Part 4
Waktu gue masuk ke SMA gue ini, yang membuat gue yakin merasa betah dan nggak salah pilih masuk sekolah adalah kakak pramuka ganteng yang gue lihat di demo ekskul. Namanya Kak Ardit. Wah, kalau sedang pakai seragam pramuka, aduuuuh, badannya kelihatan tegap bangeeeet! Dadanya bidang, tangan-tangannya kekar, tatapan matanya berwibawa, dan senyum tipisnya memberi kesejukan jiwa bagi jiwa kering kerontang di sekitarnya. Termasuk jiwa gue. Pokoknya memandang dirinya tuh jiwa mendadak jadi adem deh! Belum lagi kalau dengerin suaranya saat jadi komandan upacara. Rela deh gue upacaranya diperpanjang, panas-panasan di lapangan lebih lama, asal dia yang jadi komandan upacaranya! Mauuuu!!!
Gue nggak tau kenapa hati gue bisa tertuju sama dia. Mungkin karena cinta pada pandangan pertama kali ya. Eaaaaaa!!! Tapi sebenarnya lebih dari itu sih. Gue selalu terpesona pada cara bicaranya kalau sedang memberikan pengumuman atau kesan dan pesan saat dia jadi kakak pendamping masa orientasi sekolah dulu. Gue terkagum-kagum pada caranya tersenyum dan tertawa. Gue meleleh sama cara dia menatap sesuatu yang jadi pusat perhatiannya.Dan gue nggak ngerti lagi kenapa setiap ucapan, tingkah laku, gaya dan segala sesuatu yang ada di dalam dirinya terasa menarik bagi gue. Gue bener-bener jatuh cinta sama dia.
Gara-gara dia nih, gue ikut masuk ke ekskul pramuka sejak kelas 10. Gue rela panas-panasan latihan baris berbaris setiap pulang sekolah. Sebab senyumannya bikin gue adem. Tapi ya gitu, seminggu aja latihan baris-berbaris di lapangan, kulit gue langsung jadi item! Rambut gue jadi kemerah-merahan dan kering! Hah, ternyata untuk mendapatkan senyumannya saja harga yang musti gue bayar mahal banget! Sampai-sampai mama gue bilang,"Fre, mama lihat akhir-akhir ini kamu jadi kucel banget deh. Kulitmu kusem. Rambutmu juga rusak. Ke salon sama mama yuk. Luluran sama ngewarnai hitam rambutmu itu." Oh, untung mama gue peka situasi. Akhirnya kalau baris-berbaris gue pakai sun block dulu dan rambut gue cepol agar tertutup topi pramuka.
Ya pantesan aja Kak Ardit nggak pernah ngelirik gue, habisnya sejak ikut pramuka malah muka gue jadi tambah hancur! Tapi ya nggak papa lah. Cinta butuh kesabaran dan pengorbanan. Ya nggak? Jangan gampang putus asa di tengah jalan! Di rumah, gue mungkin biasa gelendotan sama mama gue, tapi untuk urusan cinta mencintai kayak gini, gue sepenuhnya mandiri Coy! Gue harus berjuang!
Dan katanya, nasib beruntung itu bakal menyertai cewek-cewek solehah yang penyabar. Itu kata Kepala Sekolah gue waktu kasih pesan-pesan di upacara bendera. Entah upacara yang kapan gue juga udah lupa! Setelah setahun lamanya mencintai Kak Ardit dalam diam, nggak pernah ditanggapi, nggak dianggep, dan bertepuk sebelah tangan. Akhirnya Kak Ardit tiba-tiba jadi mentor kelompok pramuka gue. Beruntung banget kan gue? Gimana gue nggak sujut syukur? Emang ya, jodoh tu nggak bakalan kemana! Selalu aja ada jalan untuk mendekatkan. Kata pepatah, asam di gunung dan garam di laut aja bisa ketemu di belanga. Gimana Frea yang manis yang waktu itu dari 11 IPS 4 nggak bisa ketemu Kak Ardit yang ganteng dari 12 IPA 3 di kelompok mentoring pramuka? Bisa aja kan?
Sejak Kak Ardit jadi mentor di kelompok gue, gue jadi lebih rajin ikut pramuka. Mau ada latihan apa kek, acara apa kek, lomba-lomba apa kek, gue pasti ikut. Tanda Kecakapan Khusus gue terus bertambah. Mau yang purwa, yang madya, yang utama sesuai bidang yang gue suka dan gue kuasai udah gue raih. Jadi selempang gue hampir penuh tuh. Kalau udah gitu kan gue jadi tambah dipercaya sama kakak pelatih gue. Jadi bisa dilibatkan di banyak acara. Dengan begitu bisa terus dekat sama Kak Ardit yang prestasinya juga udah segudang. Dengan begitu, kesempatan gue buat modusin Kak Ardit semakin terbuka lebar! Aseeeek!
KAMU SEDANG MEMBACA
SEJAUH NEPTUNUS
Teen FictionMenurutmu, lebih bahagia dicintai atau mencintai? Dicintai memang enak dan lebih mudah, tapi menurutku, mencintai jauh lebih membahagiakan. Sebab dengan mencintai, kita hanya berpikir untuk memberi dan terus memberi tanpa pernah ingin menuntut. Menc...