Prolog

6.8K 330 11
                                    


Namanya Ratu, seorang cewek yang baru saja meringis kesakitan karena sesuatu mengenai kepalanya. Mimik wajahnya berubah drastis, dari ketakutan menjadi kemarahan. Tangan kanannya mengusap bagian kepala yang dirasa sedikit sakit. Kedua mata bulatnya mencari sesuatu, yang sudah tidak sopan mencium kepalanya. Tapi ada yang lebih tidak sopan, yaitu seseorang yang melempar sesuatu itu.

Pandanganya jatuh kebawah, mencari sesuatu itu. Ruangan yang sangat minim pencahayaan ini membuat dirinya kesusahan menemukan yang ia cari. Tapi gadis itu tidak berhenti mencari. Karena tidak ada menyerah dalam kamus hidupnya, untuk hal sesederhana apapun.

"Siapa lo?"

Kedua matanya yang bulat semakin membulat. Suara berat seperti milik seorang cowok itu membuat jantungnya berdegup kencang. Antara terkejut dan takut. Alih-alih menjawab pertanyaan yang berasal dari seseorang yang berada dibelakangnya, Ratu malah memejamkan matanya rapat-rapat. Bibirnya terkatup rapat sedangkan kedua telinganya mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

"Gue belum pernah lihat lo disini. Jadi kenapa bisa ada disini?"

Suara itu terdengar jelas. Sepertinya pemilik suara itu dekat dengan diri Ratu. Dan ketika kedua matanya terbuka, benar saja. Cowok itu tengah berada di depannya dengan kedua tangan terlipat diatas dada. Ratu masih bisa melihat dengan jelas wajah cowok itu meskipun pencahayaan di ruang ini minim.

Tidak mungkin Ratu akan menjawab secara gamblang tentang alasanya disini apalagi pada cowok ini, cowok asing yang baru pertama kali dia lihat.

Ketika matanya bertemu dengan sebuah pintu, kakinya mengambil langkah dengan tempo cepat.
Ratu menghindari cowok itu tanpa meninggalkan jawaban.

"Tunggu."

Sial. Suara yang tidak asing di telinganya itu sukses menghentikan langkahnya. Perlahan, ia membalikkan badanya. Betapa terkejutnya ia ketika matanya menemukan puluhan laki-laki berada di belakangnya seraya menatapnya horor. Ratu tidak tahu darimana asalnya orang-orang itu, yang jelas Ratu tahu kalau dirinya sedang berada diposisi tidak aman.

Diantara semua orang disana, Ratu hanya mengenal satu orang yaitu Gavin. Ah bahkan bukan kenal namun sekadar tahu nama dan rupa. Kebetulan yang entah menyenangkan atau tidak, Gavin dan Ratu merupakan teman sekelas.

Gavin dengan langkah kakinya berjalan mendekati tubuh Ratu. Ratu tetap diam ditempatnya, membeku. Dia hanya bernafas, berdetak dan berkedip.

"Tutup mata!" Kata Gavin setengah berbisik.

Entah dorongan darimana, Ratu langsung menurutinya. Ratu menutup kedua matanya kemudian gelap. Sebenarnya Ratu tidak tahu apa yang akan Gavin lakukan, ia hanya merasakan hembusan napas seseorang di bagian wajahnya. Karena penasaran, Ratu segara membuka kedua matanya. Berniat mencari tahu dari mana asalnya hembusan nafas itu, dan satu detik setelah membuka matanya ia menemukan jawaban. Gavin sedang mencium bibirnya, bukan Gavin namun bibirnya. Ah terserah pokoknya Gavin sudah mengambil apa yang selama ini Ratu berusaha jaga.

Dengan degup jantung yang tak karuan serta perasaan terkejut dan kecewa, Ratu menjauhkan tubuhnya. Ia mengambil beberapa langkah ke belakang. Sedangkan Gavin masih berdiri ditempatnya.

Ratu mencoba memahami apa yang sedang dirasakanya. Entah kecewa atau menyesal, yang jelas bukan rasa bahagia yang ia rasakan.

Suara tepuk tangan mendominasi ruangan ini, seperti yang baru terjadi tadi adalah hiburan tapi bagi ratu itu adalah dosa.

"Kenalin ini Ratu, pacar gue." teriak Gavin kemudian tangannya terulur, meraih tangan ratu lalu menciumnya.

Suara tepuk tangan dan siulan tercipta setelah Gavin mengucapkan itu. Semakin riuh. Sementara Ratu yang diberi tepuk tangan dan siulan itu sesegera mungkin melepaskan tanganya dari jeratan iblis. Ya nama baru dari Ratu untuk Gavin.

Ratu Kepo (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang