"Bu, kita jadikan pergi mengunjungi kakek minggu ini?"
Saat ini Luhan dan Yang Mi berada di dapur. Memasak bersama sudah menjadi rutinitas mereka berdua. Minggu ini mereka berencana pergi mengunjungi makam kakek Xi, ayah angkat Yang Mi. Saat tiba di Seoul 9 tahun silam, Yang Mi berjumpa secara tidak sengaja dengan seorang pria paruh baya yang hidup sebatang kara. Pria bermarga Xi itu hidup sendiri karena istri dan putrinya meninggal dalam kecelakaan. Pria tua itu sudah menganggap Yang Mi seperti putrinya. Yang Mi pun merasa mempunyai ayah kembali setelah pengusiran dirinya. Jujur dia rindu pada keluarganya terutama ayahnya. Dulu Yang Mi sangat dekat dan manja pada ayahnya. Kakek Xi juga memberikan marganya kepada Luhan menjadi Xi Luhan.
"Ya Lu. Apa kakimu sudah baikkan?"
"Sudah bu. Lihatlah, aku bahkan bisa menang dalam pertandingan lari keliling komplek ini."
"Ibu bisa melihatnya. Kris ikut ?"
Yang Mi tersenyum usil saat mengucapkan kalimat itu. Luhan yang mendengarnya tersipu malu dengan rona tipis di pipinya."Boleh kan bu? Katanya dia ingin sekalian mentraktir ibu."
"Mentraktir ibu ya? Ntar ibu cuma jadi obat nyamuk disana."
"Ahhh ibu. Gak ah. Kris dan Lulu cuma temenan kok."
"Ya deh. Yang teman tapi teman."
"Ibu~"
Beginilah suasana didapur jika Luhan dan ibunya memasak bersama. Yang Mi akan terus menggoda putra cantiknya. Yang Mi sangat senang melihat perubahan pada putra semata wayangnya. Dia berpikir kalau kehadiran Kris amat sangat membantunya untuk mengembalikan keceriaan Luhan. Yang Mi tau sedikit tentang masalah percintaan putranya karena dia pernah tak sengaja membaca diary Luhan.
Setelah selesai memasak dan makan, Luhan bersiap untuk pergi ke kafe tempat dia bekerja. Sudah hampir dua pekan dia ijin dari pekerjaannya. Untung dia punya bos yang pengertian.
Luhan melakukan pekerjaannya dengan lancar. Punya teman teman yang baik ternyata sangat membantu juga. Selesai dari pekerjaannya dia bersiap untuk pulang sebelum menyadari kalau ada sebuah motor sport keluaran terbaru terparkir di depan cafe dengan sesosok namja tampan berdiri bersandar pada motor itu.
Luhan mengucek matanya berulang ulang. Dia berpikir mungkin karena efek hari pertama kerja jadi dia berhalusinasi. Mana mungkin. Luhan bermonolog dalam hati. Sibuk dengan pikirannya, tanpa disadarinya sebuah helm telah tersodor kearahnya.
"Pakailah!"
"Se..Sehun?"
"Ayo!!"
Sehun mengabaikan keterkejutan Luhan. Setengah memaksa Luhan untuk menaiki motornya.
"Pegangan!"
"I...iya."
Luhan masih dalam mode heran. Dia bertanya tanya dalam hati. Apa yang terjadi pada Sehun. Tanpa diminta Sehun menjemputnya. Sedangkan dulu, Sehun tidak pernah mau menjemput Luhan. Tapi kini? Memang belum ada kata putus dari mereka. Namun Luhan sudah bisa secara perlahan untuk belajar melupakan Sehun dan membuka hati pada Kris. Sedangkan Sehun merasa nyaman dengan eratan tangan Luhan di pinggangnya. Perasaan hangat menjalar dihatinya. Dia menyesal tidak melakukan ini dari dulu. Mereka sibuk dengan pikiran masing masing tanpa menyadari bahwa tujuan mereka telah dekat.
Sesampainya di rumahnya, Luhan langsung turun dan menyerahkan helm kepada Sehun.
"Go...gomawo Sehun"
"Hmmm. Masuklah!"
Dengan itu Luhan berlari kecil kerumahnya. Sehun pun melajukan motornya setelah Luhan masuk. Dan malam itu Luhan sukses tidak bisa tidur dengan nyenyak memikirkan tingkah Sehun malam ini.
Pagi pagi sekali Kris sudah stand by di depan rumah Luhan. Yang Mi yang melihatnya meminta Kris untuk sarapan bersama. Mereka bertiga sarapan diselingi dengan sedikit obrolan santai. Kris dan Luhan berangkat bersama setelah selesai sarapan dan kemudian permisi pada Yang Mi.
"Lu, mian. Aku tadi malam ga bisa jemput kamu. Aku ketiduran."
"Ga apa apa Kris." Luhan tidak mempermasalahkan itu karena dia masih kepikiran akan sikap Sehun tadi malam.
Mereka sampai disekolah tidak lama kemudian. Suasana tiba tiba menjadi aneh karena Kris tidak mendengar celotehan Luhan. Biasanya Luhan akan mengucapkan terima kasih dan meminta Kris untuk tidak membuka pintu mobilnya dan Kris tetap akan nembukanya sambil mengucapkan kalimat silahkan keluar tuan putri. Kris pun mengikuti arah pandang Luhan. Dan itu membuatnya sedikit tersulut emosi. Dasar manusia perusak suasana. Disana dia melihat Sehun dan Baekhyun berpelukan dengan mesra. Kris pun menggenggam tangan Luhan dan menuntunnya untuk keluar.
"Sudah Lu. Jangan dilihat! Ayo kita ke kelas."
Luhan sakit. Baru tadi malam dia merasa Sehun berubah, tetapi pagi ini namja tinggi itu menorehkan kembali luka dihatinya. Kris menarik Luhan agar mengalihkan tatapan terluka itu kepadanya. Hatinya teremas keras melihat cairan bening berkumpul disudut mata indah itu. Bila saja mata itu terpejam, liquid itu pasti jatuh. Oh Tuhan, Kris benar benar tidak sanggup melihatnya.
Baekhyun masih saja menempel pada Sehun. Dia bukannya tidak tau kalau Luhan memperhatikan mereka. Dia juga tau kalau Sehun berusaha untuk melepaskan pelukannya, tetapi urung karena cemburu dengan Kris yang dekat dengan Luhan. Dia tidak perduli apabila Luhan memutuskan persahabatan mereka. Dia hanya takut Sehun berpaling darinya. Dia takut kehilangan sandarannya. Tapi dia tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya ini akan membuat kerugian besar baginya kelak.
Sehun masih menatap kepergian dua orang itu. Luhan. Dia melihat wajah terluka dari namja yang masih berstatus sebagai kekasihnya itu. Ingin rasanya dia merebut Luhan dari tangan Kris. Tapi pelukan Baekhyun membuatnya terlena. Dia sebenarnya jengah tapi menolak untuk melepaskan pesona dari seorang Byun Baekhyun.
Baekhyun mengelus pipi Sehun. Namja pucat itu pun mengarahkan pandangannya kepada namja manis bertubuh mungil tersebut. Perlahan bibir mereka bertemu. Mereka saling melumat bibir lawan mereka tanpa tau malu. Baekhyun memejamkan matanya. Tetapi pertemuan bibir mereka terlepas karena tarikan seseorang. Dan sebelum menyadari siapa pelakunya, sebuah pukulan sudah mendarat ke tubuh Sehun.
Sehun ingin membalas tapi tangan yang sudah siap dengan tinju itu hanya terkepal diudara.
"Kau..."
Baekhyun pun terkejut. Tidak menyangka ini akan terjadi. Ini jauh dari bayangannya. Bibir yang tadi mencium namja lain tampak bergetar menyebut satu nama yang sudah setahun setengah itu pergi ke Jepang.
"Chan... Chanyeol."
Dia ingin memeluk kekasihnya itu. Ingin mencurahkan kerinduan yang telah membuncah. Air mata kerinduan menetes dari mata bereyelinernya.
"Chan~~~"
"Berhenti menyebut namaku. Pengkhianat. Kalian berdua memang pengkhianat."
Ucapannya terpotong oleh kemarahan Chanyeol. Dia tidak bisa membendung air matanya lagi. Dia menahan Chanyeol yang akan pergi. Dia ingin menatap wajah tampan kekasihnya itu. Tapi Chanyeol menepis tangannya. Dan perkataan Chanyeol amat sangat menusuknya.
"Tadinya aku ingin memberikan kejutan padamu. Tapi nyatanya aku yang terkejut."
"Baek, kita putus."
Dan Baekhyun pun terjatuh lemas. Tangisannya tidak membuat Chanyeol kembali. Namja itu pergi keluar dari sekolah mereka di hari pertama kepulangannya dari Jepang. Sehun hanya bisa terdiam, tidak berniat untuk menenangkan Baekhyun. Dia juga sepertinya butuh ketenangan untuk hati dan pikirannya.
TBC
Siantar 26 Oktober 2017
YOU ARE READING
The Angels Heart
FanfictionLuhan tahu dia tidak pernah dianggap oleh Sehun, tapi dia bertahan sampai batas. Akankah dia masih mengharapkan Sehun ketika ada cinta yang tulus untuknya.