The Danger Come

663 67 3
                                    

Pemuda itu melajukan motor sportnya dengan kecepatan penuh. Dia bahkan tidak menghiraukan dinginnya malam yang menembus kulit dibalik jaketnya yang tebal. Dia tidak perduli walau beberapa kali dia juga hampir kehilangan keseimbangan karena jalanan yang licin sisa dari hujan yang turun. Hatinya gelisah dan ada perasaan sakit yang dia tidak tau kenapa. Hanya satu nama yang dari tadi ada di pikirannya. Perasaan takut juga dia rasakan pada namja manis yang sampai sekarang mengisi hatinya. Luhan, dan ya, pemuda bernama Luhan itu yang menjadi alasan seorang Oh Sehun melajukan motornya seperti orang gila. Makian dari pengendara lain diacuhkannya. Saat ini yang ada dipikirannya hanya seberapa cepat dia sampai di kafe tempat Luhan bekerja. Sehun merasa ada sesuatu hal buruk yang akan menimpa Luhan. Dan itu membuatnya semakin mempercepat laju kendaraannya. Dia harus secepatnya sampai untuk melindungi namja cantik itu. Luhan kau harus baik baik saja sampai aku tiba.

Sedangkan Luhan juga merasakan hal yang sama. Sedari tadi dia bekerja dengan perasaan yang tidak menentu. Luhan merasa ada seseorang yang terus memperhatikannya dengan tajam. Berulang kali dia melakukan kesalahan saat bekerja, untung pemilik kafe itu tidak terlalu mempermasalahkannya karena memang selama ini Luhan bekerja dengan baik. Sang pemilik kafe menyarankan Luhan agar beristirahat sebentar tapi Luhan selalu menolak karena perasaan tidak enak itu akan selalu datang dan Luhan ingin menghilangkan semua itu dengan menyibukkan diri.

"Luhan, pulanglah dan istirahat dirumah dulu ne. Kembalilah saat kamu sudah baikan."
"Dan tidak ada penolakan.."

Luhan ingin membantah tapi mengingat bosnya ini tipe orang yang tidak suka dibantah jadi Luhan pun menuruti perintah bosnya itu.

"Baiklah Minseok hyung. Terimakasih dan besok aku pasti sudah kembali bekerja." Sang bos bermarga Kim itu hanya mengangguk sambil mengibaskan tangannya. Luhan pun membungkuk dan meninggalkan kafe itu dengan senyum terbaiknya.

Dan disinilah Luhan sekarang. Di salah satu halte bus terdekat dengan kafe tempatnya bekerja. Sesekali dia melongok untuk melihat jam ditangannya yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Hahh, entah sudah berapa kali dia menghela nafasnya. Perasaan gelisah itu terus saja mengganggunya tanpa bisa dihilangkan. Tiba tiba dia teringat akan ibunya. Apakah ibu baik baik saja? Kenapa aku selalu memikirkan ibu? Tuhan lindungilah ibuku.

Malam ini entah kenapa bus yang ditunggu Luhan tidak muncul muncul juga. Luhan kembali melihat jamnya dan terkejut karena sudah lewat setengah jam dia menunggu tapi busnya tidak juga datang. Dan halte yang biasanya agak ramai pun terasa sepi untuk malam ini. Mungkin karena tadi hujan dan orang orang lebih memilih untuk tidur dengan selimut hangat mereka. Luhan yang terus gelisah memikirkan ibunya pun memilih untuk berjalan kaki. Sambil mengeratkan jaket tipisnya dia pun beranjak dari halte itu. Tanpa dia tahu ada seseorang yang membuntutinya dalam diam. Mata tajam pria itu terus menatap Luhan yang sesekali mengusap kedua tangannya untuk menghangatkan jemari jemari lentik itu dari dinginya malam karena dia memang lupa membawa sarung tangannya. Bibir pria itu pun menyeringai iblis melihat calon korbannya yang seperti anak rusa kedinginan di tengah kesendiriannya. Luhan bukannya tidak merasakan bahaya disekitarnya. Tapi semua itu tidak diperdulikannya karena dia menganggap kalau itu adalah bagian dari rasa gelisahnya. Namun saat dipertigaan jalan dia menghentikan langkahnya ketika tanpa sengaja ekor matanya menangkap bayangan seseorang yang mengikutinya. Pemuda bersurai gelap itu pun memalingkan kepalanya secara perlahan dan kemudian berlari dengan kencang ketika dia melihat seseorang yang sangat misterius dengan penampilan yang mencurigakan itu menyeringai dengan jahat.

Seunghyun, pria itu tertawa dengan kerasnya melihat buruan yang menyadari kehadirannya. Baginya Luhan yang berlari dengan segala ketakutannya itu tampak menarik dan dia pun mengejar Luhan yang larinya tak seberapa itu. Jangan panggil dia TOP kalau dia tidak bisa menangkap mangsanya dengan mudah dan itulah yang terjadi sekarang, Seunghyun tidak banyak menghabiskan tenaga untuk menangkap Luhan karena dia memang sudah terlatih untuk itu. Sedangkan Luhan yang ada didekapannya terus saja berontak untuk menyelamatkan diri. Berbagai pukulan dan tinjuan dia berikan secara bertubi tubi pada pria yang hanya kelihatan bagian matanya saja karena memang Seunghyun memakai masker dan topi untuk menutupi identitasnya. Namun semua usaha Luhan sepertinya sia sia karena jangankan merasa sakit, pria asing itu bahkan tidak bergeming sama sekali. Pria itu masih saja kuat mendekap Luhan walau hanya dengan satu tangannya sedangkan tangannya yang bebas mengeluarkan sesuatu dari jaketnya. Luhan sadar apa yang dikeluarkan oleh pria jahat itu. Sapu tangan dengan aroma klorofon yang menyengat dan dia tidak mau kalau benda laknat itu sampai membekap mulutnya dan membuatnya tidak sadar. Luhan pun dengan sekuat tenaga berteriak meminta tolong walau terdengar sia sia tapi tidak ada salahnya untuk mencoba. Dalam hatinya dia selalu berdoa semoga ada orang yang menolongnya.

The Angels HeartWhere stories live. Discover now