Tujuhbelas

1.5K 77 1
                                    

Hidden Identity

Aku sekarang sedang bersama Camilo, kepalaku sudah terbungkus perban.

Dan aku bisa melihat dia menatapku dengan khawatir.

Kuulas senyum tipis di bibirku dan mulai melangkah mendekat ke arahnya yang juga sedang melangkah dengan cepat ke arahku.

Dia dengan segera memeluk erat bahuku seakan menahan tubuhku agar tidak jatuh.

"kamu sudah boleh pulang? Kamu sudah pulih? Kamu sudah ingat aku?" tanyanya bertubi-tubi.

Aku diam-diam tersenyum senang karena dia tidak menyadari jika aku ini bukan Alliya.

Jahat ...itu pasti terlintas di otak kalian saat aku mengambil kesempatan saat kondisi saudaraku sendiri belum pulih total.

Tapi yang akan aku katakan sekarang adalah ...

Aku tidak peduli ... Yang terpenting Camilo bisa disisiku lagi.

Egois ...

Itu memang sifatku ...

"Liya ... kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan khawatir.

Aku tertegun saat nama itu lagi-lagi terucap dari bibirnya.

Ingin rasanya aku berteriak dengan keras padanya kalau aku ini ALLISA bukan ALLIYA, AKU ALLISA.

Namun, aku tidak sebodoh itu untuk melakukan hal yang dapat merusak semua usaha yang aku lakukan agar bisa mendapatkannya.

"ya ... aku baik-baik saja, Milo." balasku.

Dirinya dengan segera menuntunku ke arah mobilnya yang tidak jauh dari tempat kita berdiri.

"Mama kamu ... Kak Bella dan Kak Nathan mana? Kenapa tidak mengantarmu pulang?" tanyanya

Kenapa harus tanya itu ...

Aku merutuk kepadanya karena bertanya aneh-aneh seperti itu.

"Mama sedang melakukan jadwal operasi, Kak Nat dan Kak Bella masih di dalam untuk berkemas." balasku bohong.

Aku berusaha menjawabnya dengan jawaban logis.

Dan aku rasa dia percaya setelah aku lihat dirinya mengangguk.

"memang mereka tidak keberatan jika Adik tersayang mereka aku bawa di hari pertama dia keluar dari sini?" tanyanya lagi.

Lagib... kenapa bertanya aneh-aneh sih.

Kuulas senyum paksa dengan sempurna di wajahku.

"tidak apa-apa. Mereka sudah aku beritahu, dan mereka bilang tidak apa-apa. Karena mereka mengerti apa yang aku butuhkan." balasku bohong.

Omong kosong ...

Mereka tidak pernah mengerti apa yang aku butuhkan, mereka hanya mengerti tentang Alliya.

Dia tersenyum lembut ke arahku lalu aku bisa merasakan sentuhan lembut di kepalaku karena usapan dari tangannya.

"baiklah, kalau begitu aku akan membawa dan menjagamu sebaik mungkin karena mereka sudah percaya denganku." ucapnya dengan lembut.

Perkataan yang keluar dari bibirnya itu membuat dadaku menghangat bersamaan dengan tangannya yang kembali menarikku untuk masuk ke dalam mobilnya.

Biarkan aku bahagia untuk kali ini saja ...

Tidak ... bukan kali ini saja, tapi seterusnya.

Aku ingin merasakan bagaiamana rasanya bahagia di tengah kehidupanku yang begitu pahit ini.

Do You Ever Think Of Me? | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang