Hidden Identity
"kamu ingin kemana, hah? Mau merusak semuanya?" tanya Nathan, seraya menahan tangan Allisa.
Allisa menatap Kakaknya itu dengan tatapan kesal.
"lepaskan! Camilo seharusnya bersamaku saat ini, bukan bersama Liya." ucapnya
Nathan tertawa geli lantas melepaskan tangannya yang menahan pergerakan Allisa lalu memasukkannya ke saku celananya.
"silahkan saja. Aku malah senang jika itu kamu lakukan, dengan begitu Alliya bisa kembali lagi." ucapnya tenang.
Ucapan Nathan itu menyadarkan Allisa yang baru saja melangkahkan kakinya selangkah di depan Nathan.
Allisa lantas membalikkan badannya menatap ke arah Nathan dengan tatapan yang sulit di artikan.
"lakukan saja, dan biarkan Liya bebas. Cukup sampai di sini, kita menunggu." ucap Nathan
Kening Allisa berkerut mendengar ucapan Nathan itu.
"kita? Menunggu?" tanya Allisa heran
Nathan menggangguk dengan yakin.
"ya kita, aku dan Kak Bella bahkan Mama. Menunggu kembalinya Alliya yang telah kamu sembunyikan karena egomu itu." ucapnya tegas.
Allisa tertawa geli mendengarnya, tidak percaya jika Nathan mengatakan hal itu.
"aku menyembunyikan Alliya? Kalian, salah. Inilah jati diri, Alliya yang sebenarnya.
"Licik dan pengrebut perhatian orang." ucapnya
Nathan tertawa geli mendengar perkataan dari Allisa yang begitu percaya diri itu.
"pengrebut perhatian orang, ya?" Nathan mengusap rahangnya dengan pelan, "tapi ... kenapa aku berfikir jika kamu kesepian karena hal ini?" tanyanya
"aku tidak kesepian." sergah Allisa
Nathan menatap minat ke arah Allisa.
"jika tidak kesepian, kenapa menyebut Liya seperti itu? Aku tidak heran dengan ini semua, melihat bagaimana sifatmu itu." ucapnya
"karena dia memang seperti itu faktanya? Dia yang telah mengambil Papa, Kak Bella, Kak Nat, Mama bahkan sekarang Milo dariku dengan liciknya." balas Allisa tidak terima.
Nathan menggelengkan kepalanya dengan perlahan, tidak percaya dengan ke-egoisan Allisa.
"bukankah ini salahmu sendiri? Liya tidak pernah berusaha merebut perhatian dari kita,
"sifat alaminya yang kamu sembunyikan itulah yang membuat kita perhatian padanya." balasnya
Allisa masih tidak percaya itu.
"sifat alami apa yang kamu maksud? Kepolosan yang penuh kepalsuan itu?" tanyanya mengejek.
"ya ... kepolosannya. Semua sifat alami tidaklah palsu asal kamu tahu.
"Bahkan bukan hanya polos tapi sifat tertutupnya jugalah yang membuat kita perhatian dengannya." balas Nathan tenang.
"apa? Hanya hal se-"
"walaupun kalian saudara kembar, sifat kalian berbeda. Kamu orang yang akan melakukan apapun yang kamu inginkan walaupun itu menyakitkan orang lain sekalipun, tapi tidak dengan Liya.
"Liya akan mundur jika banyak resiko yang akan dia dapat, karena dia tahu bagaimana memperlakukan seseorang dengan baik. Jadi kamu bisa simpulkan semuanya kan?" potong Nathan, tidak memberi celah untuk Allisa berargumen.
Allisa masih tetap kukuh dengan pendapatnya.
"tentu saja, kesimpulannya tetap sama. Liya adalah orang jahat." ucapnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Ever Think Of Me? | On Going
Ficción GeneralWarning! First Story, maaf jika banyak typo ataupun ketidakjelasan dalam cerita ini. --> Sebuah cerita sederhana dari sepasang anak kembar, Allisa dan Alliya yang berusaha untuk saling menjaga tanpa menyakiti perasaan satu sama lain. Namun, semua us...