16👑Takut

1.3K 127 6
                                    

Gue lebih takut kehilangan lo daripada takut dianggap buruk orang-orang

Ratu memegangi pipi sebelah kananya, yang baru di tampar oleh Kayla. Kayla menatap Ratu tajam,seolah Ratu adalah musuh besarnya. Sedangkan Ratu membalas dengan tatapan penuh ketidakpercayaan jika yang barusaja menamparnya adalah Kayla,sahabatnya sendiri.

"Sakit itu belum seberapa dengan apa yang gue rasain" alih-alih meminta maaf atas tidakan kasarnya, Kayla malah menyakiti Ratu kembali dengan kata-kata pedasnya.

"Oh jadi lo balas dendam?"

Baik Kayla maupun Ratu menolehkan pandanganya pada sumber suara yang berasal tepat dari ambang pintu ruang musik. Dengan santainya laki-laki yang sedang dipandangi Ratu dan Kayla itu berjalan menuju samping Ratu.

Laki-laki itu tentu saja adalah Gavin,yang kini tengah berdiri disamping Ratu dengan mengeratkan genggaman tanganya pada tangan Ratu. Gavin disana seolah menjadi pembela Ratu yang mebuat suasana tiba-tiba aneh.

Karena seharunya seorang laki-laki membela pacarnya bukan mantan pacarnya,tapi Gavin tidak pernah mengenal seharusnya dia selalu menjadi dirinya tanpa peduli apapun. Ratu mengerutkan dahinya seraya menatap Gavin tak percaya sedangkan Kayla menatap Kayla dengan aura kebencian.

"Gavin ngapain lo deket sama si penggoda?" pertanyaan tak berbobot dan tak pantas dipertanyakan itu terlontar begitu saja dari mulut Kayla yang tengah dikuasai amarah.

Ratu baru saja membuka mulutnya untuk menyanggah apa yang barusaja ditanyakan Kayla, namun tangan Gavin mengeratkan peganganya seolah menyuruh Ratu diam saja.

"Siapa yang godain gue?Ratu maksud lo?Ratu nggak pernah godain gue malahan gue yang sering godain Ratu,itu karena gue sayang sama dia"

Seketika hening. Yang barusaja diucapkan Gavin malah semakin memperburuk keadaan. Kayla semakin emosi. Sedangkan Ratu semakin takut,meskipun seharusnya dia bahagia karena Gavin barusaja mengatakan jika Gavin menyayanginya tapi ini adalah bukan waktu yang tepat untuk bahagia. Terlebih bahagia diatas penderitaan oranglain.

"Pacar lo itu gue bukan Ratu" tekan Kayla dengan nada sedikit tinggi.

"Yang gue sayang itu Ratu bukan lo" teriak Gavin tak kalah tinggi dari Kayla.

*

"Gue mau ngomong"

Puluhan kali Ratu mengatakan itu tetapi selalu dijawab dengan gelengan oleh Gavin. Ratu bisa saja berbicara tanpa seizin Gavin tetapi Ratu tidak memastikan jika dia bisa baik-baik saja setelah itu. Gavin melarangnya berbicara barang mengucapkan satu kata saja dan itu sudah pasti harus dipatuhi Ratu.

Gavin yang sebelum Ratu kenal adalah murid pembuat onar. Dihari pertamanya masuk SMA dia telah melakukan kesalahan. Itulah yang dikatakan Kayla pada Ratu. Bahkan dulu Gavin berani menampar bahkan berbuat kejam pada pacarnya dan dia itu dilingkungan sekolah.
Ratu menyesal harus berurusan dengan Gavin. Ratu menyesal pernah kepo terhadap kehidupan Gavin dan Ratu menyesal pernah mengiyakan Gavin menjadi pacarnya.

"Kita mau kemana?" Ratu memberanikan bertanya walaupun sebenarnya dia sangat takut jika Gavin akan marah.

Gavin melepaskan tangan Ratu. Dia menghembuskan napasnya gusar. Langkah kakinya terhenti ketika itu. Ratu juga menghentikan langkahnya.

"Kemana aja terserah gue"

"Tapi lo itu sama gue, bukan cuman sendirian"

"Iya karena sama lo gue mau pergi kemana aja"

Wajah Ratu terlihat ketakutan. Karena Gavin akan melakukan hal sesuka hatinya dan kini orang-orang mulai melirik tajam ke arah mereka. Wajar saja Gavin memang si pembuat onar yang sering menjadi pusat perhatian dan sang pembuat onar itu sekarang tengah bersama dengan Ratu---sahabat pacarnya sendiri.

Ratu berpikir bahwa Gavin tidak akan mengerti apa yang selama ini Ratu rasakan. Dari mulai cibiran orang-orang, reaksi Kayla dan juga yag lainya jika melihat Ratu berduan bersama Gavin. Mungkin yang mereka lihat adalah suatu keromatisan berlapis kebahagiaan tetapi jauh dilubuk hatinya Ratu merasakan jika ini adalah keterpaksaan berlapis kesedihan.

"Gue takut" gumam Ratu dengan suara pelan bahkan nyaris seperti bisikan.

Gavin yang mendengar itu langsung menarik tangan Ratu tanpa peduli beberapa pasang mata yang nanti akan mendokumentasikan kejadiam mereka lalu menyebarkannya lewat mulut ke mulut.

Ratu pasrah kepada keadaan dan takdir yang terus menghasruskan dia mengikuti permainan sialan Gavin. Sesekali Ratu tersenyum pada orang yang menyapanya di koridor-koridor.

Gavin melepaskan pegagan tangannya ketika dia berhasil membawa Ratu ke belakang kantin salah satu sekolah. Beruntungnya kantin ini telah sepi. Karena ini adalah jam pulang dan kantin juga sudah tutup. Pertanyaan yang selalu Ratu tanyakan pada dirinya sendiri adalah apa yang akan dilakukan Gavin di jam pulang seperti ini.

"Gue takut tapi lo malah bikin gue lebih takut" ucap Ratu dengan jujur. Kedua matanya tidak berani menatap wajah Gavin.

Gavin memandangi setiap gerak-gerik Ratu. Gavin mendekat dan bertanya.

"Kenapa takut?"

Ratu diam tak bergeming,Ratu berpikir seharusnya Gavin tahu apa yang Ratu takutkan.

"Kenapa takut?" tanya Gavin sekali lagi,ternyata Gavin benar-benar tidak tahu apa yang di takutkan Ratu.

"Kenapa takut?"

"Apa lo nggak mikir kalo setiap perbuatan yang lo lakuin itu nyakitin orang-orang,termasuk gue. Kayak tadi aja,lo genggam tangan gue--" Ratu sengaja menggantungkan ucapanya untuk menatap Gavin,Ratu ingin melihat seperti apa tanggapan yang diberikan Gavin. Ternyata Gavin benar-benar memperhatikannya dan Ratu sedikit gugup, sedikit.

"Padahal lo udah punya pacar. Dan apa kata orang-orang kalo liat kita. Bukan lo aja yang dianggap buruk tapi gue. Sayangnya lo terlalu egois untuk bisa ngertiin perasaan gue"

Ratu menghembuskan napasnya panjang, ada rasa bahagia dihatinya karena telah mengatakan beban dihatinya, meskipun tidak semuanya.

"Lo nggak perlu takut. Orang lain nggak pernah jadi diri lo, mereka nggak pernah rasain apa yang lo rasain. Jadi mulai sekarang pikirin aja diri lo sendiri"

"Itu egois tai" umpat Ratu didalam hatinya.

Ratu ingin sekali mengatakan bahwa Gavin itu egois tapi bagaimana cara dia mengatakannya.

"Egois" tanpa sadar gumaman itu meluncur dari mulut Ratu dan sepertinya Gavin mendengar karena dia langsung mengatakan "Nggak papa gue egois. Kehilangan lo lebih sakit daripada gue dianggap buruk dimata orang-orang"

"Gue em--" Gavin tidak melajutkan ucapanya.

"Liat gue Ratu" bentak Gavin dengan nada tinggi sukses membuat Ratu langsung menatapnya.

Kini mata mereka bertemu. Setelah seperkian detik Gavin melanjutkan ucapannya.

"Gue emang egois. Gue emang nggak pernah peduli sama orang-orang. Gue emang sayang sama lo dan gue nggak akan peduli sama orang-orang dan sama hati lo"

Ratu seperti tidak mengerti apa yang dimaksudkan Gavin,lalu dia menganggkat kedua alisnya.

"Hati lo yang nggak tahu untuk siapa. Gue sayang sama lo terserah lo mau suka atau enggak itu" tekan Gavin membuat Ratu semakin takut.

Ratu memfokuskan pandanganya ke arah lain. Dia tidak ingin lagi menatap wajah Gavin.

"Gue mau pulang"

"Gue maunya lo"

"Gue serius mau pulang"

"Gue juga serius mau lo"

Ratu Kepo (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang