Sekolah musik gue mau ngadain konser kecil di sebuah gedung pertemuan. Konser music klasik kerjasama dengan kantor Walikota. Semua siswanya yang kira-kira udah pantas untuk tampil, udah menguasai materi sesuai grade masing-masing, boleh ikut konser. Gurunya sih yang menentukan apakah seorang siswa sudah bisa ikut konser atu belum. Dan ini akan menjadi konser pertama gue setelah naik ke kelas grade dua. Di dalam konser itu akan ditampilin anak-anak dari kelas piano, biola, gitar klasik, dan vokal. Ada yang tampil solo dan ada yang tampil dalam kelompok.
Gue akan memainkan ansambel gitar klasik bersama enam siswa lainnya. Ada yang pegang melodi, rithem, dan bass. Gue dipercaya sama guru gue buat mainin melodinya. Lagu My First Love-nya Nikka Costa dan Somewhere Out There-nya James Ingram dan Linda Ronstadt. Latihannya sudah mantap. Ada jam tambahan di luar jam belajar musik biasa. Mungkin sebulan penuh, seminggu dua kali, gue dan semua yang bakal manggung di konser itu berlatih.
"Kak Ardit hari Minggu siang, sekitar jam sepuluh ada waktu nggak?" Tanya gue waktu ketemu di sekre pramuka.
"Memangnya ada apa?"
"Gue ada konser musik klasik dari sekolah musik gue. Mau nonton nggak?"
"Lu tampil?"
"Iya dong."
"Wah keren tuh! Di mana?"
"Di gedung pertemuan yang ada di dekat stasiun itu lho kak." Aduh, gue ngarep banget dia bisa datang. Kan rasanya bakal gimana gitu kalau konser gue itu bakal dilihat Kak Ardit. Kan gue bisa lebih semangat main gitarnya.
"Oh, di situ ya? Tiketnya berapa?"
"Free kok. Kalau mau masuk tinggal isi buku tamu dan nyebutin nama siswa yang ikut konser aja." Kata gue penuh harap dan semangat.
"Oh, gitu? Iya, gampang lah."
"Jadi bisa datang?"
"Gue usahain." Oh, Tuhan.... Gue jadi seneng bangeeeet.
"Trims ya, Kak."
"Iya, sama-sama. Oh ya, habis ini bantuin gue nyiapin dokumen-dokumen buat sertijab pengurus pramuka minggu depan ya?"
"Beres, Kak." Apa sih yang enggak buat lu, Kak?'
"Siiiip...."
*
Konser ini indoor. Di dalam sebuah ruang pertemuan yang cukup besar milik pemerintah kota dengan panggung besar di depan. Setiap siswa boleh mengundang maksimal lima orang untuk menonton secara gratis. Gue udah minta papa, mama, Franda dan Kak Ardit buat datang. Rena sebenarnya gue undang juga, tapi hari Minggu pagi sampai sore dia musti ikut keluarganya family gathering sama saudara-saudara sepupunya di luar kota.
Gue berangkat duluan, karena siswa yang akan tampil harus datang 1 jam sebelum acara dimulai untuk ngikutin briefing dan penyesuaian panggung. Papa, mama, dan Franda bakal nyusul pakai mobil. Dan sampai hari H ini, Kak Ardit nggak ngomong apa-apa, berarti dia juga bisa datang. Aduh, gue jadi deg-degan banget. Nervous karena terlalu senang dan bersemangat gara-gara cowok yang gue suka bakal datang di acara penting gue ini. Dan gue udah ngebayangin Kak Ardit bakal bawain gue sekuntum bunga mawar untuk hadiah buat gue seusai pentas nanti. Eheeeem!
Gue dan semua siswa udah siap di back stage. Jadi nggak tau apakah tamu-tamu yang kami undang sudah datang atau belum. Apalagi selama pementasan semua alat komunikasi harus disimpan di loker masing-masing. Nggak diperbolehkan foto-foto atau ngerekam video karena sudah ada petugasnya. Penonton juga nggak boleh memotret atau merekam selama pertunjukan berlangsung. Soalnya panitia akan membuat video dari seluruh rangkaian konser ini dan akan dijual untuk penggalangan dana yang nantinya diwujudkan dalam bentuk alat musik yang akan disumbangkan ke panti asuhan-panti asuhan. Jadi sebenarnya selain tampil dalam konser, semua siswa termasuk gue juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan amal itu. Bangga juga gue!
KAMU SEDANG MEMBACA
SEJAUH NEPTUNUS
Novela JuvenilMenurutmu, lebih bahagia dicintai atau mencintai? Dicintai memang enak dan lebih mudah, tapi menurutku, mencintai jauh lebih membahagiakan. Sebab dengan mencintai, kita hanya berpikir untuk memberi dan terus memberi tanpa pernah ingin menuntut. Menc...