Akhirnya

922 43 0
                                    

"Hiks, ma-maaf kan aku, Okuda-san. Hiks... HUUUWAAA!!" Dan pada saat itu juga, Air mata Sekai mengalir dengan deras di pundak Okuda.

~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~

Wanita itu sekali lagi menghembuskan nafasnya. Kepalanya mulai memutar, mengarahkan matanya keseluruh ruangan dan berhenti saat mata violetnya menangkap sesosok pemuda bersurai merah berjalan kearahnya dengan santai. Dengan cepat emas dan violet bertemu, tidak ada satupun yang mengeluarkan kata-kata, dan waktu seakan berhenti disaat itu juga. Kebingungan akan memilih kata-kata menyelimuti pikiran mereka berdua seperti seorang bayi sedang belajar berbicara.

A-apa yang harus aku katakan?! Pikir Okuda yang sudah panik didalam pikirannya.

"Okuda-san..."

"HAI!" Sentaknya kaget dengan suara yang seakan mendobrak telinganya.

Wajahnya memerah akan rasa malu saat ia sadar akan apa yang baru saja ia katakan. Rasa takut dan gugup tambah menyelimuti pikirannya.

"Pfftt..."

Eh? Okuda yang mendengar suara itu segera mengangkat kepalanya.

Matanya membesar saat ia melihat wajah pria yang sedang menahan tawa didepannya. Imut... Itu yang pertama kali ia pikirkan saat melihatnya. Rasa senang menyambar mengusir semua rasa gugup dan takut membuatnya terkekeh kecil.

"Hihihi... Karma-kun, kamu terlihat sangat lucu dengan wajah seperti itu, pffftt..."

"Berisik, kamu sendiri juga membuat muka yang sama." Bantahnya.

Entah apa yang membuat hati mereka terasa hangat berhasil membuat mereka tertawa lega untuk yang pertama kalinya.

.
.
.
.
.
.

Pagi berganti sore, dan hampir semua tamu sudah pamit dari tempat pesta.

Okuda mengusap matanya tak percaya saat ia melihat pemandangan matahari terbenam untuk yang pertama kalinya. Ya, dia dan Karma sekarang sedang berada di taman belakang. Gedung acara kebetulan berada tepat di ujung bukit, hal menyebabkan siapapun yang datang kesini bisa melihat pemandangan matahari terbenam dengan jelas.

Okuda merasakan ada sesuatu yang menggenggam tangannya, dan mukanya memerah saat ia melihat tangan Karma yang membalut tangannya dengan lembut. Mata violet Okuda mulai menatap keatas, hanya untuk menemukan sepasang mata emas yang juga sedang melihat kearahnya.

"Karma-kun..."

"Jangan berisik, kamu mengacaukan suasana." Balas Karma sambil membuang mukanya.

Okuda hanya bisa tersenyum lembut akan reaksi Karma dan mempererat genggamannya.

"Okuda-san?"

"Hem? Ada apa?"

"Maaf."

Okuda mulai memutar tubuhnya kehadapan pria bersurai merah yang ada disampingnya dan menatapnya heran. "Maaf? Untuk apa? Seharusnya aku yang minta ma-"

"Tidak." Cela Karma singkat.

"Karma-kun-"

"Tidak, itu tidak benar Okuda-san." Pria bersurai merah itu kembali menatap wajah wanita yang ada disampingnya. Sekarang posisi mereka menjadi berhadapan. Karma mulai meletakan tangan satunya ketangan Okuda dan menyatukan tangan mereka. "Seandainya, aku tidak mematuhi permohonan ayah ku semua ini tidak terjadi, seandainya aku membawa mu keluar dari Jepang pasti kita sudah bahagia sekarang. Seandainya aku-"

Grep.

Matanya terbelalak saat wanita itu mulai memeluknya erat.

"Kamu tidak perlu meminta maaf Karma. Ini bukan salahmu, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Aku tau bagaimana rasanya menjadi seperti itu. Sakit bukan? Tolong jangan membuatku lebih tersakiti melihatmu dengan keadaan hancur seperti ini." Okuda menaruh tangannya dikedua sisi wajahnya dan mulai menatap matanya lekat-lekat. "Kamu tidak sendirian Karma. Aku ada disini, biarkan aku ikut menompang beban yang selama ini ada di pundak mu. Aku peduli, aku mengerti, dan aku... Aku mencintaimu Karma-kun."

Karma terkejut mendengar perkataan Okuda. Setelah sekian lama ia membuatnya menunggu. Setelah semua yang ia telah lakukan kepadanya. Ia masih mencintainya? Seringai khasnya mulai muncul dipermukaan wajahnya. Ya, seringai khasnya, seringai yang selama ini Okuda tunggu-tunggu.

"Heh, sepertinya aku memang tidak bisa jauh darimu." Kekehnya. Tangan kanannya mulai mengangkat dagu wanita bersurai ungu itu dengan lembut. "Aishiteru Okuda-san." Balasnya dengan senyum lembut.

Dan disaat itu juga, jarak di antara mereka menghilang.

.
.
.
.

"Aah... Akhirnya."

"Aa, akhirnya."

"Jadi... Apa kamu mau pergi dari tempat ini?"

"Hem? Memangnya kita mau kemana, Raku-kun."

"Ada toko kue kecil tak jauh dari sini. Kamu masih suka makanan maniskan, Sekai-chan?"

"Tentu saja! Ayo kita kesana sekarang!!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

The End.

~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~•°•~

HUAAAAAAAA!!!

Akhirnya selesai juga ini fanfic ^_^°

Gimana? Bapernya dapet gak?

Hehe~

Maaf ya kalo agak pendek :V

Fruity ingin berterimakasih kepada readers yang sudah setia menunggu dan membaca fanfic ini dari awal sampai selesai. Gak terasa fanfic ini udh setahun. Tehura Fruity TvT

Btw, karena fanfic ini udh tamat, sesuai janji, Fruity akan mempublikasikan dua cerita one-shot Karmanami. Jadi... Jangan lupa follow kalau kalian gak mau ketinggalan sama updatenya ya ^_^

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Bye-bye~♪

-Fruity

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang