Toleh Gue Sebentar!

39 0 0
                                    


Siang ini gue semangat banget. Usai jam terakhir, anak-anak pramuka disuruh kumpul dulu di sekre. Mau rapat ngebahas acara api unggun Sabtu depan. Aiiiih, bakal ketemu Kak Ardit lagi nih! Apalagi dia yang bakalan mimpin rapatnya. Gue musti buru-buru. Kalau perlu lari. Biar dapat tempat duduk paling depan! Biar lebih komunikatif! Komunikatif sama Kak Ardit maksudnya. Kalau gue duduknya di belakang kan ntar nggak bisa jelas lihat mukanya. Nggak bisa konsentrasi. Nggak bisa konsentrasi melihat caranya ngomong, caranya menoleh, caranya tersenyum, caranya tertawa, dan caranya corat-coret di white board maksudnya!

Begitu bel berbunyi dan doa penutup selesai, gue langsung lari ke depan. Nabrak sana-nabrak sini dikit. Paling yang ketabrak cuma protes, "Frea, apaan sih?" Trus langsung gue samber aja tangan Bu Guru, gue cium, sambil bilang,"Makasih, Bu." Dan Bu Guru agak kaget karena mungkin gue cium tangannya agak kekencengan. "Hati-hati, Frea!" Kata Bu Guru waktu gue hampir kesandung di depan pintu. "Ya, Bu." Jawab gue sambil terus berlari menuju sekre.

Gue hampir aja nabrak pintu sekre yang kebuka separo. Dan waktu gue tendang pintunya sampai terbuka, ternyata sekre masih kosong. "Hei!" Tegur seseorang. Gue kaget. "Frea, jangan kasar dong! Ntar pintunya jebol!" Astaga! Aduh, malu banget gue! Kak Ardit sedang ngehapus white board. Sumpah gue nggak tau! Kirain nggak ada orang.

"Eh, iya, Kak. Maaf. Nggak sengaja." Aduuuuuuh......

"Nggak sengaja kok kenceng banget?"

"Habisnya buru-buru sih, Kak."

"Buru-buru mau ngapain sih? Orang masih sepi juga." Duuuuh, mau jawab apa coba?

"Em, enggak, em, kirain udah telat."

"Aneh." Gumamnya. Gue lepas sepatu, naruh di rak, lalu duduk di lantai di tempat yang kira-kira bakalan jadi barisan terdepan. Emang di mata lu, gue ini aneh, Kak. Sampai-sampai nggak pernah lu anggep. Nggak pernah lu tanggapin. Seolah nggak ada dan nggak penting buat hidup lu. Cuma kayak nyamuk yang seliweran di sekitar lu. Masih mending nyamuk, nguing-nguing di telinga lu langsung lu tangkap. Lha gue? Udah nguing-nguing mulu di dekat telinga lu, tapi lu pura-pura nggak denger! Cuma kayak cicak di dinding yang numpang lewat tapi nggak pernah terlihat sama mata lu. Cuma diam-diam merayap! Persis kayak gue yang cuma bisa diam-diam ngarepin hati lu! Sedih banget sih gue.......

"Eh, Frea. Mau nggak lu nulisin notulen rapat? Bawa laptop kan lu?" Kak Ardit mendekat. Hah? Gue sampai ngangak. Melongo. Nggak percaya. Gue kucek-kucek mata. "Mau nggak?" Tanyanya lagi.

"Eh, iya, mau Kak. Iya mau." Aduh, lagi-lagi gue nggak bisa ngontrol diri saking senengnya.

"Ya udah. Yang teliti ya. Jangan sampai ada yang kelewat!"

"Iya, Kak. Beres." Aiiiih, kenapa tiba-tiba bad mood gue jadi hilang? Gue jadi semangat lagi! Baru kali ini gue dapet rejeki nomplok. Disuruh Kak ardit jadi notulis rapat. Oh, Tuhan.....betapa baiknya Engkau. Mendekatkan yang jauh dengan cara-cara yang tak pernah terduga. Oh, ya mumpung masih sepi nih, mumpung ada kesempatan, gue harus gencar melancarkan modus lagi nih! Kapan lagi ada kesempatan? Sekarang juga atau tidak sama sekali! Gue musti cepet mikirin modus apa yang bisa gue lakukan!

"Oh, ya, Kak. Untuk konsumsinya jangan nasi box mulu dong! Bosen! Mending kita masak sendiri aja, Kak. Kan lebih asik. Lebih ada kerjasamanya." Oh, entah ide dari mana itu kok tiba-tiba melintas gitu aja di otak gue. Kenapa kalau lagi modus gini gue jadi cerdas dadakan ya?

"Bukannya nasi box lebih praktis ya?" Oh syukurlah dia menanggapi.

"Iya sih. Tapi sesekali kita masak rimba dong, Kak."

"Tehnisnya gimana tuh?" Oh, akhirnya dia tertarik juga buat ngomong sama gue.....

"Kita tentuin dulu menu yang mau kita masak buat makan bersama. Terus, ya, kita bagi-bagi tugas aja ke seluruh anggota. Kita bikin menu yang sederhana aja. Jatuhnya nanti lebih hemat deh kak.Tiap anak bawa secangkir beras. Trus ada yang bawa telur, mie, ayam, sayuran, bumbu dapur, alat masak, daun pisang. Gitu. Kita masak rame-rame di lokasi. Trus kita bentangkan daun pisang buat nyajiin. Kita makan rame-rame di situ sambil duduk lesehan. Asyik tau, Kak." Kak Ardit manggut-manggut.

SEJAUH NEPTUNUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang