-dua puluh satu-

5.4K 303 61
                                    

Mulmed : Alpinia lg kesel karena mules whehe ...

Sambil menahan sakit diperut karena datang bulan Alpinia mencoba untuk tetap fokus pada pembahasan meeting. Meeting evaluasi kinerja leader.

"Al, wajah lo udah kaya mayat, pucat banget." bisik Bella yang duduk disampingnya.

"Nggak kuat Bell." ringis Alpi.

"Duh tahan dulu ya bentar lagi kelar kayanya." kata Bella, sambil mengusap-ngusap lengan Alpi.

Sebotol air mineral yang sudah dibuka tutupnya disodorkan pada Alpinia, sontak Bella dan Alpinia mendongakkan kepala mencari siapa pelakunya. Dimas. Ternyata baru Alpi sadari bahwa ia duduk diseberang Dimas.

"Minum." kata Dimas tanpa suara lalu ia fokus kembali pada bahasan meeting.

"Iya cepet minum nih." Bella meraih botol itu dan menyodorkannya pada Alpi. Alpi pun menegak air mineral itu lalu menyimpannya kembali diatas meja.

"Cieee sweet banget sih Pak Dimas." bisik Bella pada Alpi.

"Apaan sih." Alpi sewot.

"Iiih biasa aja kali, mentang-mentang lagi PMS lu." cibir Bella.

Meeting selesai tepat pukul empat, hanya menunggu satu jam lagi untuk pulang.

"Gue nginep ditempat lo ya." kata Alpi.

"Oke." sahut Bella.

Jika sedang mendapatkan jatah bulanan seperti ini Alpinia memang selalu menginap ditempat Bella. Alpi agak parno di kost-kost an sendiri kalo lagi dapet katanya. Entahlah parnonya karena apa.

Alpi masuk kedalam ruangan. Pemandangan pertama yang mata Alpi tangkap adalah raut wajah anak-anah buahnya yang nampak kusut di kubikel masing-masing, membuat kening Alpi mengkerut.

"Ekhem." Alpi berdehem agak nyaring, membuat team nya sedikit terkejut.

"Any wrong ?" tanya Alpi, sambil mendudukan pinggulnya di sofa.

"Pak Jonathan nge-cancel konsep vintage nya, mau diganti pake fairytale katanya." Agin bersuara, membuat gerakan tangan Alpi yang sedang menggaruk pipi terhenti seketika.

"W-what ? Jadi kita harus konsep ulang ?" meski kaget tapi Alpi mencoba untuk santai, ia tidak mau membuat team nya putus semangat.

"Iya mbak." Sisi menimpali dengan suara lemah. Alpinia menghela nafas, mendadak mules diperutnya kembali terasa.

"Aaahhh pengen nangis Ya Allah." batin Alpi menjerit.

Alpi memijat pelipisnya. "Yaudah kita konsep ulang." kata Alpi.

"Doi minta besok konsepnya udah jadi." kata Agin yang mendadak Alpi ingin menenggelamkan dirinya di Samudera mana saja.

"Pengen nangis." ucap Sisi.

"Sama." sahut Angkasa.

"So mau nggak mau kita mesti lembur, yo kumpul disini. Semangaaaatttt, biar cepet kelar." seru Alpi memberikan semangat. Meski lelah bukan main team nya segera merapat ke sofa lengkap dengan alat kerja.

Inilah salah satu tugas leader, bukan hanya bisa memimpin, menyuruh, menegur tapi harus bisa memberikan semangat in everytime pada setiap anggota team nya. Meski sakit diperut tak kunjung reda, pala pening, dan kontrol emosi yang sedang tidak baik Alpi tetap mencoba memberikan suntikan semangat pada teamnya.

Salahkan hormon yang entah tidak tahu namanya ini, Alpi kini berusaha untuk tidak mengeluarkan emosinya yang sudah di ubun-ubun. Permintaan kliennya kali ini benar-benar membuat pusing, terlebih sikap Angkasa yang terus-terusan bercanda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perkara JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang