Duapuluh Tiga

1.3K 59 1
                                    

Hidden Identity

Dia menatapku dengan tatapan herannya saat aku baru saja memberikannya buket bunga pemberian Camilo padanya.

Namun, aku hanya membalasnya dengan angkatan bahuku seakan tidak peduli.

"itu dari Camilo." ucapku pendek.

"Camilo? Kamu menemuinya?" tanyanya tidak suka

Aku menatapnya dengan tatapan tidak percayaku.

"aku tidak punya waktu untuk itu." Kulangkahkan kakiku ke tempat tidurku, "kamu boleh beranggapan kalau akulah yang merebut semua kebahagianmu, tapi setidaknya aku tidak pernah merebut Camilo darimu. Ini semua terjadi karena dirimu sendiri." ucapku

Aku tahu dia sedang menatapku tajam walaupun aku tidak menatap ke arahnya.

"ini karena dirimu." jawabnya

Aku tertawa pelan mendengar ucapannya itu.

"benarkah? Siapa yang menyuruhmu mengaku sebagai diriku? Oh ... Atau kamu ingin segera mengakhiri ini. Itu mudah bagiku." balasku tenang.

Aku tidak akan mundur untuk ini, aku ingin kebebasan.

Aku tahu dirinya begitu terkekang, aku juga.

Bukan hanya dia.

Dan ini salah, aku tidak akan membiarkan hal yang salah ini terus berlanjut.

"jangan berani bilang apapun pada Camilo." sergahnya

"bilang apa yang kamu maksud? Bilang siapa dirimu atau kita sebenarnya?" tanyaku

Dengan segera aku menidurkan kembali tubuhku, sebelum akhirnya pintu kamar kita terbuka dengan sedikit kasar.

Dan disana sudah Kak Nathan yang menatapku khawatir.

Sebelum akhirnya beralih menatap tajam Allisa yang sudah berdiri dari posisi duduknya.

"berhenti disitu. Atau gue bakal bunuh lo." ucapnya tegas.

Setelah mengatakan itu Kak Nathan dengan segera melangkahkan kakinya mendekatiku lalu dengan tiba-tiba menggendong begitu saja.

"Kakak tidak akan memberikannya kesempatan untuk melukaimu lagi." ucapnya

Dan aku bisa melihat dengan jelas genggaman tangan Allisa yang berdiri dengan tidak tenang di dekat tempat tidurnya sambil menatapku tajam saat aku yang berada di gendongan Kak Nathan melewatinya untuk keluar dari kamar itu.

Hidden Identity

Lagi dia kembali menemuiku.

Dan entah kenapa aku merasa jika Kak Nathanlah yang tanpa sengaja merencanakan ini.

Sepulang sekolah tadi, Kak Nathan kembali mengajakku ke taman tempat dimana aku dan Camilo bertemu kemarin.

Dan sekarang, aku sudah bersamanya lagi.

Dirinya sekarang bersama seorang gadis yang tadi dia perkenalkan sebagai kembarannya yang bernama Camila.

Melihat itu aku merasa apakah aku bisa berbaikan kembali dengan kembaranku itu?

Bisakah?

Aku yakin itu pasti sulit mengingat seberapa parahnya masalah yang terjadi antara kita.

"dia Camila, aku harap kamu segera mengingatnya. Dia yang membuat kita bisa jadi seperti ini." ucapnya menjelaskan.

Do You Ever Think Of Me? | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang