Chapter 23

366 50 0
                                    



Sinar matahari pagi yang masuk ke kamar mengenai wajah Harim sehingga gadis itu terbangun. Saat dia membuka matanya, hal yang dilihatnya pertama kali adalah wajah seseorang yang begitu dekat dengan wajahnya. Wajah tampan yang semalam berhasil membuat tubuhnya terasa lelah, sampai-sampai dia berniat untuk tetap di berbaring di sini meskipun hari sudah menjelang siang.

Harim hanya tersenyum melihat Wonwoo yang masih terlelap. Tangannya pun bergerak menyentuh dan membelai pipi pacarnya itu. Yang kemudian berhasil membangunkannya.

"Dingiinn!" bisik Wonwoo dengan suara beratnya tanpa membuka mata. Namja itu justru menarik Harim lebih dekat dan memeluknya.

"Bangun..." panggil Harim lembut.

Dan Wonwoo pun membuka matanya.

"Good morning..." sapa Harim.

Wonwoo tersenyum. Dia pun bangun dan menahan kepalanya dengan tangan kanannya sehingga ia bisa melihat wajah Harim dengan lebih jelas.

"Jadi ini wajah yang akan selalu gue lihat setiap pagi di masa depan?" 

Harim memanyunkan bibirnya, "Lu mau nikahin gue, tapi lu nggak pernah melamar gue..." keluh Harim.

Wonwoo tersenyum nakal. Wonwoo pun meraih tangan kanan Harim dan mengecupnya, "Sadar ada sesuatu yang beda?"

Harim melirik tangannya. Tepatnya di jari manis tangan kanannya. Matanya melotot lebar saat sadar ada sesuatu yang terpasang di jarinya itu. Sebuah cincin.

"Menikahlah denganku, Yoo Harim..." kata Wonwoo dengan serius.

Sungguh ini adalah moment yang tak akan pernah Harim lupakan. Dia sangat bahagia mendengar kalimat itu keluar dari mulut namja yang sangat dicintainya itu. Harim pun mengangguk. Lalu kembali memeluk Wonwoo erat.

"Saranghae..." bisik Wonwoo membalas pelukan Harim.

"Na do..." balas Harim.

Wonwoo baru saja akan mencium Harim lagi namun tiba-tiba ponselnya berdering. Harim pun terpaksa melepaskan pelukannya, membiarkan Wonwoo mengambil ponsel yang ada di samping tempat tidur.

"Yobeoseyo?" jawab Wonwoo. Sejenak ia diam mendengar suara seseorang di sebrang sana dan, "NEE?"

Wajah shock Wonwoo kemudian membuat Harim khawatir. Gadis itu segera bangun. Meraih selimut agar lebih menutupi tubuhnya, "Wae?"

"Soyul..." jawab Wonwoo masih shock. "Dia mau bunuh diri..."

"Apaa?" sentak Harim kaget. "Kalau begitu lu harus pergi dan menahan dia!"

"Tapi..."

"Cepat pergi, Wonwoo-ya... sebelum terlambat!"

Wonwoo terdiam menatap Harim. Tak ada kecemburuan yang terpancar dari mata gadis itu. Membuat Wonwoo akhirnya mengangguk.

"Tunggu gue di sini, eoh?" pesan Wonwoo.

Harim mengangguk. Kecupan singkat pun diberikan Wonwoo sebelum akhirnya namja itu pergi untuk bersiap-siap.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sementara itu di rumah sakit, Jinyoung berdiri di depan sebuah ruangan yang akhir-akhir ini cukup sering dikunjungi diam-diam. Sudah hampir tiga puluh menit dia di sana. Keraguan untuk masuk atau tidak terus membayangi pikirannya.

Smile FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang