The Fear

815 82 13
                                    

Namja tampan itu bolak balik melirik arloji yang terpasang ditangannya. Arloji mahal itu nampak cocok dikulitnya yang putih. Sudah jam empat sore, tapi orang yang ditunggu tunggu belum juga datang. Dia melirik arlojinya sekali lagi dan berniat untuk menelepon orang yang sedari tadi sudah ditunggunya. Tapi sebelum niat itu terjadi, bunyi lonceng dikafe itu mengalihkan perhatiannya. Ternyata orang yang masuk adalah orang yang ditunggunya.

"Mian Chanyeol, aku tadi dari perpustakaan." Dengan canggung  Luhan meminta maaf pada Chanyeol.

"Ya, tidak apa apa Lu."

Chanyeol tersenyum maklum. Pelayan datang menawarkan menu yang akan dipesan oleh keduanya. Setelah memesan dan pelayan itu pergi keadaan canggung kembali terjadi. Chanyeol bahkan melirik Luhan yang tertunduk gugup. Diperhatikannya Luhan secara seksama. Tidak ada perubahan yang berarti selama hampir satu setengah tahun dia pergi ke Jepang. Temannya yang satu ini tetap kelihatan manis walau dia memakai kacamata yang kadang kadang dipakainya itu. Luhan juga kelihatan cantik untuk ukuran seorang namja. Dia juga pintar serta baik. Chanyeol jadi tak habis pikir kenapa sepupunya itu mengkhianati namja sempurna seperti Luhan.

Luhan yang merasa diperhatikan hanya bisa menunduk. Sebenarnya dia gugup. Chanyeol menghubunginya saat dia berada di perpustakaan. Dia juga bilang ada yang ingin di bicarakan padanya. Tapi sudah hampir sepuluh menit namja tinggi itu belum  juga membuka suara. Luhan semakin canggung. Apalagi Chanyeol memandangnya seolah olah hendak menerkamnya.

"Mmm. Kamu bilang ada yang ingin dibicarakan. Jadi kamu mau bicara apa?"

"Eh? Oh. Hahaha."

Chanyeol tertawa idiot karena aksinya mari-memperhatikan-Luhan diketahui oleh objek yang diperhatikan itu.

"Ekhm. Lu, aku ingin mengetahui sesuatu karena aku yakin kau juga tau tentang ini."

"A...apa itu Chan?" Luhan benar benar gugup sekarang. Dia sudah tau apa yang akan dibicarakan oleh Chanyeol.

"Aku ingin tau, sejak kapan Sehun dan Baekhyun berselingkuh." Chanyeol berkata dengan suara yang pelan namun terkesan dingin. Luhan melihat Chanyeol mengepalkan tangannya yang berada diatas meja. Luhan juga dapat melihat bagaimana wajah Chanyeol menahan kemarahannya.

"Aa..ku..ti..."

"Permisi tuan tuan. Ini pesanan anda. Selamat menikmati." Kedatangan pelayan menjadi penyelamat bagi Luhan. Dia hanya tidak tau harus menjawab dengan jujur atau mengatakan kebalikannya.

"Terima kasih. Umm, Chan.. di..diminum dulu.."

Chanyeol menahan tangan Luhan yang akan mengambil minumannya. Pergelangan tangan Luhan terasa sakit karena Chanyeol manahannya dengan sangat kuat.

"Le..lepas Chan. Ini sa..kit."

"Jawab dengan jujur Lu. Maka aku akan melepaskan tanganmu."

Luhan tidak tau harus bagaimana. Jika dia menjawab dengan jujur dia takut Chanyeol akan membabi buta. Berbohong pun percuma karena sepertinya Chanyeol akan mematahkan tangannya jika ia melakukan itu.

"Jangan coba melindungi mereka. Disini kita yang tersakiti."

" Aku dan kamu berbeda Lu. Aku bukan manusia bodoh yang akan diam bila ada yang membuatku terluka. Kamu dengar itu.  Jadi jangan coba coba untuk berbohong."

Chanyeol melepaskan cekalan tangannya dan itu membuat Luhan meringis karena cekalan itu membekas. Tapi lebih membekas lagi kata kata Chanyeol. Benarkah aku ini bodoh. Luhan mengusap usap tangannya. Chanyeol yang melihat itu sebenarnya merasa kasihan, tapi disini dia harus tegas karena jawaban Luhan akan menjadi kunci akan kebulatan tekadnya pada mantan kekasihnya, Baekhyun.

The Angels HeartWhere stories live. Discover now