Chapter 20

370 53 0
                                    



"Uda tidur?"

"Belum..." jawab Wonwoo.

Jam sudah menunjukkan pukul satu subuh. Tapi Wonwoo maupun Harim belum juga tidur. Harim berbaring di tempat tidur sedangkan Wonwoo berbaring di sofa.

"Lu belum jawab pertanyaan gue..."

"Tentang?"

"Sefrustasi apa lu saat Soyul ninggalin lu?"

"Ng... sefrustasi lu saat Soonyoung nggak mau tanggung jawab atas kehamilan Jieun... mungkin?"

"Lu cinta banget pasti ya sama dia?"

Wonwoo terdiam sejenak, "Soyul itu cinta pertama gue. Dia selalu ada buat orang introvert kayak gue... dia juga yang perlahan membuat gue mulai bisa berteman dengan orang lain... ya, mungkin itu yang membuat gue sangat menyayangi dia waktu itu..."

"Kenapa lu bisa putus sama Soyul?"

"Dia lebih memilih cowok yang bisa bantu wujudin cita-cita dia jadi model..."

Harim beranjak bangun. Dia menyandarkan tubuhnya ke sandaran tempat tidur untuk melirik Wonwoo yang entah sejak kapan sudah tidak lagi berbaring. Saat ini mereka sedang duduk berhadap-hadapan, dan saling melihat satu sama lain.

"Dan di detik itulah gue benci sama yang namanya cewek..." lanjut Wonwoo, "Lalu gue ketemu lu... cewek berbeda yang bikin gue jatuh cinta..."

Harim tersenyum, "Kapan lu jatuh cinta sama gue?"

"Entahlah? Gue rasa sejak di taman bunga waktu itu di Busan. Saat gue ngeliat nyokap gue tersenyum bahagia waktu ngobrol sama lu... di saat itu, nggak tahu kenapa gue ngerasa senyuman kalian berdua lebih indah dari bunga-bunga yang ada di sana..."

"Oh my God! Berhenti ngegombal, Jeon!" seru Harim.

"Gue serius..."

Harim mengedipkan sebelah matanya menggoda Wonwoo. Namja itu pun tertawa.

"Boleh gue tanya tentang keluarga lu? Kenapa lu nggak tinggal sama bokap lu?"

"Karna gue uda hilang respect sama dia sejak dia nikah lagi sama orang lain dan ninggalin nyokap gue..." jawab Wonwoo dengan jujur. "Gue nggak suka orang yang nggak bertanggungjawab. Itu sebabnya gue marah besar waktu Soonyoung mau gugurin kandungan Jieun. Gue ngerasa bokap gue nggak bertanggung jawab, sama gue, dan sama nyokap gue..."

"Mungkin itu yang lu pikirin, Jeon... mungkin bokap lu memikirkan hal lain..." jawab Harim .

Wonwoo terdiam mendengar perkataan Harim. Tapi tetap saja dia tidak ingin membahas ayahnya lebih dalam, "Lu sendiri? Kapan jatuh cinta dengan gue?"

Harim membetulkan posisi duduknya. Ia menarik selimut tebal hotel untuk menutupi seluruh tubuhnya karena kamar itu saat ini memang sangat dingin, "Entahlah... mungkin sejak gue merasa ada kemiripan antara lu dan Jonghyun..."

Wonwoo berdeham. Dia tahu Jonghyun, mantan pacar Harim. Gadis itu pernah bercerita tentang dia.

"Aroma tubuh lu, bahkan bunga kesukaan lu... semuanya mengingatkan gue tentang dia..."

"Lu masih sedih karena dia uda nggak ada?"

Harim menggeleng, "Dia selalu datang ke mimpi gue dan bilang kalau gue nggak boleh sedih..."

"Ya... dia benar. Karna lu punya gue sekarang... "

Harim tersenyum lagi. Gadis itu kemudian menggeser tubuhnya, menyisakan space yang lebih banyak di sisi kanan tempat tidur. Harim kemudian menepuk sisi kanannya, memberi kode agar Wonwoo ke sana.

Smile FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang