Sudah lebih dari 10 tahun. Dia belum juga kembali. Semakin Hari kecemasan semakin bertambah. Apa dia lupa tetang janji kita? Tidak ada yang bisa mengalihkan pikiranku dari pertanyaan itu. "Hah... Sebentar lagi akan Ada reuni anak kelas E... Aku berharap kamu bisa datang.. Karma-kun," Aku menghembus nafas dalam-dalam, (sepertinya sekarang aku yang harus menemuinya, tapi dia pergi kemana?). Tak ada jawaban sedikitpun terlintas di pikiranku. Aku segera menuju kantor tempat aku bekerja.
Apa kamu tidak tau aku bekerja dimana? Baiklah akan aku beritahu. Aku bekerja di lab KOTARO. Apa kamu pernah dengar? Ya betul! Itu adalah lab milik Takebayashi. Tidak usah khawatir. Dia sudah menikah kok! Dia menikah dengan penyuara Ritsu juluki saja Ritsu asli. Aku juga sudah menolak semua lamaran yang diberikan padaku selama 10 tahun ini. Karena pelajaran membunuh dari Pak Koro sekarang aku bisa mengetahui jika manusia itu berbohong atau tidak.
Seperti Nagisa atau atau yang lain. Aku juga bisa melihat perbedaan antara manusia yang bisa saja atau manusia yang berbahaya. Dan keistimewaan yang aku dapatkan adalah mendengar detak jantungku manusia. Aku tau kemampuan itu terdengar tidak masuk akal. Tapi Pak Koro bilang seorang ahli kimia harus memiliki pendengaran yang tajam. Karena aku penasaran dgn saran Pak Koro akhirnya aku mencoba untuk mengasah pendengaran ku agar menjadi lebih peka Dan tajam. Akhirnya aku memiliki Indra yang mirip seperti orang tuan netra. Karena aku pernah dengar orang tuna netra memiliki pendengaran yang lebih tajam dari pada Indra yang lain. Aku mulai menyadari keistimewaan ku saat aku kuliah. Saat itupun akhitnya aku tahu bahwa semua lamaran yang diberikan kepadaku adalah kebohongan yang hampa. Mereka semua hanya ingin menikahinku karena uang bukan perasaan yang disebut dengan cinta.
(Kesal sekali rasanya telah dilamar oleh pembohong. Apa sebaiknya aku ditransfer ke cabang luar negeri saja y?). Kataku berfikir.Sepertinya malam ini tidak Ada yang istimewa lagi. Hari ini aku ingin menghirup udara malam yang segar. Karena itu, aku memasuki rute yang lebih panjang, seperti jalan memutar. (Kalo gak Salah sepertinya ini jalan menuju rumah Karma). Kataku sambil mengingat2.
Waktu kami SMP semester satu, saat musim hujan. Aku lupa membawa payung, jadi aku tidak bisa pulang. Saat aku sedang menunggu hujan reda. Tiba2 saat aku menengok aku melihat sebuah payung yg terbang ke arahku.
"Okuda! Tolong tangkap payung itu!" Tiba2 aku mendengar suara laki2. Matanya jingga, badannya tinggi, rambutnya merah cerah. Ya dalam sekejab aku sudah tau kalau itu adalah Karma.
"Karma-kun belum pulang?" Kataku bertanya
"Tadi aku harus menulis refleksi dulu karena sudah memakan jajanan Pak Koro, jadi aku pulang agak telat. Okuda kenapa belum pulang?" Katanya berbalik menanyakan.
" Em... Itu.. aku hari ini lupa membawa payung. Kemarin payungku belum kering jadi aku tinggal di rumah, aku juga tidak mau merepotkan teman2 jadi aku menolak tawaran mereka untuk berbagi payung. Lagi pula sepertinya tidak Ada yang searah dgn rumahku. Jadi aku tidak ingin merepotkan mereka,"
" Emg rumah mu dimana?" Katanya bertanya.
"Eh.. di jalan Agasaki,"
"Berarti rumah kita searah!"
"Eh?! Memang rumah mu Ada di jalan apa?"
"Jalan Natsuki,"
"Tapi.... Jalan itukan tidak bersampingan dgn Jalan rumah ku. Itu akan memakan waktu yg agak lama. Jadi mendingan gk usah deh! Gk apa2 aku nunggu sampai hujannya reda saja," kataku menolak tawarannya.
Bukannya kegeeran tapi aku tidak ingin merepotkan teman2. Hari ini said aku sudah meledakan lab 2kali, Masa aku merepotkan mereka lagi. Terutama Karma yg sudah membantuku membersihkan Abu Dan bekas ledakan. Aku pun menyuruh Karma until pulang.
Setelah sekian lama menunggu hujan juga belum reda. Hal ini membuatku kesal dan memutuskan untuk berlari sampai rumah. Di tengah jalan aku hampir saja terjatuh. Kakinya ku lecet. Tidak ada tempat berteduh di sekitar situ. Aku berusaha untuk bangun tapi kakiku terasa begitu berat. Akhirnya aku mencoba untuk mencari pohon rindang untuk berteduh. Tidak sepenuhnya melindungiku dari air tapi setidaknya bisa melindungi tubuhku dari hujan deras. Sudah lebih dari Lima menit aku menunggu hujannya masih belum reda sebaliknya malah Makin deras. Kakiku terasa semakin berat. Luka lecet yang tadi sekarang sudah menjadi luka yg cukup besar. Aku mencoba untuk mencuci lukaku degan air hujan tapi hasilnya sama saja. Darahnya belum berhenti aku semakin memaksa kakiku untuk berjalan. Meskipun terasa sakit aku harus pulang ke rumah untuk mengobatinya. Aku butuh pertolangan. Tapi tidak Ada siapapun disekitarku. Lama kelamaan air mata mulai menetes, kepala terasa pusing Dan badan terasa berat.
GELAP
TOLONG...
AKU SUDAH TIDAK..
KUAT
...

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Fiksi PenggemarSudah lebih dari 10 tahun aku memegang janji itu. . . . . . Apa Kita bisa menepatinya? . . . . . . Apa aku bisa menepatinya? . . . . . . Apa kamu bisa menepatinya? . . . . . . Apa yang terjadi jika salah satu dari Kita mengingkarinya?