Namja mungil nan cantik itu mengigiti bibir bawahnya. Tangannya yang terkepal di udara kembali terbuka dan jatuh disisi kanan tangannya. Dia mengangkat tangannya dan mengepalkan jari jari lentiknya sekali lagi. Namun lagi lagi dia menjatuhkan tangannya. Entah sudah keberapa kalinya dia melakukan itu berulang ulang. Gugup, tentu saja ia merasakan itu. Apalagi ada rasa takut juga. Dia berpikir apakah ini akan menyelesaikan masalah diantara mereka. Di tatapnya lama pintu kamar bercat coklat itu. Seolah olah masa depannya bergantung pada seseorang yang berada dibalik pintu itu. Satu helaan nafas ia hembuskan berharap kali ini ada keberanian dihatinya untuk mengetuk pintu itu sebelum
'Cekkek.'
Pintu itu terbuka, menampilkan namja tinggi yang tampan dengan tatapan dinginnya. Mereka saling menatap dengan ekspresi masing masing. Takut, marah, gugup dan rindu. Tapi namja tampan nan dingin itu memutus kontak mata mereka membuat namja mungil itu mendesah kecewa.
"Apa yang kau lakukan disini Baekhyun-si." Ucapan dingin itu membuat Baekhyun merasakan pedih dihatinya. Dia menundukkan kepalanya, mencoba menyembunyikan airmata yang akan jatuh.
"Aku ingin bicara padamu Channie." Dia masih memanggil orang itu dengan panggilan sayangnya. Berharap dengan itu dia bisa meluluhkan amarah dihati orang yang masih dicintainya itu.
Chanyeol tertawa sinis saat Baekhyun memanggilnya dengan panggilan favoritnya. Sebenarnya dia merasa hangat saat Baekhyun memanggilnya dengan nama itu. Tapi amarah masih menyelimutinya sehingga dia mengeluarkan ucapan yang lebih dingin lagi.
"Pulanglah! Tidak ada yang akan kita bicarakan. We've done." Lidah Chanyeol terasa pahit saat mengucapkan itu. Ada goresan kecil dihatinya saat dia berkata seperti itu.
"Andwee..hiks...Chanie kumohon...hiks." Baekhyun sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi. Dia mencoba memeluk Chanyeol tapi dia kecewa saat pemuda itu menolaknya.
"Pergilah. Aku, kau sudah asing sekarang." Baekhyun menggelengkan kepalanya dengan ribut. Demi tuhan dia tidak mau kata asing itu menjadi kenyataan. Dia pun berlutut, memeluk sebelah kaki Chanyeol.
"Hiks..Chanie..a..aku hiks..masih..hiks mencintaimu."
Chanyeol membungkuk menarik Baekhyun agar bangkit. Setelah si mungil berdiri, Chanyeol memberikan tatapan yang sulit diartikan oleh Baekhyun. Ada sedikit harapan dipikiran Baekhyun untuk berbicara pada Chanyeol. Namun lagi lagi dia merasa sakit saat Chanyeol menghempaskan pegangannya dan menutup kasar pintu kamarnya.
Blamm.
Meninggalkan Baekhyun yang masih menangis sesugukan. Namja mungil itu merosot kebawah dan menutup wajah tertunduknya dengan kedua tangannya. Tidak. Dia tidak akan menyerah. Dia berdiri dengan air mata yang masih terus terusan mengalir. Di tempelkannya keningnya kepintu itu. Berbicara sendiri. Mengatakan apa yang ingin dia sampaikan pada seseorang yang masih ia harapkan jadi kekasihnya itu. Di tariknya nafasnya mengumpulkan kekuatan agar tangisannya berhenti.
"Chanie, kau tau. Aku memang bersalah. Tapi setidaknya dengarkan aku." Baekhyun mengambil jeda untuk menetralkan hatinya. Menarik nafas sekali lagi dan menghelanya untuk mengumpulkan kekuatannya agar tidak menangis lagi.
"Chanie~ya. Setahun lalu aku berharap agar kau tidak pergi ke Jepang. Karena kau tau kan kalau aku tidak bisa tanpamu. Tapi saat aku melihat tawamu aku mencoba menguatkan hatiku kalau aku harus bisa tanpa kehadiranmu."
"Saat keberangkatanmu ke bandara, aku pun masih berharap kalau kau berubah pikiran. Namun dengan entengnya kau minta Sehun untuk menjagaku. Padahal kau tau kalau dia menyimpan rasa untukku."
"Chanie, aku sudah berusaha setia padamu. Tapi aku membuat kesalahan dengan menerima perhatian Sehun. Aku hanya anak manja yang kesepian. Pertahananku goyah dengan kasih dan cinta yang ditawarkan Sehun. Perlahan sosokmu digantikan olehnya."
![](https://img.wattpad.com/cover/85329386-288-k107688.jpg)
YOU ARE READING
The Angels Heart
FanfictionLuhan tahu dia tidak pernah dianggap oleh Sehun, tapi dia bertahan sampai batas. Akankah dia masih mengharapkan Sehun ketika ada cinta yang tulus untuknya.