Memberi harapan itu lebih mudah daripada memberi kepastian
Senin pagi ini, Ratu kedatangan seseorang di mejanya. Seseorang itu adalah Deva, kakak kelas yang pernah menyatakan perasaanya. Menyatakan cinta dan meminta Ratu menjadi pacarnya, lebih tepatnya seperti itu. Namun Ratu tidak kunjung memberi jawaban. Ratu masih meminta waktu untuk mempertimbangkan keputusannya.Tidak jarang Deva yang merupakan adik dari teman kakaknya itu, datang ke rumah Ratu. Sekedar berkunjung dan menanyakan jawaban dari Ratu. Ratu masih tidak memberikan jawabanya, membuat Deva semakin penasaran tentunya.
"Gue ke kelas ya. Jangan lupa makanannya di makan" Deva memandang Ratu yang sedang memusatkan perhatiannya ke arah lain.
Ratu memusatkan perhatiannya pada Gavin dan Elang si murid baru itu. Ah bukan Ratu saja tapi hampir semua murid yang berada disana memandang ke arah Gavin dan Elang yang baru saja memasuki pintu masuk kelas, tidak terkecuali Deva. Deva memandang mereka, karena mengikuti kemana pusat perhatian Ratu tertuju.
Disana Gavin tidak sengaja menaruh pandangannya pada Ratu yang tengah duduk disamping Deva. Kedua mata mereka bertemu.
*
Alunan musik berjudul The One milik Kodaline mendominasi indera pendengaran Gavin. Matanya terpejam seakan meresapi lagu itu.
Sekarang adalah waktu istirahat, namun Gavin memilih berdiam di kelas seperti ini. Ditemani handphone, headset dan musik kesukaannya.
Tadi, Candra dan Elang yang sudah resmi menjadi murid di kelas Gavin itu mengajaknya ke kantin. Namun Gavin menolak, dan menyuruh Candra untuk menemani Elang ke kantin. Untung saja, Candra dan Elang merupakan pribadi yang mudah akrab. Bahkan sekarang mereka menjadi teman sebangku. Tentu saja karena keinginan Gavin. Gavin memilih duduk sendiri dan membiarkan Elang duduk dikursi yang biasa ia tempati. Elang sempat menolak tapi Gavin memaksanya.
Beberapa kali tepukan terasa dipundaknya. Gavin berusaha tidak menghiraukan, agar seseorang yang menepuk pundaknya itu berhenti. Namun alih-alih berhenti, tepukan itu malah semakin cepat.
Mau tidak mau Gavin membuka matanya. Gavin tidak menutup matanya kembali setelah terbuka. Ia tidak menyangka jika seseorang yang tadi menepuk pundaknya itu adalah Ratu.
"Apa?"
Ratu mengerucutkan bibirnya setelah mendengar pertanyaan sesingkat itu dari Gavin. Sedangkan Gavin menatap Ratu lurus.
Tanpa menjawab, Ratu langsung membawa tubuhnya untuk duduk kursi kosong yang berada di sebelah Gavin. Gavin tidak melepaskan pandangannya dari sosok Ratu itu, dan apa yang Gavin lakukan itu diketahui oleh Ratu.
"Gue mau cerita" Kata Ratu tiba-tiba dia tidak mencoba memandang Gavin seperti biasanya. Namun mengapa rasanya sangat susah, seperti ada yang aneh. Ah ini terjadi setelah Ratu mendengar perkataan Kayla bahwa Gavin mencintainya. Ratu tidak menyangka jika perkataan se sederhana itu bisa berpengaruh lumayan besar terhadapnya.
Gavin membalas tatapan Ratu. "Silahkan"
Ratu kesal mendengar tanggapan dari Gavin. Terlalu dingin.
"Jangan dengerin musik dulu dong" Protes Ratu dengan nada kesal.
Setelah mendengar protes dari Ratu. Gavin mencabut sebelah headset dan memakaikannya di sebelah telinga Ratu. Ratu hendak protes tapi Gavin lebih dahulu berbicara.
"Lagunya enak. Gue masih bisa denger suara lo kok"
Ratu mengerti jika Gavin tidak ingin berhenti mendengarkan musik itu, karena itu dia berbagi sebelah headsetnya pada Ratu. Agar mereka berdua sama-sama menikmati musik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Kepo (Selesai)
JugendliteraturSemua itu bermula ketika Ratu kepo terhadap Gavin Raefal Ishara yaitu seorang Bad Boy. Gavin benar-benar membuat Ratu jera karena rasa keponya.