Dua

8.3K 329 1
                                    

*revisi

"Sebuah rasa yang begitu besar bisa mengalahkan semuanya."

Hidden Indentity

Alliya hanya bisa menghembuskan nafas secara perlahan.

Gadis itu menekuk kedua kakinya dan menopang kepalanya yang mungil itu di antara kedua kakinya itu.

Cahaya temaram dari lampu meja belajarnya menyinari sebagian wajahnya yang terlihat kosong.

Matanya menatap ke arah setumpuk buku tebal di mejanya.

Dari buku akedemik sampai sebuah novel tertata dengan rapi disana. Tangan kanannya bergerak menyentuh buku akademik, Matematika kelas 6.

Mulai membuka buku akademik itu dengan perlahan. Matanya menatap malas ke arah angka-angka yang berderet di buku itu.

Dengan gerakan luwes dan cepat tangan itu mulai bergerak membuka lembar demi lembar buku itu seakan sederet angka itu bukanlah hal penting.

"kamu masih belajar?" ujar seseorang

Alliya langsung menoleh ke arah belakangnya dimana sumber suara itu berasal.

Dan tepat di belakangnya Allisa sudah berdiri dengan segelas susu coklat yang masih panas terlihat dari uap mengepul dari gelas itu.

Alliya mengerutkan keningnya melihat kehadiran Allisa itu.

"kenapa belum tidur, Kak? Apa Kakak tidak ada jadwal besok?"
tanyanya balik tanpa menjawab pertanyaan Allisa.

Allisa tersenyum kecil mendengar pertanyaan yang Alliya ajukan padanya itu.

Tangannya yang membawa segelas susu coklat itu terjulur ke arah Liya.

"Ada. Bahkan materinya semakin susah," jawabnya

Alliya menerima segelas susu coklat itu dan meletakkannya di meja nakas dekat meja belajarnya.

Gadis itu mengeryitkan dahinya seakan tidak mengerti apa permasalahan Allisa yang sebenarnya.

"kenapa bisa? Apa guru privat Kakak tidak menyenangkan dan membuat Kakak susah memahami materinya?

"Mau aku bantu?" tawarnya

Pertanyaan bertubi-tubi dari Liya itu membuat Allisa tertawa kecil lalu mengelus rambut Adiknya itu dengan lembut.

"ah, tidak. Guru privat Kakak sangat menyenangkan. Mungkin Kakak saja yang kurang fokus saat dia menjelaskan materinya," jawabnya

Allisa duduk di kasurnya yang dekat meja belajar saudaranya itu, menatap ke arah tumpukan buku milik Alliya.

Yang jumlahnya tidak sebanding dengan tumpukan buku miliknya yang ada tepat di samping meja belajar Alliya.

Dan kalau dilihat buku milik Allisa yang paling banyak bukunya daripada milik Alliya.

"Dan kamu tidak perlu melakukan itu, aku tahu tugas yang diberikan oleh gurumu itu pasti sudah membuatmu berat.

Do You Ever Think Of Me? | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang