Ini adalah Air mata kesekian yang jatuh atas nama dirimu
Setelah sekian lama, Gavin berada disini. Di area pemakaman dimana Ayah dan Ibunya dibangunkan tempat peristirahatan terakhir. Karena kejadian Luna kemarin, Gavin jadi semakin rindu pada orangtuanya dan berniat untuk datang kesini.
Gavin menatap kedua makam orang tuanya yang meninggal karena kecelakaan satu tahun silam. Makam keduanya berhiasan bunga warna-warni yang cantik tak lupa ada kertas kecil yang lipat menjadi persegi empat. Gavin tahu siapa yang melakukan ini.
Perlahan Gavin mulai berucap di dalam hatinya untuk mendoakan orangtuanya. Gavin tidak ingin ucapanya didengar orang lain.
Perlahan tangan Gavin terulur membawa kertas berbentuk persegi empat itu dari makam ibunya. Dibukanya lipatan kertas itu dan Gavin mulai membaca isi Kertas yang merupakan surat singkat itu.
Tania I miss you ❤
-BellaKedua ujung bibir Gavin terangkat setelah membaca satu kalimat dari orang bernama Bella itu. Bella atau Tante Bella adalah bukan orang asing lagi untuk Gavin. Tante Bella adalah sahabat dekat dari Ibunya. Gavin telah menganggap Tante Bella seperti Ibunya sendiri begitupun Tante Bella telah menganggap Gavin seperti anaknya sendiri.
Setiap hari Tante Bella selalu datang ke makam Ayah dan Ibu Gavin untuk menaburi bunga, mencabuti rumput yang berada di sekitar makam dan memberi surat singkat yang selalu berakhir ditempat sampah. Bukan hanya Bella, Gavin juga merindukan orangtuanya. Sangat merindukan.
"Gavin"
Sontak Gavin berdiri dari posisi awalnya dan menatap laki-laki yang tadi memanggilnya.
Seorang laki-laki berperawakan tinggi yang mengenakan kemeja hitam itu diberi tatapan penuh tanya oleh Gavin.
"Gue Elang" Aku laki-laki itu seolah tahu arti tatapan mata Gavin.
Gavin mengernyitkan dahinya. Gavin nampak berpikir keras sebelum akhirnya membuka mulut dan berkata "Bohong"
"Gue Elang, masa lo nggak inget sih? Gue Elang yang dulu lo ajak maling mangga di pohon pak RT" Laki-laki itu mencoba menyakinkan Gavin. Ada nada kecewa ketika Gavin menuduhnya berbohong.
Gavin terus menatap laki-laki itu dengan tatapan penuh tanya kemudian pandanganya pindah ke lengan laki-laki itu.
"Elang punya tato burung Elang. Lo punya?"
Laki-laki bernama Elang itu membuatkan matanya. Bagaimana bisa Gavin masih ingat dengan tato burungnya. Jadi ketika Gavin dan Elang berusia 10 tahun, Gavin pernah menggambar burung Elang yang lebih mirip ayam di tangan kanan Elang dengan menggunakan spidol. Dan kejadian itu adalah 7 tahun yang lalu setelah Gavin menanyakan maha karyanya itu, pastilah sudah tidak ada tato buatannya itu. Tatonya telah hilang sesuai keinginan Elang.
"Tato burung Elangnya udah terbang" Jawab Elang asal yang membuat Gavin tertawa renyah.
"Bercanda gue" Kata Gavin disela-sela tertawanya.
Elang menghembuskan nafasnya lega. Akhirnya ia terlepas dari drama receh Gavin. Hanya Elang dan Tuhan yang tahu jika Gavin memiliki jiwa dramatis yang sangat tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Kepo (Selesai)
Підліткова літератураSemua itu bermula ketika Ratu kepo terhadap Gavin Raefal Ishara yaitu seorang Bad Boy. Gavin benar-benar membuat Ratu jera karena rasa keponya.