-delapan-

1.5K 124 1
                                    

"Jadi temen-temen, kemarin saya meeting bareng Pak Juna dia udah  fix mau pake kita. Konsepnya juga udah lumayan rinci, dengerin baik-baik sediain notes kalian juga." Alpi memulai meeting dengan anak buahnya.

"Kita punya dua lokasi untuk pemberkatan dan resepsinya. Buat pemberkatan tetap di Jakarta, tapi buat resepsinya di Bandung, sehari setelah pemberkatan. Lanjut ke undangan dia minta 5000 pcs." kata Alpi.

"Buset dia mau bikin hajatan atau bikin satu kelurahan baru Al ?" Agin terlonjak, iyalah dia yang bakalan tanggung jawab masalah undangannya.

"Nanti gue tanyain." jawab Alpi ketus, dan membuat anak buahnya tertawa.
"Terus buat Pre-wedding nya dia minta tema vintage, tapi outdoor Sa." lanjut Alpi, Angkasa mengangguk dan mencatatnya di notes.

"Terus buat masalah cathering, dia minta makanan khas Sunda, ada 10 menu tapi belum termasuk dessert." kata Alpi.

"Dan buat make up sama baju nya, kamu harus sering-sering follow up bu Tresna nya ya Ray, soalnya dia sibuk banget." pesan Alpi pada Raya.
"Dan kamu Bim, doi minta all item bunga mawar, udah sih baru segitu aja kesepakan kemarin."

"Tema undangannya Al ?" tanya Agin.

"Oh iya, doi minta shabby chic dominasi warna-warna pastel tapi tetep elegan, tapi harus hati-hati Gin jangan lengah sama anak percetakannya. Nanti isi undangannya via email." jawab Alpi, ia sangat mewanti-wanti masalah  undangan apalagi semenjak kasus nya anak buah Bella yang lepas tanggung jawab, Alpi tidak mau seperti itu.

"Oke, ngerti ya ?" tanya Alpi, kemudian anak buahnya mengangguk.

"Gin kita ke tempat percetakan sekarang, urusin dulu nikahannya Pak Ringgo, 3 hari lagi kan deadline nya ?" tanya Alpi.

"Iya, sekarang ?" tanya Agin, Alpi mengangguk.

"Yaudah saya sama Agin keluar dulu ya, kalian lanjut kerja." pesan Alpi.
Alpi dan Agin pun keluar beriringan.

"Lo yang nyetir." titah Alpi sambil memberikan kunci mobil kantor team Alpi.

Mobil Toyota Avanza hitam pun mulai membelah jalanan ibukota, yang lumayan cukup padat.

"Al, lo ngerasa ada yang aneh ga sih ?" tanya Agin ambigu.

"Hah aneh apaan, lo jangan nakut-nakutin gue dong." Alpi buru-buru mengusap tengkuknya.

"Lah gue nakut-nakutin apa coba ?" protes Agin.

"Itu lo nanya ngerasa ada yang aneh apa engga sama gue."

"Ckk, cantik-cantik kok lemot pantesan masih mblo." ejek Agin.

"Ya terus aneh apaan, lo ambigu sih nanya nya."

"Itu si Dimas kayanya demen deh sama lo." kata Agin tiba-tiba, dahi Alpi mengerut.
"Nih ya, tiap kita meeting sama si Dimas, dia tuh ngeliatin lo mulu Al."

"Ah masa sih ? Kebetulan aja kali, pas lo liat pak Dimas doi lagi liatin gue."

"Ih serius Al, gue laki-laki pasti tau lah roman-romannya kalo cowok lagi naksir cewek.

"Dia juga sering chat gue sih Gin."

"Nah kan, chat apaan coba ?"

"Ya gitu nanya-nanya gue lagi apa, jangan lupa makan, jangan lupa solat lah pokoknya gitu-gitu lah.

"Tuh bener berarti Al, lo nya aja yang kurang peka."

"Emang bener pak Dimas sering liatin gue ?"

Perkara JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang