Duapuluh Empat

1.3K 59 0
                                    

Hidden Identity

Nathan menatap aneh ke arah Evan yang kini sedang menatap Alliya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Pemuda itu menatap antara tajam, rindu, sayang ke arah Alliya yang masih sibuk dengan tugasnya.

"ngapain?" bisik Nathan

Dan itu membuat Evan menoleh ke arah Nathan dan hanya menggelengkan kepalanya yang disertai tawa gelinya yang kecil.

"gue rasa gue udah gila." jawabnya pelan

Alliya yang ikut mendengarkan ucapan Evan menoleh ke arah Evan yang beralih menatapnya.

"lo baru nyadar?" ejek Nathan

"ya. Dan mungkin kadar kegilaan gue semakin naik tiap harinya." jawab Evan.

Dengan tiba-tiba, tangan Evan langsung meluncur ke arah puncak kepala Alliya yang masih menatapnya heran.

Tangan itu bergerak lembut mengelus rambut Alliya dari puncak hingga ujung hingga membuat sang pemilik rambut membeku karenanya.

Berbeda dengan siswi-siswi yang juga berada di perpustakaan itu langsung menjerit tidak tertahankan.

"gila. Gue nggak bisa nafas, beri gue oksigen."

"Evan so sweet banget."

"huh, gue bisa apa? Ya, Tuhan.."

"gue melting."

Dan kericuhan itu langsung berhenti dengan sekejap saat guru penjaga perpustakaan yang terkenal garang menegur mereka.

"ini perpustakaan, bukan pasar. Jika mau buat keributan, keluar saja." bentak guru penjaga itu.

Sedikit demi sedikit siswi-siswi yang membuat keributan itu berangsur pergi dari perpustakaan.

Walaupun, sebagian masih ada yang mencoba mengintip lewat jendela perpustakaan yang kebetulan rendah posisinya.

Dan yang terjadi selanjutnya adalah ...

Teriakan itu kembali menggema saat Evan dengan tiba-tiba mencium pipi kanan Alliya.

"jadilah pacar aku, Liya." ucap Evan

Nathan yang berada disamping Alliya hanya bisa membuka mulutnya lebar karena saking terkejutnya.

Jika Nathan terkejut lalu apa kabar dengan Alliya?

Alliya, jantung gadis itu berdetak kencang bahkan nafasnya dia tahan tanpa sadar saat Evan selesai mengatakan hal itu.

Dan entah sadar atau tidak, kepala Alliya bergerak mengangguk secara perlahan dan itu membuat mulut Nathan semakin terbuka lebar.

Evan tersenyum bahagia melihat dengan cepat dia langsung berganti posisi duduk yang tadinya duduk di depan Alliya langsung duduk disamping gadis itu dan memeluknya dengan erat.

"terima kasih, Liya. Aku janji aku akan menjagamu dengan baik." ucap Evan

Nathan tidak suka melihat hal itu dan langsung melepaskan tangan Evan yang tengah memeluk Alliya.

Nathan dengan segera menarik Alliya untuk masuk ke dalam pelukannya.

"jangan senang dulu. Mungkin Liya tida ... tidak sadar saat dia menjawabnya." sergah Nathan masih tidak percaya.

Dan itu membuat Evan merengut kesal.

"aku masih sadar, Kak." ucap Alliya.

Evan tersenyum begitu mendengar itu.

Do You Ever Think Of Me? | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang