Hidden Identity
Hana menatap prihatin ke arah Alliya yang kini masih terlelap. Sebuah kompres sudah terpasang dengan apiknya di dahi Alliya.
Pintu kamar itu terbuka, dan disana Allisa berdiri.
Tangan Allisa diam-diam mengepal di sisi tubuhnya seraya melangkah mendekati Hana yang tadi hanya menoleh sekilas ke arahnya dan kembali menatap ke arah Alliya yang masih terlelap.
"Ma..." panggilnya
"hm."
Hanya sebuah deheman dari Hana itu bisa membuat Allisa merasa kecewa, kepalan di tangannya bertambah erat.
Namun tak elak dengan keras, Allisa berusaha memaksakan sebuah senyum tipis di wajah cantiknya itu.
'segitu pentingnya ya Alliya buat Mama. Hingga aku bisa dilupakan begitu saja.'-batin Allisa
"biar Lisa yang menunggu Liya. Mama istirahat saja dulu, Mama bahkan belum makan sejak siang tadi." ucapnya
"seben-"
"Ma, Lisa tidak mau Mama malah sakit. Ini sudah malam, Ma. Istirahatlah biar Allisa yang menunggu Liya." potong Allisa
Hana hanya bisa menghela nafasnya dengan perlahan, sebelum akhirnya berdiri dari posisi duduknya.
"jaga Liya, ya. Mama istrihat dulu, nanti Mama segera kesini lagi." ucapnya lembut.
Dan tanpa menunggu jawaban dari Allisa, Hana sudah melangkah meninggalkan Allisa bersama Alliya di kamar itu.
Allisa hanya bisa menatap sendu ke arah pintu kamarnya yang baru saja ditutup oleh Hana.
Matanya beralih menatap ke arah fotocopy wajahnya yang kini sudah dibanjiri keringat dingin bahkan kepalanya bergerak dengan gelisah walaupun kedua matanya tertutup rapat.
Allisa segera mendekat ke arah Alliya yang masih bergerak gelisah itu dan mengelap keringat dingin yang membasahi wajah Alliya dengan sapu tangan.
"nikmatilah mimpi burukmu,
Liya. Itu setimpal dengan apa yang kamu lakukan padaku selama ini." bisik Allisa tepat di telinga Alliya.Hingga beberapa menit ke depan, Allisa hanya diam memandang Alliya yang masih bergerak gelisah dalam tidurnya.
Sebuah senyum miring menghiasi wajah cantik Allisa walaupun tangannya masih bergerak mengelap keringat dingin yang membasahi wajah Alliya.
Hingga akhirnya, kelopak mata Alliya mulai mengerjap dan itu membuat Allisa segera membentuk senyum tipis di wajahnya dan beralih mengelus rambut Alliya dengan lembut.
Alliya yang sudah sadar sepenuhnya menatap ke arah Allisa yang masih tersenyum tipis ke arahnya.
"mimpi buruk, ya? Tenang, Kak Lisa ada sini. Jangan takut." ucapnya lembut.
Alliya hanya diam tidak menjawab perkataan Allisa yang dia tahu dengan baik hanya sebuah kebohongan baginya.
Tangan Alliya bergerak memegang tangan Allisa yang mengelus rambutnya dan mengarahkannya ke lehernya.
"bukankah Kakak ingin membunuhku? Lakukan saja. Sekarang." ucap Alliya dengan dingin.
Senyum tipis yang tadi Allisa terbitkan berubah kembali menjadi senyum miring yang begitu mengerikan.
Namun itu sama sekali tidak membuat Alliya takut, bahkan gadis itu terlihat pasrah saat Allisa benar-benar melakukan apa yang dia katakan tadi.
Allisa, gadis itu benar-benar mencekik leher Alliya dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Ever Think Of Me? | On Going
General FictionWarning! First Story, maaf jika banyak typo ataupun ketidakjelasan dalam cerita ini. --> Sebuah cerita sederhana dari sepasang anak kembar, Allisa dan Alliya yang berusaha untuk saling menjaga tanpa menyakiti perasaan satu sama lain. Namun, semua us...