Lima

3.3K 171 1
                                    

*revisi*

"Kita diciptakan dengan keadaan berbeda untuk dipersatukan."


Hidden Identity

Kudengar sebuah suara tawa yang sangat familiar di telingaku.

Aku yang sedang berada di ruang belajar khusus untuk ruangan kegiatan homescholling-ku langsung menoleh ke arah sumber suara tawa itu.

Dan aku bisa melihat dengan jelas dia tengah berjalan bersama Kak Nathan, berjalan berdampingan dengan senyum merekah di bibir mereka.

Dan tanpa kusadari bibirku ikut melengkung ke atas melihat kembaranku itu baik-baik saja setelah kejadian tadi pagi.

Sejujurnya, aku sangat merasa bersalah dengannya karena kebodohanku itu.

Aku telah membuatnya kena marah Mama lagi. Dan aku juga sangat menyetujui ucapan Kak Nathan pagi hari itu.

Ya, seharusnya aku harus berterima kasih pada saudara kembarku itu. Dia sudah rela membuang waktunya percuma demi membuatkanku sebuah rangkuman materi yang kini sangat berguna bagiku.

Dan bukankah itu artinya dia sayang padaku, dan yang dia lakukan itu adalah bentuk kasih sayangnya padaku.

Kutolehkan kepalaku ke arah guru privatku yang kini sedang tersenyum saat menyodorkan sebuah buku yang menunjukkan nilai 98.

"kamu sudah berkembang cepat, Lisa. Apakah ini karna catatan dari Adikmu itu?" tanyanya

Aku menganggukkan kepalaku dengan semangat. Aku tidak bisa berbohong untuk kenyataan bahwa dirinya memang lebih unggul dariku, dan keunggulannya itu bahkan tanpa sungkan dia tularkan padaku.

Dan seharusnya aku sebagai Kakaknya begitu bangga mempunyai Adik sepertinya bukan.

"bagus. Mungkin jika lain kali kamu masih belum terlalu mengerti dengan materi yang kujelaskan, kamu bisa bertanya kepada Adikmu," ucapnya

Aku menatap guruku itu dengan dahi berkerut saat aku bisa dengan jelas ada nada sedih yang terselip di setiap perkataanya.

"aku tidak bermak.. Kamu pintar Lisa. Mungkin karna Kakak ada banyak pikiran akhir-akhir ini membuat Kakak tidak bisa menjelaskan semua materi dengan baik kepadamu. Maafkan, Kakak."

Guruku yang sudah ku anggap seperti Kakakku sendiri itu menundukkan wajahnya yang terlihat letih. Aku menepuk bahunya dengan perlahan.

"aku tidak apa-apa, Kak Shinta. Mungkin ini bukan salah Kakak saja, tapi juga salah Lisa yang memang sedikit kurang pintar."

Kak Shinta menatapku sendu lalu memelukku dengan erat. Dan itu membuatku terdiam sebentar, sudah lama aku merindukan sebuah pelukan hangat dari seorang Kakak. Selama ini aku hanya bisa diam tanpa bisa melakukan apapun di dekat kedua Kakakku. Aku hanya bisa memandang betapa mereka memperhatikan Alliya bahkan mereka bercanda tawa tanpa menyadari keberadaanku yang hanya bisa menatap mereka.

Ya, aku hanya bisa menatap mereka. Karna aku tahu diri, jika seandainya aku selalu menerima ajakan Kak Bella dan Liya untuk bergabung dengan mereka mungkin saat itu juga mereka juga akan mendapat omelan dari Mama. Sama persis dengan ucapan Kak Nathan yang selalu menolak kehadiranku diantara mereka.

Do You Ever Think Of Me? | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang