Minta vote dulu ahh ...
***
Regretful always come at last.
Dan dokter muda itu merasakannya sekarang.Berjalan santai dengan segudang pikiran yang berkecamuk di kepalanya, dokter muda itu mengenakan jas putih yang kini menjadi kebanggaannya. Tak sengaja mata tajamnya itu melihat sosok perempuan yang tengah berjalan tergesa-gesa menuju pintu keluar. Tubuhnya menegang seketika. Matanya mengerjap-ngerjap meyakinkan bahwa ia tidak salah lihat. Perempuan itu. Ya perempuan itu lah yang beberapa bulan ini selalu berkecamuk dalam pikirannya.
Dengan langkah lebar Dewa pun berusaha mengejar perempuan itu, namun langkahnya harus terhenti saat salah satu perawat memanggil namanya.
"Dokter Dewa !!" seru seorang perawat dari arah belakang, Dewa pun mesti menghentikan langkahnya dan berbalik badan.
"Ya ?"
"Ini catatan medis dari pasien VIP ruang 124. Ini sudah pukul sepuluh, dokter harus visit pasien." kata perawat itu, Dewa mengangguk dan perawat itu pun berlalu dari hadapannya.
Dewa kemudian mencoba berbalik arah pintu keluar. Dewa tersenyum kecut, perempuan itu pasti sudah pergi dari sini.Dewa mengacak rambutnya frustasi dan menghembuskan nafas panjang. Sudah lewat pukul sepuluh, ia terlambat untuk visit pasien.
Setelah selesai visit, Dewa melangkahkan kakinya menuju kantin rumah sakit. Perutnya sudah minta di isi. Kantin nampak sesak dijam makan siang seperti ini. Ia lalu mendaratkan bokongya disalah satu bangku kantin yang masih kosong.
Pikirannya melambung pada perempuan tadi, perempuan dari masa lalunya, perempuan yang telah ia sakiti hatinya. Alpinia. Mantan kekasihnya dulu. Tapi satu yang kini ia sesali, setelah 7 tahun lebih tidak bersua namun perasaannya masih tetap sama. Mencintainya.Ia cukup terkejut mengetahui kemungkinan besar jika Alpinia memang tinggal di Jakarta saat ini. Hatinya berdetak cepat. Alpinia ada disini, ada disekitarnya meski ia tidak tahu dimana perempuan itu tinggal.
Ia kemudian merogoh ponselnya, membuka akun instagram dan mengetikan nama akun Alpinia di kolom pencarian. Ketemu. Akun nya masih tetap sama namun sayang akunnya memang sudah di privat sejak dulu. Dewa tersenyum getir, mengingat dulu bahwa dia sendiri yang langsung unfollow akun Alpi.
Dewa hanya mengusap-ngusap display picture akun Alpinia, meski ukurannya sangat kecil tapi itu cukup untuk mengobati rasa rindunya.
Perempuan itu nampak sangat cantik tadi. Banyak yang berubah dari dirinya. Kalau tak salah lihat, rambutnya yang dulu panjang setengah punggung kini dipotong pendek. Kulitnya masih tetap putih. Agak lebih tinggi juga dibandingkan saat SMA dulu. Dewa sangat merindukan perempuan itu.
Seketika pertanyaan-pertanyaan seputar mantan kekasihnya itu kini bergumul dipikirannya.
Dimana Alpinia tinggal ? Dia disini kerja atau apa ? Dan ada satu pertanyaan yang membuat Dewa merasa was-was. Apakah Alpinia sudah menikah ? Atau bahkan sudah memiliki putra ?
Tidak, Dewa tidak rela jika itu terjadi. Ia masih mencintai perempuan itu.
Karena kegengsian nya ia telah kehilangan cinta sejatinya.Dewa memijit pangkal hidungnya, bayangan Alpinia dulu yang sedang menangis karenanya kini menari-nari di pikirannya. Bayangan Alpinia yang sedang menatapnya dengan kecewa sangat menohok hatinya. Ribuan penyesalan datang bertubi-tubi saat ini. Tapi Dewa tau satu hal, dirinya memang pantas mendapatkan ini.
Pesanannya sudah datang. Ia menyantap makanannya sambil berpikir keras bagaimana caranya agar ia bisa menemukan dan kembali pada Alpinia.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/125497605-288-k551598.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Jodoh
General FictionIni perkara jodoh juga perkara seorang wanita dewasa yang masa bodoh perihal jodohnya. Ini tentang wanita dewasa berumur 25 tahun, Alpinia Sunda Trisma seorang Wedding Planner Senior di kota metropolitan sana. Alpinia ini cantik, kulitnya kuning lan...