19👑Nembak Lagi

1.1K 105 3
                                    

Gavin tidak berhenti menatap kedua bola mata milik Ratu itu. Disana Gavin menemukan sesuatu yang pernah hilang, ketenangan ada didalam kedua bola matanya. Tetapi tidak dengan bibir kecilnya itu yang mampu membuat Gavin ingin kehilangan fungsi indera pendengaranya.

Ratu sangat bawel. Bibir kecilnya itu tidak henti mengoceh dan Gavin enggan untuk menjawab satupun pertanyaan Ratu. Ini sudah menjadi resiko Gavin yang memilih membawa Ratu ke rumahnya, bukan ke rumah Ratu.

Gavin tidak memperdulikan dengan kebolosanya hari ini hanya karena ingin menghabiskan lebih banyak wakgu bersama Ratu. Jadi Gavin memutuskan mengajak---lebih tepatnya menyulik Ratu ke rumahnya.

"Pertanyaan dibuat untuk dijawab. Dan mulut ada itu buat bicara" kata Ratu dengan handuk yang membungkus rambut basahnya. Tadi Ratu keramas di kamar mandi yag berada di rumah Gavin.

"Jadi pertanyaan itu dibuat untuk dijawab?" tanya Gavin dengan nada orang dewasa yang tengah berbicara pada anak TK.

Ratu mengangguk pasti.

"Lo mau nggak jadi pacar gue?"

Detik itu juga jantung Ratu berhenti berdetak. Ratu memastikan kedua telinganya tidak salah mendengar jika Gavin barusaja menanyakan hal itu. Tetapi setelah seperkian detik Ratu mengerti bahwa Gavin tidak pernah serius dengan ucapanya terlebih jima menyangkut soal perasaan.

"Katanya pertanyaan harus dijawab tapi pertanyaan gue kok nggak dijawab?" Gavin mengejek Ratu dan Ratu tahu itu.

Jika bisa, Ratu ingin menarik ulang kata-katanya yang tadi keluar dari bibirnya. Ratu tidak tahu sekarang harus bersikap seperti apa.

"Hubungan lo sama Kayla gimana?" tanya Ratu seolah menyadarkan Gavin jika dirinya masih mempunyai hubungan istimewa dengan Kayla. Semoga saja setelah dikode seperti ini, Gavin bisa sadar jika dia bukanlah jomblo yang bebas mengajak pacaran kepada sembarang orang.

"Gue mau putus sama dia" jawab Gavin sekenanya.

Inilah sifat Gavin yang paling dibenci Ratu, dia terlalu mudah mempermainkan perasaan dirinya termasuk orang lain.

"Kalo Jeni?" tanya Ratu lagi.

Kini Gavin terdiam. Ratu pasti sudah berpikir jika Gavin mempunyai hubungan yang spesial juga dengan Jeni. Gavin menaikkan kedua bahunya acuh.

"Jeni suka sama gue tapi gue sih enggak"

"Tapi gue pernah liat lo sama Jen--" Ratu menggantungkan kalimatnya. Setelah Gavin mengatakan itu, Ratu kembali mengingat satu kejadian di uks ketika Gavin bermesraan dengan Jeni dan pada saat itu Gavin tengah menjadi pacar Ratu. Emosinya sedang menguasai dirinya, entah kenapa Ratu sangat tidak suka jika Gavin bermain seenak hatinya pada perasaan orang lain termasuk dirinya.

"Lo juga pernahkan ciuman sama gue?"

Pertanyaan itu membuat Ratu membungkam mulutnya. Yang dikatakan Gavin itu benar.

"Itukan terpaksa" kata Ratu.

"Begitupun gue sama Jeni. Itu terpaksa"

"Kenapa bisa terpaksa? Alasanya apa?" tanya Ratu, naluri keponya mulai keluar.

Gavin tidak menjawab. Bukan Gavin tidak ingin menjawab. Gavin hanya membiarkan Ratu mengeluarkan isi hatinya.

"Ini yang gue nggak suka dari lo. Lo itu terlalu mempermainkan perasaan orang. Lo bisa jadian sama satu cewe terus bilang sayang me cewe lain. Gimana gue mau nerima lo jadi pacar gue kalo lo nggak bisa setia. Apa lo nggak bisa setia sama satu orang? Susah ya buat lo setia sama satu orang? Ahh iya gue lupa kalo gue ini lagi ngomong sama Bad Boy sekolah yang hobby keluar masuk ruang bk. Selain itu juga lo playboy yang nggak punya hati" tanpa sadar ocehan Ratu sudah terlampaui batas. Ratu seharusnya menyimpan itu didalam hatinya saja. Tidak perlu dikeluarkan lewat bibirnya. Tapi Ratu tidak sanggup lagi dengan Gavin.

"Lo bilang gue nggak punya hati? Terus kenapa gue bisa jatuh hati sama lo sedangkan kata lo gue nggak punya hati?" tanya Gavin santai.

Gavin berhasil meruntuhkan pertahanan Ratu. Ratu membangun pertahanan itu sejak lama dan ia tidak akan rela membiarkan pertahananya hancur hanya karena pertanyaan Gavin tadi. Ratu semakin binggung dengan perasaan Gavin yang sebenarnya.

Ratu menghembuskan nafasnya. Kedua bola mata yang sedaritadi ditatap Gavin kini telah berkaca-kaca. Ratu berusaha menahan agar tidak ada satu tetes air mata yang keluar dari kedua matanya.

"Cukup" kata Ratu setengah berteriak kepada Gavin, Ratu mengumpulkan keberanianya untuk mengatakan ini

"gue ngerti kalo lo sekarang lagi pura-pura suka sama guekan? lo lagi rencanain sesuatu buat hancurin gue kan? Gue bisa pura-pura suka sama lo tanpa lo harus pura-pura bikin gue percaya seakan lo bener suka sama gue"

Gavin menatap kembali dua bola mata Ratu yang sekarang berlinangan air mata. Tidak ada kedamaian lagi disana. Sorot kekecewaan terlihat jelas dikedua bola mata Ratu.

"Arkan itu bohong. Kenapa lo bisa percaya sama dia bahkan lo sendiri juga nggak kenal dia" kata Gavin membuat Ratu menatapnya.

Yang dikatakan Gavin itu benar. Ratu tidak seharusya percaya pada Arkan terlebih jika Arkan tidak punya bukti. Ratu menyibakkan air matanya dengan punggung tangannya. Ratu membuka mulutnya lalu berkata "sorry"

Gavin mengagguk sekilas lalu tersenyum pada Ratu. Tidak peduli seberapa Ratu sering menyakiti Gavin tetapi Gavin tetap ingin Ratu menjadi miliknya. Karena sebelum Ratu menyakiti Gavin, Gavinlah yang telah menyakiti Ratu.

"Oh iya dirumah ini nggak ada siapa-siapakan?" tanya Ratu sedikit kaget.

"Emang kalo nggak ada siapa-siapa, mau apa?"

"Ya gue malu aja gitu tadi marah-marah sama pribumi" ungkap Ratu yang menyadari hal itu.

"Baru nyadar. Sekarang rumah ini nggak ditempatin siapapun" ucap Gavin membuat Ratu penasaran.

"Kok bisa? kenapa? Ceritain dong"

"Ini rumah Alm ortu gue. Semenjak mereka meninggal gue jadi tinggal sama tante dan om gue di rumah mereka" jelas Gavin. Sebenarnya Gavin tidak ingin Ratu mengetahui ini tetapi Gavin lebih tidak ingin membuat Ratu marah karena tidak memenuhi rasa keponya.

Ratu memandangi Gavin dengan tatapan prihatin. Gavin mempunyai nasib yang sama denganya. Yaitu kehilangan. Beberapa tahun lalu, Ibunya Ratu juga meninggal dunia.

"Kalo mau lo bisa kok tinggal disini" ucap Gavin membuat Ratu membulatkan kedua matanya.

"Tapi nanti, kalo lo udah jadi istri gue"

Seketika Ratu ingin muntah mendengar ucapan Gavin. Ratu memutarkan kedua bola matanya setelah mendengar tawa Gavin pecah.


Ratu Kepo (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang