-sembilan-

1.4K 115 1
                                    

"... Al, aku mau kita putus..." ucap seorang lelaki dengan balutan almamater sebuah Universitas ternama di kota Bandung.
Bagai petir disiang bolong, ucapan lelaki itu sukses menghentikan detak jantung seorang gadis berambut setengah punggung hingga beberapa detik.

"K-kenapa ?" tanya gadis itu dengan suara nyaris tak terdengar.

"Aku ngga bisa pertahanin hubungan kita Al. Aku gamau kecewain keluarga aku." lelaki itu menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.
"Kamu tau kan Al aku ini calon dokter, aku ngga bisa bersanding sama kamu yang cuma seorang SPG Handphone Al."

Gadis itu mengepalkan tangannya kuat-kuat di bawah meja, perkataan lelaki itu sungguh sangat menohok hati nya.

"Dan kamu pasti tau sendiri Al, dokter itu cocoknya bersanding dengan entah itu dokter lagi, bidan atau perawat bukannya SPG seperti kamu." lanjut lelaki itu.
Tidak ada respon dari gadis dihadapannya, gadis itu sedang susah payah mencerna perkataan lelaki itu berharap ini semua hanya mimpi, siapa pun tolong bangunkan gadis ini dari mimpi buruknya.

"Apa kata keluargaku nanti Al, kalo calon dokter seperti aku berpacaran dengan seorang SPG seperti kamu ?" lelaki itu menatap mata gadisnya lekat-lekat
"Kita itu seperti bumi dan langit Al, dan kamu pasti tau posisi kamu ada dimana." lanjutnya.

Pandangan kosong terlihat jelas dari mata almond gadis itu. Ia menengadahkan wajahnya berharap air mata yang telah menumpuk di pelupuk matanya tidak lolos keluar dari mata almond nya.

"Cuma itu yang mau aku bicarakan Al aku harap kamu bisa menerima keputusan ini. Aku ngga bisa lama-lama, masih ada kelas." kata lelaki itu dan beranjak dari kursi dengan menenteng ranselnya, meninggalkan gadis yang mati-matian menahan rasa sakit di dadanya.

Setetes air mata akhirnya lolos begitu saja dari mata almond gadis itu, ini terlalu sakit baginya. Lelaki itu, lelaki yang selama 4 tahun belakangan ini mengisi hatinya juga hari-harinya.
Empat tahun kebersamaannya harus kandas karena perkara kasta.

Tidak ada yang bisa merubah takdir yang sudah menjadi ketetapan sang Kuasa, termasuk ketika kita lahir didunia ini kita tidak bisa memilih dilahirkan di rahim siapa atau ingin dibesarkan di keluarga siapa, termasuk Alpi yang tidak bisa memilih jika dirinya ingin dibesarkan di keluarga yang berada. Ketetapan Tuhan tidak sebercanda itu.

"Aku ngga seberuntung kamu Wa yang memiliki segalanya." gumam gadis itu dengan menahan isakannya membuat beberapa pengunjung cafe melihatnya dengan tatapan aneh.

Sadewa Danish Hasyim, lelaki yang merubah hidupnya selama 4 tahun belakangan ini. Bersamanya ia bisa benar-benar merasakan jatuh cinta, merasa dicintai dan merasa disayangi. Lelaki yang selama ini selalu ada berdiri di sampingnya ketika ia butuh sandaran, lelaki yang selama ini selalu berada dibelakangnya memberikan suntikan penyemangat ketika ia mulai lelah akan segala tetek bengek pekerjaan sekolah, lelaki yang selalu berdiri didepannya menjadikan tameng untuk dirinya, dan dia juga lelaki yang beberapa menit lalu duduk dihadapannya lengkap dengan kata-kata yang berhasil menjatuhkan dirinya dalam lubang kesakitan.

"Kenapa harus karena kasta Dewa ? Kenapa ?!" gumam gadis itu dengan suara yang tertahan.

Hampir dua minggu Alpi tidak bertemu dengan kekasihnya sejak jaman putih abu, Dewa. Dewa kini berstatus sebagai mahasiswa semester dua di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran di kota Bandung. Alpi tidak seberuntung Dewa atau teman-teman lainnya yang bisa langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan setelah lulus SMA, keluarganya bilang mereka tidak akan mampu jika harus membiayai Alpi kuliah. Meskipun sulit tapi Alpi mencoba mengerti akan kondisi ekonomi keluarga nya, maka sekarang jadilah ia seorang SPG Handphone di kota Bandung, ini ia lakukan agar bisa kuliah tahun depan.

Perkara JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang