Part 32
Siang ini mungkin bakal jadi siang yang nggak mungkin gue lupa. Gue sebelum ke sekre pramuka, ke toilet dulu buat pipis dan cuci muka, biar lebih enteng dan segar buat menghadapi adik-adik kelas di pramuka yang ternyata, nggak gue sangka, lebih berani dan percaya diri ketimbang kakak kelasnya. Dan biasanya toilet sepi pas bubaran sekolah begini, sehingga gue lebih nyaman untuk main air sedikit di washtafel. Waktu gue melintasi toilet cowok, gue sempat ngelirik dan ada bayangan Kak Ardit sama teman-teman futsalnya. Mereka kayaknya sedang ngobrolin sesuatu di depan pintu toilet cowok. Gue terus aja ke toilet cewek. Toh dia juga nggak lihat gue. Nggak mungkin lah gue nyapa atau nyamperin dia kalua sedang di toilet gitu. Toh kalua memang mau ketemu, habis ini gue chat dia juga bakalan langsung direspon.
Gue mulai ngeluarin anduk dan foam pencuci muka dari tas. Mencuci tangan dulu pakai hand shoap yang ada di washtafel dan setelah tangan bersih barulah membasuh muka. Oh, ternyata suara obrolan Kak Ardit sama teman-temannya kedengeran dari sini. Diam-diam gue mulai mengusapkan foam ke muka sambal nguping apa yang mereka omongin.
"Lu gimana sih, Dit sama Si Frea itu? Serius nggak sih lu?" Tanya temannya.
"Jalan masih panjang, Bro. Jalani aja terus.""Jawab Kak Ardit.
"Lu udah jadi nembak dia?" Tanya yang lain.
"Ah, apa tau sama tau aja belum cukup? Gue peduli sama dia, dia juga peduli sama gue. Gue perhatian sama dia, dia perhatian sama gue. Apa lagi?" Oh, jadi begitu prinsip Kak Ardit? Ok.....
"Cewek kan selalu butuh kepastian, Dit. Musti jelas. Dia enggak apa?"
"Sejauh ini sih dia fine. Nggak macem-macem."Gue fine dan nggak macem-macem itu karena gue takut kehilangan lu Kak Ardit. Makanya gue memilih diam dan nggak mau bertanya sama lu soal kejelasan hubungan kita.
"Gila lu! Dia nggak ngerasa lu gantungin apa?" Tuh kan, temannya aja ngerti gimana caranya memperlakukan hati seorang cewek!
"Dia baik-baik aja kok. Yang penting kita saling menikmati kedekatan masing-masing." Ah, kadang gue merasa tertekan tau!
"Lu beneran suka nggak sih sama dia?" What?
"Suka lah. Sayang malah." Oh My God! Kak Ardit bilang begitu? Dia benar-benar bilang begitu? Oh, oh, ow,ow....mendadak kenapa gue jadi salah tingkah sendirian begini! Buru-buru gue basuh foam yang masih menempel di pipi dan dahi. Oh, Tuhan, betapa lega hati gue ngedengerin itu semua. Dan gue jadi nggak konsentrasi lagi buat ngedengerin omongan mereka. Hati gue udah terlanjur melambung jauh terbang tinggi bersama mimpi! Buru-buru gue lap muka gue pakai handuk dan rasanya seger banget. Belum pernah gue ngerasaiin sesegar ini sebelumnya.
"Jiah, yang sayang....." Ledek temannya.
"Terus, soal video ngerokok kita waktu itu?"
"Tenang aja. Dia bisa gue percaya."
"Lu musti baik-baikin tu cewek lu, jangan sampai rahasia lu sendiri dan rahasia kita bocor. Bisa kelar ntar kita di BK!"
"Iya tenang aja. Percaya sama gue. Dia bisa gue pegang omongannya."
"Kita-kita juga bisa pegang omongan lu itu kan?"
"Beres." Dan tak lama toilet di seberang sana jadi sepi. Kayaknya Kak Ardit dan teman-temannya udah pergi. Gue segera ngerapiin barang-barang gue dan keluar dari toilet menuju secretariat pramuka dengan hati yang berbunga.
Semua yang gue dengar itu udah cukup buat gue, Kak Ardit.....
*
KAMU SEDANG MEMBACA
SEJAUH NEPTUNUS
Teen FictionMenurutmu, lebih bahagia dicintai atau mencintai? Dicintai memang enak dan lebih mudah, tapi menurutku, mencintai jauh lebih membahagiakan. Sebab dengan mencintai, kita hanya berpikir untuk memberi dan terus memberi tanpa pernah ingin menuntut. Menc...