Gue udah mulai hapal melodi lagu Bubuy Bulan. Gue emang belum jago main gitar. Kalau ada teks lagu dan kord nya gue baru bisa mainin. Pokoknya masih serba hapalan. Belum bisa nemuin kord sendiri. Jadi gue apalin aja teks dan kord yang disodorin sama Gogon. Dan gue udah pesen sama Gogon supaya nggak lagi mengubah-ubah nada dasar. Karena gue juga belum ngeh cara pindah nada dasar. Soalnya ganti nada dasar berarti semua kordnya ikut ganti. Gue bisa bingung dan stress nantinya. Gogon sih ngerti kemampuan gue. Jadi dia berusaha nemuin dulu nada dasar yang pas dan cocok sama suara Sita dan Tami, baru kemudian nyusun kord gitarnya buat kami mainin.
Di rumah gue terus-menerus ngulang lagu Bubuy Bulan sampai hapal di luar kepala. Kadang Franda yang ngedengerin sampai bosen sendiri. Katanya permainan gitar gue masih kayak orang ngapalin, belum pakai hati dan perasaan. Belum ada penghayatannya. Gue bilang ke dia kalau udah dipaduin sama bass nya Gogon dan suara sopran Sita serta suara altonya Tami juga udah bagus banget. Kayak konser mini. Ntar dia juga bakalan mewek-mewek pas lihat musikalisasi puisi yang bakal kita bawain. Franda cuma nyengir.
"Lihat aja ntar! Apalagi kalau gue main melodinya pakai gitar punya Gogon yang merek Taylor warna biru, wah lu pasti jadi cengok terpukau deh! Bakal ngejar-ngejar gue minta tandatangan gue ntar lu!"
"Apa? Kak Gonza ngijinin lu pakai gitar yang ada di ruang musik keluarganya?"
"Iya. Emang napa? Gue ntar kalau pentas juga pakai Taylor warna biru itu."
"Dia bener-bener ngebolehin?"
"Boleh. Lu kenapa sih kok sampai keheranan gitu? Biasa aja kali."
"Fre, Kak Gonza tuh termasuk orang yang nggak gampang pinjem-pinjemin gitarnya ke orang lain. Semua gitar yang ada di rumahnya kan mahal-mahal, Fre. Punya bokapnya semua. Temen-temen sekolahnya aja nggak pernah dipinjemin kalau mau pentas."
"Masa sih? Tau dari mana lu?"
"Ya tau lah. Kan Kak Gonza sendiri yang cerita ke gue. Yang tau kalau di rumahnya ada ruang musik kan nggak banyak. Paling cuma temen-temen yang dia percaya doang."
"Kok pelit banget dia?"
"Ya bukannya pelit, Fre. Kalau pelit, dia nggak bakalan ngajarin gue main keyboard pakai keyboardnya dia."
"Trus apa dong?"
"Ya mungkin hati-hati aja kali dia. Jangan sampai alat-alat musik yang ada di rumahnya jadi rusak sama orang-orang yang nggak bisa dipercaya."
"Iya sih."
"Makanya gue heran kalau lu sampai dipinjemin gitar mahalnya buat pentas. Berarti dia udah percaya banget sama lu."
"Gitu ya?"
"Ya iya lah. Makanya ati-ati lu bawa gitarnya."
"Ya iya lah. Sama gitar gue yang murah meriah aja gue hati-hati, apalagi sama gitar orang yang harganya segambreng."
"Itu tandanya Kak Gonza nganggep lu orang yang bisa dia percaya."
"Kayak lu juga, gitu maksud lu?"
"Tepat!"
"Hah! Emang apa istimewanya kalau dipercaya sama dia?"
"Yah elu! Bokapnya Kak Gonza itu kan kerjanya di bidang musik. Lah, lu kalau sampai deket sama anaknya, dipercaya, kan bisa manfaatin tuh koneksi bokapnya buat karir musik lu di kelak kemudian hari. Biar jadi artis! Gimana sih lu!"
"Lah, orang Gogon aja yang anak kandungnya juga nggak dibantuin jadi artis."
"Belum aja kali. Biar sekolah dulu kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEJAUH NEPTUNUS
Novela JuvenilMenurutmu, lebih bahagia dicintai atau mencintai? Dicintai memang enak dan lebih mudah, tapi menurutku, mencintai jauh lebih membahagiakan. Sebab dengan mencintai, kita hanya berpikir untuk memberi dan terus memberi tanpa pernah ingin menuntut. Menc...