Hidden Identity
Alliya menatap sedih Nathan yang kini menatap datar ke arah depannya yang sama sekali tidak menyajikan pemandangan yang indah, kecuali tembok bercat abu-abu.
Alliya mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah Nathan, lalu memeluk leher Nathan dengan perlahan dari belakang .
Dan itu sukses membuat Nathan sedikit terkejut dengan tindakannya yang tiba-tiba itu.
"Kak Nat sedih, ya? Kenapa tidak bilang sama Liya?" tanya Alliya sedih.
Nathan menolehkan kepalanya ke arah Alliya.
"Kakak tidak apa-apa. Kak Nat bai-"
"pembohong." potong Alliya
Dengan segera Alliya melepaskan lengannya yang tadinya memeluk leher Nathan.
Alliya kini menatap Nathan dengan jengah lalu menurunkan tatapannya ke arah lantai marmer berwarna cream di bawahnya.
Kedua telapak tangan Alliya yang mulai gemetar nampak bertautan dengan erat karena menahan kesal yang bergejolak di dalam dadanya.
"sekarang aku mulai percaya dengan apa yang dibilang Papa." Alliya menatap ke arah Nathan, "jangan mudah mempercayai orang, walaupun itu orang terdekatmu." ucapnya
Nathan tercekat mendengar penuturan dari Alliya tadi.
Dia merasa bersalah kepada Alliya dan kecewa pada dirinya sendiri karena sudah membuat kepercayaan Alliya kepadanya mulai memudar.
"Liya pergi, mungkin Alliya tidak bisa membantu Kak Nat untuk ini." ucap Alliya kecewa.
Alliya mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Nathan di kamarnya sendirian.
"Liya ...."
Panggilan dari Nathan sama sekali tidak mempengaruhi niat Alliya untuk keluar dari kamar Nathan itu.
Bahkan Alliya masih terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun ke arah Nathan yang sedari tadi memanggil namanya dengan sedih.
"maafin Kak Nat." lirih Nathan.
Nathan masih diam di posisi duduknya tanpa ada niatan untuk mengejar Adiknya itu.
Dan kita tahu bahwa mereka sama-sama sedang ingin sendiri tanpa seseorang di samping mereka.
Dan kini Alliya masih melangkahkan kakinya menuruni tangga dan terus berjalan sampai di ambang pintu rumahnya.
Tangannya bergerak menarik kusen pintu rumahnya itu dengan perlahan dan mulai melangkahkan kakinya keluar dari rumah tanpa sepengetahuan siapapun.
Hidden Identity
Kakiku masih melangkah tanpa tujuan, seakan tidak merasakan lelah.
Kuhela nafasku dengan perlahan dan mulai menghirup udara sore hari itu yang masih cerah.
Hingga akhirnya, kakiku berhenti melangkah saat mataku melihatnya.
Dia, Allisa sedang bersama Camilo.
Dan entah sadar atau tidak sebuah senyum sinis terukir di bibirku bersamaan dengan tanganku yang terkepal erat.
Mereka sedang asyik bermain di area game center.
Bahkan aku baru menyadari posisiku sekarang yang sudah berada di dalam mall.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Ever Think Of Me? | On Going
Ficción GeneralWarning! First Story, maaf jika banyak typo ataupun ketidakjelasan dalam cerita ini. --> Sebuah cerita sederhana dari sepasang anak kembar, Allisa dan Alliya yang berusaha untuk saling menjaga tanpa menyakiti perasaan satu sama lain. Namun, semua us...