Onna menghela napas pelan, menatap rangkaian kata di bukunya dengan malas.
"Ngapain sih, masa lalu di pelajarin. Mending, pikirin masa depan," Onna berdecak kesal, "Cindy kemana lagi, ke kamar mandi lama banget."
Onna tidak memperdulikan guru yang sedang menjelaskan materi didepan. Dia menguap sedikit lebar.
"Ngantuk banget,gila! Semenjak kelas dua belas, waktu tidur gue berkurang." Onna mengoceh dengan suara kecil.
Ya, kini mereka sudah kelas 12. Tapi, takdir tidak menyatukan Onna dan Alex dalam satu kelas. Karena Onna kelas 12 ips 1, bersama Cindy dan Gifan. Sedangkan, Alex kelas 12 ips 3, bersama Fahri. Sedangkan Steve, dia kelas 12 ips 2.
Walaupun begitu, Onna dan Alex tetap ke kantin bareng. Kalau kelas Onna yang keluar duluan, Onna akan menunggu Alex untuk pergi ke kantin bersama, begitupun sebaliknya.
Mereka (read: Onna, Alex, Cindy, Steve, Gifan, Fahri) selalu bersama, sejak kelas 12. Mereka seperti pelengkap satu sama lain, dengan sifat mereka yang berbeda.
Onna yang pemalas, Alex yang jail, Cindy yang manja, Steve yang tidak banyak ngomong, Gifan yang cerewet dan tidak bisa diam, serta Fahri yang selalu bertingkah gila.
Bel istirahat berbunyi, membuat Onna bersorak senang dalam hati. Tidak seperti teman-temannya yang langsung lari ke kantin. Onna menidurkan kepalnya diatas tumpukan tangannya.
Baru saja Onna memejamkan matanya, sudah ada yang mengganggu. Dengan perasaan kesal, Onna mendongak dan menatap sang pelaku.
"Apa sih!"
"Ih, Onna mah marah mulu! Kantin ayo, tidur terus," Gifan menarik-narik tangan Onna.
"Gifan, ih! Gue ngantuk. Jangan narik-narik," Onna melepas paksa genggaman Gifan, "lo kalo mau ke kantin, kantin aja sana! Gue ngantuk."
Gifan berdecak kesal, "ck, lo udah tiga hari berturut-turut tidur terus pas istirahat,"
"Masih mending gue tidur pas istirahat. Daripada pas pelajaran?" Onna menjulurkan lidahnya.
"Bener juga si," Gifan menggaruk kepalanya.
----------
"Steve," seru Cindy saat melihat Steve baru keluar kelasnya.
"Iya?" Steve diam berdiri diambang pintu kelasnya.
Cindy menghampiri Steve, "kantin, ayok!"
Steve menggeleng pelan, "gue gak ke kantin dulu, mau ke perpus."
"Oh? Mau ngapain?"
Steve tertawa pelan, "minjem buku dong, masa tidur."
Cindy menggaruk pipinya, salah tingkah, "eh, kirain gitu. Soalnya gifan kalo ke perpus itu, tidur."
"Harus lo pahami, gue dan gifan itu beda" Steve tersenyum.
"Hehe, iya, iya. Yaudah, gue temenin lo aja deh!"
"Loh? Lo kalo laper ke kantin aja. Gue gapapa kok sendiri."
Cindy cemberut, "ih, gue kan mau nemenin pacar. Masa gak boleh, sih."
Steve tersenyum tidak enak, "bukan gak boleh, tap--
"Ih! Minggir dong. Jangan didepan pintu!"
------------
Alex mengendus kesal melihat Onna tidak bergerak sedikitpun dari tempat duduknya.
"Na, ayo dong ke kantin! Lo dari pagi belom makan, kalo sakit gimana?"
Onna mendengus kesal, "gue ngantuk,Lex! Ngantuk."
"Yaudah, sekarang kita makan dulu, abis itu lo ke uks deh, tidur disana aja. Kan kalo kenyang, tidur lebih nikmat."
Gifan menjetikkan jarinya, "nah! Bener tuh. Nanti gue ikut tidur juga ya?"
Alex menatap Gifan tajam lalu menjitak kepala Gifan, "lo abis istirahat langsung balik ke kelas! Gak usah ikut-ikut ke uks."
Gifan meringis sambil mengusap kepalanya, "sadis lo!"
Alex menatap Onna lalu menggenggam tangan Onna.
"Bangun gak lo! Kalo gak gue seret,nih!"
Onna mengerucutkan bibirnya, "gendong dong!"
"Modus!" Teriak Gifan lalu langsung lari meninggalkan kelas.
Onna menatap kepergian Gifan dengan kesal, "awas lo Gifan! Abis lo!" Teriak Onna, entah Gifan mendengarnya atau tidak.
Alex berdecak malas lalu berjongkok membelakangi Onna, "ayo!"
Onna menatap Alex bingung, "lo ngapain jongkok gini?"
"Cepetan! Gue lagi baik nih,"
Onna salah tingkah saat mengerti maksud Alex.
"Beneran nih,Lex?"
--------------
Cindy menatap Steve yang sedang serius membaca buku tentang sejarah Indonesia.
Steve melirik Cindy, "Dy? Lo kok ngeliatin gue begitu banget?"
"Eh? Gitu banget gimana?"
Steve menggaruk tengkuk belakangnya, "gak jadi. Ke kelas yuk!"
Cindy mengangguk lalu berdiri, "ayo!"
Steve ikut berdiri lalu memeluk beberapa buku tebal. Cindy dan Steve berjalan beriringan. Cindy bercerita tentang yang terjadi akhir-akhir ini dikalangan selebritis, sedangkan Steve hanya menanggapi nya dengan senyuman atau anggukan.
Berkat Cindy, Steve selalu update tentang selebritis.
"Masa mereka baru satu tahun nikah udah mau cerai, sayang banget sih kalo kata gue. Yak gak,Steve?"
Steve mengganguk, "iya."
"Terus nih ya, alesannya gak terlalu masuk akal. Katanya gara-gara istrinya gak suka kelakuan suaminya." Cindy bercerita dengan kesal, "kalo gak suka kelakuan suaminya kenapa nikah coba. Bikin kesel aja."
Steve menggeleng pelan, "kita harus menghargai keputusan mereka dong, kita gak boleh terlalu mengganggu privacy orang, karena kita juga pasti kan, gak mau kalo privacy nya diganggu."
Cindy menyengir lebar, "hehe, iya,iya."
----------
19.30 WIB.
Onna dan Alex sedang menonton bola di ruang tamu rumah Onna.
"Tendang, tendang! Oper ke samping itu! Ahh, ketinggian nendangnya!" Alex terus mengomentari pertandingan tersebut tanpa lelah. Sedangkan Onna diam dengan mulut yang terus mengunyah.
Onna meminum susu dingin yang ada dimeja, "Lex,"
"Hm?" Sahut Alex dengan tatapan tetap fokus ke televisi.
"Kayaknya gue mendingan tinggal dikos-an aja yak?"
Alex langsung menoleh ke Onna, "gak."
Onna menatap Alex bingung, "kenapa?"
"Gue gak mau jauh dari lo," ucap Alex tanpa melihat Onna.
Onna terdiam dengan mulut sedikit terbuka, "Lex.."
---------
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Saja
Teen Fiction[ sekuel friendzone ] Takdir kita memang hanya menjadi sebatas teman. Tidak lebih. Started: 4 september 2018 Completed: 15 Desember 2019 HAPPY READING!❣