Aku kembali.
Dengan membawa akhir cerita mereka (Gavin dan Ratu).
Sebenernya aku udah nulis akhir dari cerita ini tapi kayaknya masih ada yang belum paham, jadi aku tulis part ini untuk memperjelas.Selamat membaca!
Sebelum lulus SMA, Gavin dan Ratu memutuskan untuk menjalin hubungan kembali. Tentu saja hubungan pacaran. Long distance relationship, semacam itulah hubungan yang mereka jalani saat ini. Gavin yang berkuliah di Yogyakarta harus rela memeluk rasa rindunya kepada gadisnya yang berada di Bandung.
Gavin dan Ratu bukan lagi remaja dengan seragam abu-abunya. Sekarang, mereka menjelma menjadi manusia yang sedang beranjak dewasa. Baik Ratu maupun Gavin keduanya sedang belajar bagaimana mendewasakan diri. Di masa SMA mereka pernah begitu kekanak-kanakan dengan kisah cinta yang rumit maka sekarang mereka ingin saling dewasa untuk kisah cinta yang serius.
"Iya." Ratu menjawab panggilan telponnya itu dengan malas. Dia baru saja bangun setelah mendengar bunyi telpon masuk. Bahkan saat ini dirinya masih terlentang dengan mata yang terpejam.
"Sekarang jam 11, sayang." Suara itu berasal dari ponsel Ratu.
"Aku mau tidur lagi." Kemudian Ratu mengakhiri sambungan telpon dari Gavin.
Sebenarnya Ratu tidak tega mengakhiri sambungan telpon dari pacarnya itu, tapi Ratu sudah tidak tahan menahan kantuknya. Semalaman Ratu dibuat khawatir oleh pesan dari Luna--sepupunya Gavin yang berisi bahwa Gavin jatuh dari motor.
Andai saja jarak Bandung dan Yogyakarta bisa ditempuhnya dengan berjalan kaki lima langkah, mungkin Ratu akan segera menghampiri Gavin. Malam itu, Ratu tidak bisa tidur. Ratu menunggu kabar dari Gavin namun Gavin tidak memberi kabar apapun kepadanya. Ratu memutuskan untuk bertanya pada Luna via telpon dan syukurlah Luna bilang bahwa luka yang dialami Gavin tidak cukup parah.
Dan ketika Ratu sedang enak-enaknya tidur disiang hari, tiba-tiba telponnya berbunyi. Ratu terpaksa bangun untuk melihat siapa yang menelponnya. Dan yang menelponnya itu adalah Gavin. Untuk ketidaksopanan Ratu yang mengakhiri sambungan telpon dari Gavin, Ratu akan menelpon Gavin lagi nanti. Setelah dirinya tidak mengantuk lagi, karena percuma kalau dipaksakan untuk tetap telponan. Ratu tidak akan mendengar jelas apa yang Gavin katakan.
Baru saja Ratu mencoba memasuki alam mimpinya, suara ketukan pintu kamarnya lancang membangunkannya. Satu kali, dua kali, Ratu mengabaikan suara itu. Semakin diabaikan semakin keras juga suara etukan pintu itu. Akhirnya Ratu melepaskan dirinya dari jeratan kasurnya itu. Dengan mata yang sedikit terpejam, Ratu berjalan mendekati pintu.
Siapapun dibalik pintu itu, Ratu akan memarahinya. Berani-beraninya membangunkan Ratu. Tangan Ratu membuka pintu itu kemudian..
"Gavin?"
"Ganggu banget ya aku?" Seraya bertanya, Gavin mengusap iler dikedua sudut bibir Ratu dengan unjung kemejanya.
Sadar dengan apa yang dilakukan Gavin itu, Ratu buru-buru menyingkirkan tangan Gavin itu. Memalukan. Menjijikan. Ratu ingin kembali ke dalam kamar dan bersembunyi digulungan selimutnya tetapi Ratu tidak ingin meninggalkan Gavin.
"Kalau kamu mau lanjutin tidur, tidur lagi aja. Biar aku nunggu di sofa." Gavin merapikan rambut Ratu yang sedang acak-acakan. Gavin merasa bersalah karena menganggu pacarnya yang sedang tidur itu, tetapi Gavin sudah tidak sabar melihat wajah Ratu. Jadi, dia terpaksa membangunkan Ratu seperti ini.
Ratu memang masih ingin tidur kembali, tetapi dia tidak tega jika harus membiarkan Gavin menunggunya tidur. Gavin sudah datang jauh-jauh dari Yogyakarta itu pasti bukan untuk menunggu Ratu tidur kan? Ah terkadang Ratu merasa kesal jika Gavin datang ke Bandung tanpa mengabari dirinya. Kalau mengabari terlebih dahulukan bisa Ratu pastikan kalau yang ada di bibirnya adalah lipstik bukan iler.
Ratu sudah tidak bisa menahan lagi tangannya untuk tidak memeluk tubuh Gavin. Jadi Ratu peluk saja Gavin. Ratu membenamkan wajahnya di dada Gavin. Akhirnya Ratu bisa membunuh semua rasa rindunya kepada Gavin. Gavin memang jarang menemuinya, itu yang membuat Ratu mempunyai rindu yang sangat banyak kepada Gavin.
Gavin membalas pelukan Ratu. Didalam pelukan itu terjadi perbincangan, Ratu meminta penjelasan tentang Gavin yang jatuh dari motornya. Gavin menjelaskan jika itu hanya kecelakaan kecil dan luka yang dialami Gavin pun tidak parah.
"Udah dong pelukannya, takut Tante aku lihat."
Setelah mendengar Gavin mengatakan itu, Ratu langsung melepaskan pelukannya dari Gavin.
"Ngapain Tante kamu kesini?" Ratu tidak bisa menyembunyikan rasa kekagetannya itu.
"Ngelamar kamu."
"Hah?"
"Tante ngelamar kamu untuk aku."
Ratu menatap Gavin tidak percaya. Gavin membalas tatapan Ratu dengan senyuman. Gavin membawa Ratu kepelukannya lagi, namun hanya beberapa detik. Setelah selesai berpelukan, Gavin menyuruh Ratu untuk mandi dan siap-siap dengan acara lamaran yang dadakan ini.
The End

KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Kepo (Selesai)
Roman pour AdolescentsSemua itu bermula ketika Ratu kepo terhadap Gavin Raefal Ishara yaitu seorang Bad Boy. Gavin benar-benar membuat Ratu jera karena rasa keponya.