34👑Berubah

964 64 4
                                    

Manusia akan terus berubah seperti bumi yang terus berputar


"Kita batalin aja ya jadiannya. Kita nggak pacaran"

Gavin menatap Ratu tidak percaya. Apa yang Ratu katakan tidak bisa Gavin terima. Gavin membuka mulutnya untuk bertanya masuk Ratu mengatakan itu, namun Ratu mendahuluinya.

"Jadi gini, besok itu kan tanggal sebelas. Nah sebelas itu no favorit gue. Jadi, gue mau kita jadiannya besok aja. Nggak apa-apa kan?" Ratu menggigit bibir bagian dalamnya, ia berbicara dengan ragu-ragu takutnya Gavin tidak setuju dengan keinginannya.

"Okay" Kemudian Gavin menatap Ratu yang tengah tersenyum lebar kepadanya.

Gavin tidak merasa keberatan dengan keinginan Ratu. Apa bedanya hari ini dan besok, toh Ratu akan menjadi miliknya. Begitulah pikir Gavin.

"Hari ini adalah hari terakhir lo jadi jomblo. Besok lo jadi pacar gue"

*

"Anjing lo"

Suara Gavin terdengar samar-samar di telinga Ratu. Ingin memastikan lebih jelasnya, Ratu meninggalkan Jeni dan Kayla yang berada dibelakang dan mulai berlari menuju suara yang ia yakini adalah suara Gavin.

Suara itu seperti berasal dari sana, di tengah gerombolan orang-orang. Ratu yakin Gavin pasti ada ditengah gerombolan itu. Ratu mendesakkan tubuhnya agar bisa berada ditengah lingkaran gerombolan itu.

Napas Ratu tidak teratur dan kini mulut dan matanya terbuka, ketika melihat Gavin. Cowok itu tengah berdiri dengan tangan yang menarik kerah kemeja seorang murid laki-laki.

Gavin berulah lagi. Ratu tidak tahu harus apa selain berlari. Ratu berlari menjauhi gerombolan itu. Ratu terus berlari tanpa memperdulikan Jeni dan Kayla yang memanggil namanya. Ratu tidak memperdulikan dirinya yang belum mengganti baju olahraganya.

Ratu sudah kepalang kecewa. Beberapa hari ini Gavin tidak pernah lagi berkelahi atau dipanggil BK tapi hari ini?  Ah mungkin bukan Gavin namanya kalau tidak membuat masalah. Dan Ratu tidak pernah berpikir jika laki-laki yang akan menjadi pacarnya itu adalah seseorang yang menyukai perkelahian. Ini bukan mimpi yang Ratu inginkan. Ini realita yang masih bisa dilihat dengan mata.

*


Sial. Sepanjang pelajaran tidak ada sedikitpun materi yang ia mengerti. Fokusnya tertuju pada seseorang yang tidak ada di ruangan, yaitu Gavin.

Murid di kelas Ratu sudah tahu apa yang terjadi dengan Gavin. Sedikitnya, Ratu mendengar bahwa Gavin membuat adik kelas pingsan, tentu saja karena tinjuannya. Namun untuk alasan mengapa Gavin melakukan hal seperti itu, belum ada yang tahu.

Setelah tahu informasi itu, Ratu tidak menangis juga tidak tersenyum. Yang Ratu tahu dirinya hanya sedang kecewa. Rasanya Ratu ingin marah sejadi-jadinya pada Gavin namun Ratu terlalu enggan untuk melihat wajah Gavin.

Bel pulang berbunyi, menjadi tanda bahwa kegiatan belajar telah selesai. Ratu memasukkan alat tulis milikknya kedalam tas.

"Ratu"

Setelah mendengar suara itu, Ratu bergerak cepat untuk mengenakan tasnya kemudian berdiri dari kursi.

"Lo harus dengerin gue" Suara itu membuat Ratu memutarkan bola matanya. Kepalanya menoleh pada Jeni yang berada disampingnya.

"Gue duluan, Jen"

Setelah mendapat anggukan dan ucapan hati-hati dari Jeni, Ratu melangkahkan kakinya. Dan sebelum melewati Gavin yang tengah berdiri, Ratu menarik pergelangan tangan Gavin dengan sengaja.

Ratu Kepo (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang