Menundukan kepalaku. Aku memalingkan wajahku darinya, dan membalikan langkahku menuju tempat dimana Raku berada.
Sepertinya... Ini kata-kata terakhirku untuknya.
"Selamat tinggal."
•~•🇱~•°•~🇴~•°•~🇻~•°•~🇪•~•Malam itu, si pria berambut pink tidak bisa tidur. Bagaimana tidak? Kesedihan dan penyesalan tergambar jelas dimuka teman masa kecilnya. Khawatir. Adalah satu-satunya emosi yang dia rasakan saat ini. Suara tangisannya masih terdengar dari sebelah kamar, dari tadi sore, Okuda itu belum keluar dari kamarnya. Sudah susah payah dia mencoba untuk berbicara dengannya, tapi nihil, pintu kamarnya belum terbuka juga.
Apa yang membuatnya menangis? Apa ada masalah sebelum aku bertemu dengannya?
Pertanyaan itu terus melayang dipikirkannya.
"Aargh, i don't get women." Gerutunya sambil menjatuhkan badannya ke ranjang.
Manami... Sejak pertama kali aku bertemu dengannyapun... Dia terlihat sangat rapuh.
*~Sisi Pandang Okuda~*
Apa ini benar-benar akhir dari hubungan kita? Pikirku.
'Janji?'
'Karma?'
'Okuda ya..'
'Apa kamu baik-baik saja?!'
'Janji itu...'
'Maaf'
'Kamu ini kenapa sih?!'
'Kamu bilang kalau kamu itu mencinku!'
'Selamat tinggal'
Sekilas semua memori bersamanya terlihat dipikiranku. Air mata mulai mengalir. Dadaku terasa sesak.
Kenapa ini begitu menyakitkan?
"Kenapa aku terus memikirkannya? Bodoh." Isak ku.
"Bodoh, bodoh! Kenapa aku malah menangis?! Ini untuk yang terbaik! Dia tidak bisa bersama ku, dan aku harus menerima kenyataan!" Teriakku mencoba untuk menguatkan diri.
Iya... Semua ini untuk yang terbaik. Tapi... Kenapa air mata ini tetap mengalir? Apa mataku rusak? Aku hanya bisa meringkuk dipojok kamar, semuanya sudah berakhir. Tapi kenapa? Kenapa? Seberapa kuatpun rasa kesal terhadapnya, kenapa suara tawa dan seringai jahilnya tetap muncul dipikiranku. Kenapa bisa seperti ini? Apa yang telah dia lakukan kepada hatiku?
"Karma... Apa yang kamu lakukan kepada ku?" Tawaku pahit.
"Seharusnya aku yang bertanya itu kepada mu."
Suara itu...
Iris ku membesar saat aku merasakan sepasang tangan memelukku dengan erat.
"K-."
"Diam. Ini salah mu karena sudah meracuniku dengan cintamu." Tawanya.
"K-kenapa?" Isak ku.
"KENAPA KAMU SANGAT MUDAH UNTUKKU MAAFKAN?!" Dan disaat itu juga, air mata mengalir deras dari mataku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
FanfictionSudah lebih dari 10 tahun aku memegang janji itu. . . . . . Apa Kita bisa menepatinya? . . . . . . Apa aku bisa menepatinya? . . . . . . Apa kamu bisa menepatinya? . . . . . . Apa yang terjadi jika salah satu dari Kita mengingkarinya?