Duabelas

2.1K 97 3
                                    

Hidden Identity

Nathan menatap Alliya yang kini sudah siap dengan seragam barunya putih biru.

Hari ini adalah hari pertama Alliya masuk ke sekolah barunya yang sama dengan sekolah Nathan.

"Akhirnya, Kak Nat bisa bersama kamu lagi setelah satu tahun berpisah." ucap Nathan dengan senang.

Nathan mengelus rambut Alliya yang dikucir kuda itu dengan lembut.

Alliya yang diperlakukan seperti itu hanya bisa tersenyum lemah.

Sungguh kondisinya saat ini masih sedikit lemah bahkan demamnya yang menyerang beberapa hari kemarin baru turun sedikit.

"masih lemas, ya? Mau Kakak gendong sampai bawah?" tawar Nathan perhatian.

Alliya menggeleng dengan perlahan. Entahlah apa yang terjadi dengan gadis itu akhir-akhir ini hingga demam yang biasanya akan sembuh setelah dia istrihat selama satu hari kini malah bebarapa hari masih sedikit demam.

Bahkan Hana tadi baru saja menyuruh Alliya untuk memakai sweaternya.

"Alliya bisa jalan sendiri, kok." jawab Alliya dengan nada lemah.

Alliya mencoba berdiri dari posisi duduknya melawan rasa letih yang menyerang tubuhnya.

Dan detik berikutnya sebelum gadis itu belum bisa berdiri dengan sempurna tubuhnya sudah kehilangan keseimbangan.

Nathan yang berada di dekat Alliya langsung sigap menahan tubuh Adiknya itu agar tidak jatuh ke lantai.

"dasar bandel. Sudah naik saja. Biar Kakak gendong." ucap Nathan sedikit khawatir.

Nathan sudah bersiap dengan posisi jongkoknya, Alliya pun dengan sedikit ragu mulai naik ke punggung Kakaknya itu dan mengalungkan lengannya di leher Nathan.

Setelah memastikan Alliya sudah naik ke punggungnya, Nathan segera berdiri dari posisi jongkoknya.

Mata Nathan sedikit membulat saat tubuhnya sudah sepenuhnya berdiri.

"ah ..." erang Nathan

"kenapa, Kak? Liya berat ya, ya sudah tu-"

"berat darimana? Ringan seperti kapas seperti ini. Duh, cepat sembuh ya, dek. Biar Kak Nat bisa main dan nyubit pipi Adek yang tembem." ucap Nathan memberi semangat.

Alliya hanya diam seraya mengeratkan rangkulan lengannya di leher Nathan, gadis itu juga menidurkan kepalanya di bahu Nathan yang kokoh dan lebar itu.

Dan itu membuat Nathan merasakan betapa hangatnya badan Alliya.

"kamu masih memikirkan hal itu, ya? Tenang saja, nanti Kak Nat bantu selesaikan kok. Jangan terlalu dipikiran ya, biar Liya cepat sembuh." ucapnya lagi, mencoba menenangkan Alliya.

Ucapan dari Nathan itu membuat Alliya semakin menenggelamkan kepalanya di bahu Nathan.

Tak lama kemudian, mereka berdua sudah di ruang makan yang sudah terisi dengan seluruh anggota keluarga Rolan.

Hana yang melihat Alliya di gendong oleh Nathan segera menghampiri Alliya dan segera mengecek suhu Alliya setelah Nathan sudah selesai mendudukan Alliya di kursinya.

"masih mendingan daripada yang kemarin. Masih lemas ya, Sayang? Atau Adek mau izin du-"

"Ma, Liya tidak apa-apa kok. Kan ada Kak Nathan yang menjaga Liya nanti. Dan ini hari pertama Liya di sekolah baru Liya." potong Alliya

Hana hanya bisa mengelus rambut Alliya dengan lembut mendengar penuturan dari anaknya itu.

"baiklah. Tapi setelah sarapan nanti minum obat dulu, ya."

Do You Ever Think Of Me? | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang