Takebayashi yang awalnya ikut terkejut kembali fokus dan kembali memfokuskan urusannya dengan tuan Saiko. "Ekhem... Jadi... Bagaimana tuan? Apakah masih ada trik lain di lengan baju anda hem? Check Mate~"
~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~
Sial, kalau sudah seperti ini, habis sudah reputasi ku! Aku harus pergi dari sini!
Kedua kakinya dengan cepat berdiri dan membawanya lari kearah pintu keluar.
Grep.
"Heeeeh~ apa kamu pikir bisa kabur dengan begitu saja? Nu-ru-san~."
Suara itu, suara yang sangat mengeringkan datang ke kupingnya. Mukanya memucat, badannya bergetar, habis sudah dirinya.
"Nuru-san, urusan kita belum selesai."
Yup, habis sudah. Suara mantan calon suami anak perempuannya saja sudah membuatnya gemetar, apalagi suara partner perusahaannya?!
Glek.
Tuan Saiko dengan perlahan membalikan dirinya dan menatap dua pemuda yang mencegahnya untuk kabur.
Hiiii...
Terukir jelas di tatapan dingin mereka bahwa nafsu sadis dari dua pemuda itu sudah keluar. Seolah ada api yang membara terjebak di dalam mata itu yang menunggu untuk dikeluarkan.
"A-sa-no, sudah lama kita tidak bertemu heh? Bagaimana kalau kita bersenang-senang sebentar~."
Seringai pemuda bersurai merah dengan tatapan sinis kearah tuan Saiko."Oya-oya~ kebetulan sekali, aku juga memikirkan hal yang sama." Balas Asano.
"Saa~ ayo kita mulai."
Tuan Saiko benar-benar ketakutan sekarang, di matanya, ada dua iblis yang berdiri di depannya, siap untuk menyeretnya ke alam baka.
"T-TIDAK!!! JANGAN MENDEKAT!! LEPASKAN AKU, HUUUWAAA!!!" Teriaknya sambil meronta-ronta dan mencoba untuk melepaskan genggaman kuat dari dua pasang tangan yang menyeretnya ke ruangan lain.
"M-mereka sama sekali tidak berubah ya... Nakamura-san."
"Haha~ jangan ditanya deh, Manami-can." Tawa Rio yang beberapa detik kemudian disusul oleh kekehan Okuda.
"Hem, sepertinya semua sudah beres." Angguk Takebayashi.
"Aa, Takebayashi-kun, terimakasih sudah membantu kami." Balas Okuda dan memberi Takebayashi sebuah senyuman manis.
Beberapa menit kemudian dapat terdengar suara Rio, Okuda, dan Takebayashi, yang tertawa terbahak-bahak saat mereka mendengar jeritan dari ruangan sebelah.
"Hahahaha, apa yang mereka lakukan padanya?" Tawa Rio sambil menyeka air matanya yang berjatuhan.
"Entahlah, tapi kita bisa menyimpulkan bahwa apapun yang mereka lakukan pada tuan Saiko bukanlah hal yang baik." Jawab Okuda dengan sebutir keringat yang keluar dari pipinya.
"U-um... A-ano, O-okuda-san." Panggil seseorang.
Okuda yang mendengar namanya membalikkan badannya menuju sumber suara.
"A-ah, Sekai-san! A-apa anda perlu sesuatu?" Okuda segera menundukan kepalanya saat ia melihat sesosok wanita bersurai biru tua didepannya.
"I-iee, kamu tidak perlu memanggilku dengan panggilan anda. S-saya tidak terlalu suka dipanggil secara formal seperti itu. Panggil saya Sekai-chan saja!" Tangan Sekai menyentuh pundak Okuda, memberikannya sinyal untuk segera mengangkat kepalanya.
"A-ah, k-kalau begitu, S-sekai-chan a-ada perlu apa?"
"B-begini, aku ingin berterimakasih kepada mu. T-terimakasih ya, kamu sudah melindungi saya dari..." Perkataan Sekai terputus. Apa orang sepertinya masih patut untuk dipanggil dengan sebutan ayah? Dengan apa ia harus memanggilnya setelah kejadian tadi?
Okuda yang melihat Sekai, hanya bisa memasang wajah iba. Dia mengasihani wanita yang berdiri di depannya. Bagaimana tidak? Selama ini hidup wanita itu diatur oleh ayahnya, apalagi ia baru saja mengalami kejadian tadi. Bagi ayahnya, Sekai hanyalah sebuah pion yang bisa ia buang saat wanita itu sudah tidak berguna. Sungguh lelaki yang kejam. Bagaimana bisa seorang ayah melakukan hal itu kepada anak sulungnya? Terlebih lagi anak sulungnya adalah seorang perempuan.
Dengan perlahan Okuda mulai merangkul pundak Sekai dengan lembut. Sekai yang menyadari tingkah laku Okuda hanya bisa memasang wajah terkejut dan bersalah.
Ayahku sudah membuat kisah cintanya dengan Karma-kun kacau. Harusnya ia membenciku sekarang. Tapi, kenapa ia malah melakukan hal yang sebaliknya?
"Okuda-san? Apa ya-"
"Sekai-chan tidak perlu khawatir. hubunganku dengan Karma memang sedang kacau, tapi itu semua ulah ayah mu. Bukan salahmu jika aku dan Karma-kun bertengkar. Itu bukan salah mu. Jadi, tolong, jangan menyalahkan dirimu sendiri." Ucap Okuda lirih dan mempererat pelukannya.
Hati Sekai terhenyak saat ia mendengar perkataan Okuda. Dia merasa kotor. Wanita sepertinya tidak patut untuk dikasihani. Dimasa remajanya saja, dia sudah membuat banyak dosa. Sedangkan wanita yang memeluknya ini sangatlah lembut dan pemaaf. Sekai tidak habis pikir seberapa beratnya cobaan tuhan yang menimpanya hingga ia menjadi wanita pemaaf seperti ini (A/N: Koro-sensei T^T).
"Hiks, ma-maaf kan aku, Okuda-san. Hiks... HUUUWAAA!!" Dan pada saat itu juga, Air mata Sekai mengalir dengan deras di pundak Okuda.
~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~
SATU CHAPTER LAGI DAN SELESAI SUDAH!!!!>w<
Btw ingat ya, abis Promise tamat Fruity bakal ngepublish dua buku one-shot (baru selesai satu buku sih -_-°)
Jadi, yang mau baca dua buku itu silahkan follow akun q biar gak ketinggalan sama info kapan 2 buku itu bakal di rilis QwQ
Bye~
See you in the next chapter!
Dan jangan lupa, TINGGALKAN JEJAK Q_Q

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Fiksi PenggemarSudah lebih dari 10 tahun aku memegang janji itu. . . . . . Apa Kita bisa menepatinya? . . . . . . Apa aku bisa menepatinya? . . . . . . Apa kamu bisa menepatinya? . . . . . . Apa yang terjadi jika salah satu dari Kita mengingkarinya?