Sejak Si Gogon mau ngebenerin gitar gue dan mau minjemin gitar mahalnya itu, gue jadi agak berubah sikap sama dia. Nggak tau deh. Gue jadi agak melunak. Jadi bisa ngelihat sisi-sisi positif dari dirinya. Ternyata Gogon nggak seburuk yang gue kira. Mama benar, Om Romi dan Tante Anggi kan orang-orang baik, mereka pasti ngedidik anak-anaknya secara baik-baik juga, dan anak-anaknya pastilah juga jadi orang-orang baik. Guenya aja yang sejak awal udah menutup hati gue jadi bawaannya ngelihat Gogon tuh ill feel mulu. Tapi sejak dia menunjukkan sikap baiknya, mau ngebantu gue dalam kondisi terjepit, padahal gue selalu bersikap sengak sama dia, gue jadi tau kalau dia tuh sebenarnya cowok yang baik.
Gue mulai terhubung lewat sosmed sama Si Gogon karena urusan rencana pentas musikalisasi puisi di sekolahnya. Dia mulai ngajak gue ngobrolin rencana bentuk pementasan dan nyusun jadwal latihan. Jadi kadang kami ngomongin semua itu di sosmed lalu ketemuan di saung yang memisahkan rumah kami itu buat coba-coba nemuin melodi yang pas buat puisi yang mau dibaca. Temen SMP nya yang namanya Sita yang mau ngebantu baca puisi juga pernah datang dan ikut gabung di saung.
Franda suka gue ajakin buat ikutan ngumpul di saung pas latihan, tapi dia nggak mau. Takut ngeganggu katanya. Lagian menurut dia, itu bukan urusannya jadi buat apa ikutan nimbrung. Mau jadi nyamuk? Pas gue tanya, "Lu beneran nggak papa gue ketemuan sama Gonza?" Mukanya malah aneh dan kayaknya nggak suka gue tanya kayak gitu. "Ya mau ketemuan kek, mau jalan bareng kek, mau makan berdua kek, ya sono. Bukan urusan gue ini. Urusan kalian berdua lah." Gitu jawabnya. Ya gue takut aja dia cemburu atau gimana. Tapi nyatanya enggak, orang dia sama Gonza emang nggak ada hubungan asmara. Ya udah!
"Fre, menurut gue yang mainin melodi mending lu deh." Kata Gogon.
"Gue? Tapi gue kan belum jago-jago banget Gon." Waktu gue nyebut namanya gitu, temennya yang namanya Sita itu kaget dan sepontan noleh ke arah gue.
"Hah?! Lu panggil dia apa?"Gitu. Lalu ketawa ngakak sambil ngelihatin si Gogon. Gogon cuma senyum-senyum aja.
"Gogon." Jawan gue. Sita tambah ngakak.
"Panggilan sayang?" Tanyanya.
"Idih, amit-amit! Ya emang namanya dia begitu kan? Gonza. Salah gue panggil dia Gogon?" Sita masih aja ngakak.
"Enggak....udah ah....ayo latihan lagi. Nggak usah ngebahas itu ah." Kata Si Gogon.
"Iya deh, iya...Goooon...." sahut temennya itu mengejek. Tapi Gogon cuek aja.
"Nah, jadi lu yang main melodi Fre. Soalnya kalau sampai melodi ada di tangan cewek, bakalan jadi sesuatu yang amazing banget di mata penonton." Lanjut Gogon.
"Tapi Gon...."
"Udah, tenang aja. Lu pasti bisa. Ntar gue bantu belajarnya."
"Bener ya?"
"Iya." Lalu kami sepakat memilih lagu Bubuy Bulan untuk melodi pembuka bagi puisi cinta yang sedih yang ditulis sama temennya Gogon itu. Lagu Bubuy Bulan tuh kan termasuk lagu daerah dari Sunda, jadi kita pakai dengan alasan untuk menampilkan unsur budaya asli Indonesia. Selain itu, lagu ini juga mendayu-dayu dan berkisah tentang kesedihan, jadi cocok untuk ngiringin puisi temennya Gogon itu. Tentu saja musiknya diaransemen ulang sama si Gogon biar agak kekinian. Gitu-gitu si Gogon bisa ngearansemen lagu lho!
Ternyata musikalisasi puisi tuh bukan cuma baca puisi trus diiringi musik gitu. Nggak segampang itu. Musikalisasi puisi itu berarti puisinya dibikin lagu. Biar lebih hidup dan gampang dimengerti pendengar. Jadi Gogon juga musti cari nada-nada untuk baris-baris puisinya Sita. Rencananya akan pakai nada-nada gaya Sunda biar nyambung sama melodi Bubuy Bulan. Nanti Sita bakalan ngajak satu temennya lagi namanya Tami untuk suara dua. Kalau ada pecah suara gitu kan seru. Dan rencananya kami mau tampil dengan busana batik motiv Mega Mendung ala Cirebon. Biar Indonesia banget!
KAMU SEDANG MEMBACA
SEJAUH NEPTUNUS
Teen FictionMenurutmu, lebih bahagia dicintai atau mencintai? Dicintai memang enak dan lebih mudah, tapi menurutku, mencintai jauh lebih membahagiakan. Sebab dengan mencintai, kita hanya berpikir untuk memberi dan terus memberi tanpa pernah ingin menuntut. Menc...