Sebelas

2K 107 1
                                    

Hidden Identity

Alliya menatap ke arah Allisa yang diam-diam sedang memainkan jari jemarinya yang bertautan di atas pangkuannya.

Gadis itu menghela nafasnya dengan perlahan dan menatap ke sekeliling sudut kedai yang biasa dia datangi bersama Kakaknya, Nathan.

Gadis itu menyodorkan benda persegi panjang dan pipih yang menyala itu ke arah Allisa.

"dia tidak bisa datang. Dia sedang berada di luar kota." ucap Alliya

Dan perkataan Alliya itu membuat Allisa menghentikan aktifitasnya memainkan jari-jemarinya.

Namun sedetik kemudian, mata Allisa menyipit saat menatap penuh ke arah layar ponsel yang di sodorkan Alliya padanya.

Dada gadis itu bergemuruh dan sesak, seakan ada benda yang menghimpit paru-parunya.

From : Alliya
To : Camilo

Bisakah kita bertemu di kedai kemarin?

From : Camilo
To : Liya

Ah, sayang sekali. Hari ini aku tidak bisa. Aku sedang ada di rumah Bibiku, di Surabaya.

From : Camilo
To : Liya

Kamu kangen ya sama aku. Aku juga. Bagaimana kalau hari sabtu besok saja. Ya, sabtu pukul 8, aku tunggu ya. Aku sayang kamu 😘.


Dan percakapan yang diakhiri balasan dari Camilo berturut-turut itu membuat mata dan hati Allisa sedikit panas.

Bahkan kini mata Allisa tampak berkaca-kaca.

Namun, gadis itu dengan segera menghirup nafasnya dengan perlahan menahan tangisnya agar tidak keluar.

Tetapi, apalah daya tangis itu masih dengan mudahnya menetes dengan perlahan melewati pipi Lisa.

Alliya yang sedang memandang ke arah luar yang terlihat sedikit mendung tidak melihat hal itu dan itu sebuah keberuntungan bagi Allisa sendiri.

Allisa tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Alliya jika gadis itu melihatnya menangis karena hal sepele seperti itu.

Allisa yakin gadis itu akan semakin marah dengannya atau bahkan mengejeknya atau bahkan menena-.

"kamu kenapa, Kak? Kamu tidak apa-apa kan, Kak. Kenapa menangis?" tanya Alliya dengan khawatir.

Air mata Allisa bertambah deras bersamaan dengan raut wajah Alliya yang bertambah khawatir.

Gadis itu dengan segera beralih duduk di samping Allisa dan memeluknya dengan erat. Seolah tahu apa alasan Kakaknya itu menangis.

Walaupun, Alliya belum tahu dengan pasti apakah dugaanya benar atau tidak.

"Kak ...jangan pikirkan yang tadi. Aku tidak akan menemui Milo tanpa Kakak. Aku juga tidak suka sama Milo." ucap Liya berusaha menenangkan Lisa.

Namun, Allisa malah bertambah terisak dan kini membalas pelukan Alliya dengan tak kalah eratnya.

Gadis itu tidak tahu harus bagaimana saat itu.

Do You Ever Think Of Me? | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang