Alpinia kembali merasakan jatuh cinta setelah hampir 6 tahun menutup pintu hatinya rapat-rapat. Entahlah Alpi sendiri masih belum menemukan jawaban kenapa ia bisa menerima tawaran Caraka untuk menjadi pacarnya. Caraka. Orang yang baru beberapa bulan dekat dengannya, oke mungkin dia teman SMA nya tapi rasanya kata 'teman' juga tidak cocok untuk menggambarkan hubungan mereka semasa SMA, mereka hanya kenal dan sebatas tahu nama dan jabatan dimasing-masing organisasinya.
Ada rasa yang berbeda setiap kali Alpi berdekatan dengan Caraka. Jantungnya akan berdetak cepat tiap kali Caraka menatapnya. Hatinya terasa menghangat setiap kali Caraka ada disampingnya. Atau pipi nya yang putih akan bersemu merah jika Caraka sengaja menggodanya. Rasanya nano-nano, dan Alpi suka.
Perempuan mana yang tidak tertarik pada Caraka Danadyaksa ? Material cowok idaman atau bahkan suami idaman hampir sempurna melekat pada dirinya.
Ganteng ? You should have known.
Mapan ? Jelas. Kalian masih ingatkan studio musiknya di daerah Pancoran sana ?
Pintar ? Pasti. Seorang Accounting memangnya ada yang tidak pintar ?
Keren ? Iyalah. Caraka tuh anak jaman old yang gayanya jaman now banget.
Humoris ? Haha, Caraka tuh bisa disebut Sule jaman now, bercandaan nya meski receh tapi nggak garing.
Tapi bukan karena hal itu yang membuat Alpi menerima tawaran Caraka, melainkan hati yang menuntunnya untuk membukakan pintu masuk untuk Caraka.
"Lu kenapa sih cengar-cengir mulu kaya kuda ?" tanya suara cempreng milik perempuan yang katanya berstatus sebagai sahabat Alpinia. Mereka berdua sedang berada di sebuah restoran Italy di daerah Pancoran.
Alpi menoleh pada Bella yang saat ini tengah duduk disampingnya."Gue jadiaaann." kata Alpi sumringah sambil memeluk tubuh Bella dan menggoyang-goyangkannya kekiri-kanan.
"Sama si Caraka ?" tanya Bella suaranya sedikit tercekat karena pelukan Alpi yang terlalu erat. Alpi melepaskan pelukannya kemudian mengangguk dengan senyum selebar jalan tol Ciawi.
"Serius lo ? Kapan ? Kok bisa ?" Bella langsung memberondong Alpi dengan pertanyaannya.
"Bisa lah, siapa yang tidak tertarik pada seorang gadis berambut pendek macam gue ?" kata Alpi jumawa sambil mengibaskan rambut membuat Bella memutar bola mata malas.
"So ?" tanya Bella sambil menaikkan alis sebelah kirinya.
"Ya Caraka nembak gue, em.. dua hari yang lalu." jawab Alpi.
"What lo udah jadian dua hari yang lalu dan baru ngasih tau gue sekarang ? Ish, bener-bener ya lo Al." kata Alpi kesal.
"Hehe sorry, habisnya lo kan kemarin ke lapangan beb, gue juga meeting di luar."
"Ya lo kan bisa chat gue."
"Iya-iya sorry deh."
"Jadi dimana si Caraka nembak lo ? Atau jangan-jangan di chat ya ?" tebak Bella.
"Hih emangnya si Caraka ABG kinyis yang nembak cewek lewat chat." kata Alpi sambil menyeruput mojito lemon nya.
"Terus dimana ?" tanya Bella. Bukannya menjawab si Alpi malah senyam senyum dan Bella menatapnya jijik.
"Di mobil." jawab Alpi."Hah di mobil ? Kenapa nggak sekalian di pom bensinnya ?" kata Bella.
"Hehe ya gatau lah, tapi nggak penting kali dia nembaknya dimana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Jodoh
General FictionIni perkara jodoh juga perkara seorang wanita dewasa yang masa bodoh perihal jodohnya. Ini tentang wanita dewasa berumur 25 tahun, Alpinia Sunda Trisma seorang Wedding Planner Senior di kota metropolitan sana. Alpinia ini cantik, kulitnya kuning lan...