Part 32
Sore itu Gogon kirim personal chat. "Fre, lu ada waktu nggak? Datang ke ruang music gue ya." Lah ngapain ni anak? Tumben-tumbennya sore-sore dan nggak ada rencana pentas bareng, ngajak ketemuan di ruang music.
"Mo ngapain?" tanya gue.
"Ada banyak hal yang mau gue tunjukin sama lu."
"Apa sih?"
"Udah dateng aja. Lu bakal tau semua ntar."
"Gue belom mandi."
"Jam lima sore belom mandi?"
"Lagi males mandi."
"Ya udah nggak usah mandi juga nggak papa." Iiiih, apaan sih ini anak!
"Gue mandi dulu, baru ke situ."
"Tapi jangan lama-lama ya. Gue tunggu."
"OK." Gue taruh handphone dan langsung nyamber handuk buat mandi. Ya malu aja kali yak e rumah tetangga sebelah belum mandi. Ntar ketahuan banget deh sama Om Romi, Tante Anggi, dan Kak Azizi kalau gue tuh kadang suka jorok. Kalau sama Gogon mah bodo amat dah.
Waktu gue ke rumah Gogon, rumahnya sepi. Biasanya tante Anggi siram-siram bunga di teras, tapi tumben nggak tampak. Pintu ruang tamu terbuka, gue bilang permisi. Sepi banget. Lah, Gogon mana dah? Gue masuk. Kata Gogon kan di ruang music. Gue ke ruang music. Ruangan lain sepi. Pintu ruang musik tertutup. Gue dorong. Dan ada senyum Gogon di balik pintu. Hah? Tumben rapi amat ni anak sore-sore gini? Mau kemana dia? Pakai kemeja baru, dimasukkan, pakai ikat pinggang segala.
"Lu mau kemana, Gon?"
"Nggak kemana-mana." Jawabnya sambal mengulurkan tangannya ke arah gue. Gue bingung.
"Ih, modus lu ya mau pegang-pegang tangan gue?" Gue nggak mau digandeng sama dia. Mau masuk ke ruang music aja pakai gandengan segala! "Mama lu kemana? Kok sepi? Pintu depan terbuka?"
"Pintu itu memang dibuka khusus buat lu, Frea."
"Apaan sih lu, Gon?" Gue kaget waktu melihat tengah-tengah ruang musik ada puluhan bunga mawar merah yang disusun berbentuk love dan ada lilin besar berwarna pink menyala di tengah-tengahnya. "Lu lagi ngapain, Gon? Lagi praktek pesugihan babi ngepet lu ya?"
"Fre, gue lolos audisi." Kata Gogon tiba-tiba.
"Hah? Yang bener lu?" Gue kaget.
"Iya. Bener. Ini surat pemberitahuannya." Gogon mengulurkan selembar kertas ke gue. Gue baca sekilas. Benar, dia diterima dalam orkestra yang akan membawa misi kebudayaan ke Eropa itu. Gue jadi girang, lompat-lompat, teriak-teriak sambal memegang kedua lengan Gogon. Dan tanpa sadar, gue peluk Si Gogon. Gogon hanya diam.
"Selamat ya, Gon. Ini luar biasa." Kata gue sambal ngedongak menatap matanya.
"Ini berkat dukungan lu, Frea." Tangan Gogon membalas pelukan gue. Oooopss!!! Buru-buru gue melepaskan diri.
"Jadi lu akan berangkat?"
"Tiga hari lagi."
"Oh...." Gue mendadak jadi sedih.
"Mungkin setahun kita nggak bakalan ketemu."
"Apa nggak ada liburnya, atau waktu buat nengok keluarga sebentar?"
"Nggak ada. Kontraknya satu tahun."
"Yaaah...."
"Toh lu masih bisa DM atau PC gue kalau rindu...." Gogon nyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEJAUH NEPTUNUS
Teen FictionMenurutmu, lebih bahagia dicintai atau mencintai? Dicintai memang enak dan lebih mudah, tapi menurutku, mencintai jauh lebih membahagiakan. Sebab dengan mencintai, kita hanya berpikir untuk memberi dan terus memberi tanpa pernah ingin menuntut. Menc...