Empat

4.6K 205 7
                                    

*revisi*

"sebuah pertemuan memang tidak bisa diduga, bukan?"

Hidden Identity

Di dalam mobil yang di kemudikan oleh Joshua, Papa Liya itu hanya diisi oleh keheningan.

Para penghuni mobil itu, Alliya dan Nathan sama sekali tidak bersuara.

Mereka lebih memilih untuk menatap ke arah luar jendela, menatap ke arah jalan yang mulai ramai dengan kendaraan.

Hingga akhirnya, Joshua yang merasa tidak nyaman dengan suasana yang tercipta langsung berdehem untuk mencoba memulai percakapan dengan kedua anaknya itu.

"ehm ... Liya, bolehkah Papa bertanya?" ucapnya

Alliya yang tadinya menatap ke arah luar jendela langsung menoleh ke arah Papanya yang masih fokus menatap ke depan.

"iya. Papa mau tanya apa?" jawabnya

Joshua tersenyum tipis, begitu melihat respon yang Alliya berikan.

"Papa tahu mungkin Liya tidak ingin mengatakannya. Tapi Papa cukup penasaran dengan apa maksud perkataan Mama kepada Liya tadi.

"Jadi, bisakah Liya mengatakannya pada Papa," ucapnya lembut

Joshua bisa melihat Liya yang kini air mukanya langsung berubah, langsung menimpalinya dengan cepat.

"Tapi jika Liya belum mau mengatakannya sekarang tidak apa-apa. Papa tidak akan memaksa," lanjutnya

Alliya hanya bisa tersenyum tipis mendengar perkataan Papanya itu.

"tidak ada. Mama hanya menyadarkan Liya jika Liya saat itu memang salah." jawabnya berbohong.

Nathan yang duduk di jok belakang secara terang-terangan menatap ke arah Liya dengan tatapan heran dan curiga.

Sedangkan, Joshua sendiri hanya bisa menganggukkan kepalanya mencoba mempercayai perkataan gadis itu.

Walaupun, sebenarnya pria itu tahu bahwa anaknya itu sedang berbohong dan menutupi sesuatu yang sama sekali tidak dia ketahui.

"oh ... Tapi Papa percaya kok Liya tadi hanya ingin menolong Kak Lisa. Dan tidak berniat buruk sama Kak Lisa.

"Jadi, jangan terlalu sedih ya dengan perkataan Mama," ucapnya mencoba menghibur Alliya.

Alliya mengangguk kecil mendengar perkataan dari Papanya itu.

Hati gadis itu sedikit lega karena Papanya itu mau mengerti dirinya selain Kak Nathan dan Kak Bella.

"Liya memang tidak salah saat itu. Yang salah itu Lisa. Seharusnya dia berterima kasih ke Liya, karena Liya sudah membantunya. Dan bukannya mengembalikan buku itu ke Liya.

"seolah dirinya bisa melakukannya sendiri padahal kenyataannya dia hanya orang lemah yang tidak bisa apa-apa tanpa ban-"

Alliya melirik tidak suka ke arah Nathan.

"Kak Nat ...." potongnyadengan cepat

Joshua hanya bisa diam menatap ke arah kaca yang langsung menghubungkannya dengan tatapan Nathan yang begitu tajam ke arahnya.

Do You Ever Think Of Me? | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang