Delapanbelas

1.4K 64 0
                                    

Hidden Identity

Aku menatap Mama yang kini sedang menatapku hangat, tangannya dengan lembut dan penuh kasih sayang mengelus rambut hitamku yang kini panjangnya hampir melewati bahuku.

Aku bisa melihat dengan jelas kantung matanya yang terlihat besar.

Mama pasti kurang tidur karena sibuk merawat pasiennya, bahkan Mama hanya bisa menengokku sekali dalam sehari karena saking padatnya jadwal yang dimilikinya.

Dan genap 7 kali ini dalam seminggu aku berada di Rumah Sakit Mama menengokku.

"apa operasinya berhasil, Ma?" tanyaku

Pertanyaanku itu membuatnya menatapku sejenak dan tersenyum hangat sebelum akhirnya mengangguk tanpa menghentikan gerakan tangannya yang masih mengelus rambutku.

"ya ... Alhamdulillah berhasil, sayang. Dia sudah bisa melihat kembali. Liya kangen ya sama Mama, maafin Mama ya.

"Mama hanya bisa menjenguk kamu sekali dalam sehari itupun sebentar karena jadwal Mama." ucapnya dengan nada sedih.

"syukurlah ... Sedikit. Kenapa harus minta maaf? Liya malah senang lihat Mama seperti ini ... Mama terlihat seperti wonder woman bagi Liya." balasku semangat, karena bangga memiliki Mama.

"Liya ingin jadi seperti Mama tidak kalau sudah besar?" tanyanya

Aku menggelengkan kepalaku tidak setuju. Dan itu membuatnya menatapku heran.

"kenapa?" tanyanya heran

"karena Liya tidak suka bau obat dan melihat darah, Ma. Jadi ... Ma, kapan Liya bisa pulang dari sini?" jawabku merengek.

Mama tersenyum tipis mendengar ucapanku seakan mengerti dan paham akan maksudku.

"sebenarnya, Mama kesini bukan hanya mau menjenguk kamu. Mama kesini mau kasih kamu berita bagus." ucapnya

"berita bagus apa, Ma?" tanyaku penasaran.

Dia terlihat begitu senang melihatku yang begitu antusias dengan berita bagus yang ingin dia sampaikan.

Kira-kira apa ya berita bagusnya ...

Apakah aku sudah boleh pulang dari sini?

Semoga iya ...

karena jujur aku sudah tidak betah disini.

Bukan hanya karena aku tidak suka bau obat tapi aku juga tidak suka disini karena tidak bisa bergerak dengan leluasa.

"Liya maunya apa?" goda Mama

Aku tersenyum mendengar godaan yang dilontarkan Mama padaku dengan segera aku mengatakan hal yang aku inginkan.

"Liya sudah boleh pulang dari sini. Kan Liya sudah baik-baik saja. Liya sudah kangen sama rumah." jawabku antusias.

Suaraku yang terlewat bahagia itu malah terdengar seperti nada rengekkan yang membuat Mama kini tertawa kecil dan lantas menganggukkan kepalanya pelan.

Mama mengganggukkan kepalanya ...

Itu berarti aku sudah boleh pulang, dan keinginanku akan terkabul ...

"beneran, Ma. Liya sudah boleh pulang? Kapan, Ma? Besok?" tanyaku

"sekarang."

Itu bukan suara Mama.

Melainkan suara Kak Nathan dan Kak Bella yang sudah berdiri di depan pintu ruanganku.

Dan aku bisa melihat Kak Nathan sudah membawa tas besar di tangannya yang kuyakini itu adalah barang-barangku selama dirawat disini.

Do You Ever Think Of Me? | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang