sunyi, dan dingin. Hanya keadaan yang membuat suasana terlihat berbeda. Bagai empat sehat lima sempurna, hadirnya Ahra di basecamp Machine Gun menjadi pelengkap mafia mereka.

Ahra memang menjadi bagian dalam mafia itu, tapi sejujurnya ia menolak segala hal yang dilakukan kelompok yang di pimpin kekasihnya. Bahkan Ahra masuk kedalam mafia dan mengetahui segala aktifitas mereka dengan tujuan, ingin mengubah sedikit demi sedikit watak dari sang kekasih. Namun ia gagal, semakin ia berusaha Jaebum semakin menjadi, hingga Ahra pernah menjadi salah satu korban dari kebingasan kekasihnya sendiri.

Tak perlu dikhawatirkan, kini Ahra telah melupakan segala sesuatu yang Jaebum lakukan padanya dulu. Entah bersikap sementara atau selamanya! Jaebum tak ingin ambil pusing untuk hal itu karena yang ia rasakan hanyalah kebahagiaan.

Hanya satu yang masih membuat pria kejam itu merasa terganggu. Kenyataan bahwa Park Jinyoung masih hidup, seorang saksi mata yang melihat langsung mafianya melakukan pekerjaan kotor di gang sepi beberapa minggu lalu.

Tapi lagi-lagi Ahra bagai penyejuk hati disaat Jaebum sedang merasa gundah. Ia meminta Ahra untuk menuntaskan keganjalan dalam hatinya, dengan cara mengelabuhi pemikiran Ahra yang baru saja kehilangan ingatannya.

"Kau memintaku untuk membunuhnya?" tanya Ahra saat mereka sedang menikmati makan siang.

Jaebum mengangguk. "Pria yang memelukmu kemarin itu dulu menjadi saksi mata saat aku sedang bekerja, membunuh seseorang di gang sepi." jelas Jaebum. Ahra masih terdiam. "Lalu dia memanfaatkanmu agar dengan mudah menyeretku ke kantor polisi. Sebelum rumah kita di penuhi polisi, kita harus membunuh curut itu." simpul Jaebum setelah menjelaskan rangkaian alur yang ia buat-buat.

"Lalu dengan cara apa aku harus membunuhnya?"

"Aku punya rencana yang bagus. Kau tinggal menjalankannya saja." Kata Jaebum dengan seringai khasnya.

***

Ujung pulpen bertinta hitam telah basah karena Bambam tak henti-hentinya menggigit benda lancip itu disaat rapat pembahasan untuk menangkap buronan.

"Nuna, bagaimana jika kita menjebak mereka? Kita berpura-pura membutuhkan jasa mereka untuk membunuh seseorang?" usul Yugyeom menatap Hwagi yang sedang menampakkan wajah berpikir.

Bambam menggeleng tidak setuju. "Jangan langsung seperti itu. Tahap awal, kita harus mematai-matai mereka." usul Bambam. "Lagi pula Ahra sudah menjadi mahasiswi di kampusmu. Itu semakin mempermudah kita untuk memantau perkembangan mereka." tambah Bambam serius.

Yugyeom mengangguk setuju, "Oke, kita bagi saja tugas untuk mengintai pergerakan Machine Gun." Usul Yugyeom antusias.

"Aku akan fokus pada Jaebum, Yugyeom fokus pada anak buahnya, sedangkan Hwagi fokus pada Ahra!" Jelas Bambam menulis ucapannya di selembar kertas.

"Naega wae?" Teriak Hwagi angkat bicara. "Kenapa aku yang memata-matai Ahra?" Sambungnya kesal.

"Lalu kau mau bertukar posisi denganku?" Tanya Bambam,

Hwagi hanya diam, "Sudah, jalani saja dulu. Kita bisa atur posisi sesuai kondisi nanti." Putus Bambam meletakkan pulpennya.

"Setelah kita mendapat info dari mereka?" Tanya Yugyeom.

"Akan kutembak Jaebum, tepat di kepalanya." sahut Hwagi meremas kertas di genggamannya. Bambam mengangkat salah satu sudut bibir mendengar ucapan Hwagi yang terdengar seolah-olah gadis itu dapat menembak dengan benar.

"Park Hwagi ssi! Kau lupa? Kau dulu bahkan tidak lulus saat ujian menembak!" Ledek Bambam.

"Yak! Jika aku tidak lulus menembak, aku tidak mungkin menjadi ketua tim ini." Bantah Hwagi dengan suara semakin meninggi.

You Are || JB°JY [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang