Chapter 12

393 59 1
                                    

Pukul sebelas malam. Chanyeol sebenarnya nggak biasanya pulang jam segini. Hari ini dia terpaksa lembur karna ayahnya harus menyiapkan projek kerjasama baru dengan perusahaan Amerika. Chanyeol sebagai penerus langsung diberi tugas yang membuatnya harus pulang tengah malam.

"Tumben sekali kamu pulang jam segini, Chanyeol-ah..." suara lembut seorang wanita menyambut masuknya Chanyeol ke dalam rumah mewah itu.

Chanyeol tak merespon. Sambil menggulung lengan kemejanya ia berjalan melewati wanita yang berbicara padanya barusan. Chanyeol duduk di ruang tamu untuk melepas sepatunya.

"Kau mau dibuatkan teh hangat, Chanyeol-ah?" tanya wanita itu lagi menghampiri Chanyeol.

Dan lagi. Chanyeol tak merespon.

Sementara itu seseorang tampak turun dari lantai atas sambil memperhatikan tingkah laku Chanyeol.

"Chanyeol-ah..." panggil wanita itu lagi, kali ini menyentuh lengan Chanyeol.

"Lepaskan aku!" bentak Chanyeol menjauhkan lengannya dari wanita itu. "Kalau aku tidak menjawabmu itu berarti aku tidak mau!"

Wanita paruh baya itu tampak sedikit terkejut dengan reaksi Chanyeol pada dirinya. Dia hanya bisa menarik nafas panjang, berusaha untuk tersenyum sekalipun sesuatu di dalam hatinya sudah sedikit tergores karena sikap kasar Chanyeol.

Sedikit tergores? Tidak juga. Sebenarnya Chanyeol sudah sangat sering menoreh goresan di hatinya. Bahkan sejak sembilan belas tahun terakhir.

"Hyung!!"

Seorang namja berusia sekitar delapan belas tahun menghampiri Chanyeol dengan wajah marah. Matanya menatap tajam Chanyeol, tanpa rasa takut sedikitpun sekalipun pria tinggi itu belasan tahun lebih tua darinya.

"Sampai kapan kau akan bersikap kasar pada ibuku?" tanya namja itu kasar.

"Jihoon-ah..." kata si wanita merangkul lengan kurus putranya yang adalah Park Jihoon.

Jihoon masih diam sambil menatap Chanyeol. Sekali lagi tanpa rasa takut. Tak peduli kalau Chanyeol adalah wakil CEO dari agensi tempatnya latihan. Jihoon sudah terlalu muak dengan sikap orang yang sebenarnya berstatus kakak tirinya itu.

Ya, inilah hubungan sebenarnya antara Park Chanyeol dan Park Jihoon. Mereka bukan sebatas wakil CEO dan trainee. Mereka adalah kakak beradik. Ada darah yang sama mengalir di tubuh mereka, sekalipun mereka lahir dari ibu yang berbeda.

Setelah meninggalnya ibu kandung Chanyeol dua puluh tahun silam, CEO Park menikah lagi dengan wanita yang berada di antara mereka berdua saat ini. Pernikahan yang tidak direstui Chanyeol itu pun menghadirkan Park Jihoon sebagai adik tirinya. Sayangnya Chanyeol tak pernah suka itu. Dia benci ibu tirinya, dan dia benci Park Jihoon.

"Aku tahu kau sangat benci kami berdua! Tapi bisakah kau belajar menghargai kebaikan ibuku?" bentak Jihoon lagi.

Chanyeol menatap Jihoon datar. Dia tahu kalau Jihoon sudah sangat marah padanya. Tapi Chanyeol memilih untuk melangkah pergi.

"Kami sangat menyayangimu tapi kenapa kau tak pernah menyayangi kami?" sekali lagi Jihoon membentak. Perkataan Jihoon barusan berhasil membuat Chanyeol menghentikan langkahnya. "Sampai kapan kau akan menganggap kami penyebab kematian ibumu?"

"Jihoon-ah, hentikan..." bisik ibu tiri Chanyeol.

Chanyeol terdiam sejenak di tempatnya berpijak. Entah apa yang dipikirkannya. Tak sedikitpun dia berniat membalikkan tubuhnya untuk melihat adik dan ibu tirinya. Sampai akhirnya Chanyeol memutuskan untuk tetap diam dan naik ke kamarnya.

.

.

.

.

Smile FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang